Katarak Kongenital TINJAUAN PUSTAKA

2.2.5.4. Merokok Kerusakan lensa pada katarak adalah kerusakan akibat oksidasi pada protein lensa. Rokok kaya akan radikal bebas dan substansi oksidatif lain seperti aldehid. Kita tahu bahwa radikal bebas dari asap rokok dapat merusak protein. Dilihat dari semua ini, tidaklah mengherankan bahwa perokok lebih rentan terhadap katarak dibanding dengan yang bukan perokok. Gambar 2.2. Katarak Sumber : Gin Djing, 2006

2.2.6. Klasifikasi

Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan, yaitu katarak kongenital, katarak juvenil, dan katarak senil Ilyas, 2004.

a. Katarak Kongenital

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuri, diabetes mellitus, hipoparatirodism, homosisteinuri, Universitas Sumatera Utara toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histopalsmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokrimia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. b. Katarak Juvenil Katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti : 1. Katarak metabolik a Katarak diabetik dan galaktosemik gula b Katarak hipokalsemik tetanik c Katarak defisiensi gizi d Katarak aminoasiduria termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria e Penyakit Wilson f Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain. 2. Otot Distrofi miotonik umur 20 sampai 30 tahun 3. Katarak traumatik 4. katarak komplikata a Kelainan kongenital dan herediter siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis. b Katarak degeneratif dengan miopia dan distrofi vitreoretinal, seperti Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma. c Katarak anoksik Universitas Sumatera Utara d Toksik kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, dan besi. e Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit sindermatik, tulang disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata, dan kromosom. f Katarak radiasi c. Katarak Senil Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Perubahan lensa pada usia lanjut : 1. Kapsul a Menebal dan kurang elastis 14 dibanding anak. b Mulai presbiopia c Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur. d Terlihat bahan granular 2. Epitel – makin tipis a Sel epitel germinatif pada equator bertambah besar dan berat. b Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata. 3. Serat lensa : a Lebih irregular b Pada korteks jelas kerusakan serat sel. c Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal. Universitas Sumatera Utara d Korteks tidak berwarna karena: - Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi. - Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Katarak senil biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Katarak senil secara klinik dikenal empat stadium yaitu: insipien, intumesen, imatur, matur, hipermatur morgagni. Tabel 2.1. Perbedaan Stadium Katarak Senil Kekeruhan Cairan lensa Iris Bilik mata depan Sudut bilik mata Shadow test Penyulit Insipien Ringan Normal Normal Normal Normal Negatif - Imatur Sebagian Bertambah air masuk Terdorong Dangkal Sempit Positif Glaukoma Matur Seluruh Normal Normal Normal Normal Negatif - Hipermatur Masif Berkurang air+masa lensa keluar Tremulans Dalam Terbuka Pseudopos Uveitis + Glauko ma Sumber : Ilyas, 2004 Universitas Sumatera Utara Katarak Insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut: Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior katarak kortikal . Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degeneratif benda Morgagni pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. Katarak Imatur. Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder. Katarak Matur. Pada keadaan matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh Universitas Sumatera Utara lensa yang bila mana akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif. Katarak Hipermatur. Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak Morgagni. Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam katarak nigra terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior Ilyas, 2004. Berdasarkan lokasi terjadinya, katarak terbagi atas: a. Katarak Inti atau Nuklear Katarak inti atau nuklear merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan. Keluhan yang biasa terjadi : 1. Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat dan untuk melihat dekat melepas kaca matanya. Universitas Sumatera Utara 2. Setelah mengalami penglihatan kedua ini melihat dekat tidak perlu kaca mata penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning. Lensa lebih coklat. 3. Menyetir malam silau dan sukar. 4. Sukar membedakan warna biru dan ungu. b. Katarak Kortikal Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruh-an putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu peng-lihatan. Banyak pada penderita diabetes mellitus. Keluhan yang biasa terjadi : 1. Penglihatan jauh dan dekat terganggu. 2. Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra. c.Katarak Subkapsular Katarak Subkapsular dimulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. Adanya riwayat diabetes mellitus, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata. Keluhan yang biasa terjadi : 1. Mengganggu saat membaca. 2. Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya. 3. Mengganggu penglihatan Ilyas, 2006. 2.2.7. Pencegahan Pencegahan utama penyakit katarak dilakukan dengan mengontrol penyebab yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat pertumbuhan katarak. Cara pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga resiko katarak akan bertambah. 2. Atur makanan sehat, makan yang banyak buah dan sayur, seperti wortel. 3. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar ultraviolet mengakibatkan katarak pada mata. 4. Jaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya Ilyas, 2006.

2.3. Antioksidan