henti ke arah tahap-tahap evolusi dan kesempurnaan. Inilah definisi manusia yang “menjadi”.
33
Setelah melihat adanya dua kecenderungan manusia menurut Ali Syari`ati, maka pada pembahasan selanjutnya, penulis akan membedakan antara manusia
insân
dan manusia
basyar
sesuai dengan konteksnya.
C. Tiga Sifat
Ilâhiyah
dan Hal-Hal Yang Membatasinya Manusia
insân
memiliki tiga sifat yang saling berkaitan satu sama lainnya. Semua sifat ini adalah sifat
ilâhiyah,
dan hanya manusia
insân
sajalah yang dapat menyesuaikan dirinya dengan sifat-sifat ketuhanan ini. Bila ada sifat-sifat lainnya,
maka sifat-sifat itu merupakan sifat-sifat yang diturunkan dari ketiga sifat- sifat di bawah ini:
1. Kesadaran diri Sifat ini menuntun manusia untuk memilih, dan kemudian menolongnya untuk
mencipta sesuatu yang baru, yang sebelumnya tidak ada di alam semesta. 2. Kemauan bebas
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bebas untuk memilih bagi dirinya, dan apa yang ia pilih dapat bertentangan dengan instingnya, dengan alam,
masyarakat, dan dorongan fisiologis dan psikologisnya. Kemampuan dan kebebasan berkehendak ini menolong manusia mencapai taraf tertinggi dari
proses “menjadi” manusia. Hanya manusia sajalah yang bebas untuk memilih, dan inilah salah satu karakteristik yang membedakannya dengan makhluk
lainnya.
33
Ali Syaria`ti, Tugas Cendekiawan Muslim, h. 68-69.
Dengan karakteristik ini, manusia bisa memilih untuk berbuat baik atau jahat, rasional atau irrasional, dan sebagainya. Dengan kebebasan memilih,
manusia bisa melakukan perbuatan-perbuatan baik akhlak yang dilakukan Tuhan.
3. Kreativitas Manusia bukan sekedar makhluk pembuat alat, tetapi ia pencipta dan
pembuat barang-barang yang belum ada di alam. Manusia sadar bahwa dirinya memerlukan hal-hal yang sebelumnya tidak disediakan oleh alam,
karena itu dirinya membuat sendiri benda-benda guna memenuhi kebutuhannya.
34
Ketiga sifat
ilahiyâh
tersebut hadir dalam diri manusia, dan manusia mampu untuk mengembangkan ketiga sifat tersebut dan menjadi khalifah Tuhan di muka
bumi. Menurut Ali Syari`ati, untuk mengembangkan sifat
ilahiyâh
tersebut, manusia yang “menjadi”
insân
selalu berperang melawan kekuatan deterministik yang cenderung membatasi. Kekuatan tersebut pada saat ini muncul dalam berbagai
macam ideologi. Ideologi tersebut adalah: 1. Materialisme
Materialisme beranggapan bahwa kecerdasan dan substansi manusia adalah berasal dari materi. Jika demikian, evolusi manusia tidak akan dapat
mengatasi batas-batas materi. Sebagai suatu ideologi, Ali Syari`ati melihat bahwa materialisme merupakan suatu usaha untuk menindas kemajuan
spiritual manusia dan menolak bentuk metafisis di luar susunan materialnya. 2. Naturalisme
34
Ed. Charles Kurzman, Wacana Islam Liberal, h. 303.
Naturalisme merupakan ideologi yang cukup populer di Eropa. Naturalisme beranggapan bahwa alam adalah realitas puncak; alam yang hidup tetapi
tidak memiliki kesadaran juga dilihat sebagai hukum dasar di alam semesta. Manusia tidak dapat mengatasi alam, menguasainya, atau melampauinya.
Walaupun kaum Naturalis mempertahankan manusia sebagai jenis makhluk yang paling maju di atas alam, mereka meletakkan manusia pada derajat
yang lebih rendah terhadap alam dan kekuatan-kekuatan alamiah. Oleh karena itu, Ali Syari`ati berpendapat bahwa Naturalisme merupakan suatu
upaya lain untuk mereduksi atau mengurangi kebebasan memilih manusia, kesadaran, dan daya ciptanya.
3. Eksistensialime Pandangan kaum Eksistensialis ateis seperti Heidegger dan Sartre mungkin