Pengertian Manusia Dalam istilah bahasa Arab, manusia mempunyai banyak padanan kata, yaitu,

BAB III KONSEP MANUSIA MENURUT ALI SYARI`ATI

A. Pengertian Manusia Dalam istilah bahasa Arab, manusia mempunyai banyak padanan kata, yaitu,

insân, basyar , bani adam, unâsi, dan nâs . Di dalam al-Quran yang berkaitan dengan penciptaan manusia pertama term yang digunakan adalah basyar , yaitu: ذإ لﺎ ﻚﺑر ﺔﻜﺋﻼ إ ﺎ اﺮﺸﺑ ﻃ . اذﺈ ﺘ ﻮ ﺖ و ور اﻮﻌ ﺎ ﺪ . ص : 71 - 72 Artinya: Ingatlah ketika rabbmu berfirman kepada Malaikat, “bahwa sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah aku sempurnakan kejadiannya dan aku tiupkan kepadanya roh ciptaan-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya Shadd: 71-72 ذإو لﺎ ﻚﺑر ﺔﻜﺋﺎ إ ﺎ اﺮﺸﺑ لﺎ ﺈ نﻮ . اذﺈ ﺘ ﻮ ﺖ و ور اﻮﻌ ﺪ ﺎ . ﺮ ا : 28 - 29 Artinya: Dan Ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para Malaikat, ”sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Apabila Aku Allah telah menyempurnakan kejadiannya, serta telah meniupkan kepadanya roh ciptaan-Ku, maka tunduklah kalian kepadanya dengan bersujud al-Hijr: 28-29 Manusia diciptakan juga membawa potensi dan sifat masing-masing. Ada beberapa ayat yang memuji sikap manusia dan ada pula yang merendahkan derajat manusia. Dalam pandangan Quraish Shihab, Allah telah merencanakan agar manusia memikul tanggung jawab kekhalifahan di bumi. Untuk maksud tersebut di samping tanah jasmani dan ruh Ilahi akal dan ruhani, manusia juga diberi anugerah berupa potensi untuk mengetahui nama dan fungsi benda-benda alam, pengalaman hidup di surga, baik yang berkaitan dengan kecukupan dan kenikmatannya, maupun rayuan iblis dan akibat buruknya dan terakhir petunjuk keagamaan. 16 Penyebutan manusia dalam al-Qur`an dengan berbagai istilah tersebut mempunyai maksud masing-masing. Misalnya basyar dikaitkan dengan kedewasaan kehidupan manusia, yang menjadikannya mampu memikul tanggungjawab. 17 Penyebutan term insân digunakan al-Qur`an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan. 18 Sedangkan term bani adam untuk menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai kelebihan dan keistimewaan dari makhluk lainnya. Keistemawaan itu meliputi fitrah keagamaan, peradaban, dan kemampuan memanfaatkan alam. 19 Unâsi digunakan dalam al-Qur`an dapat difahami bahwa term ini selalu dihubungkan dengan kelompok manusia, baik sebagai suku bangsa, kelompok pelaku kriminal, maupun kelompok orang yang baik dan buruk nanti di akhirat. Jika ini dikaitkan dengan manusia maka term unâsi ini dapat difahami bahwa manusia adalah makhluk yang berkelompok, dan ia selalu akan membentuk kelompoknya sesuai dengan ciri persamaan, seperti biologis dan kebutuhan 16 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur`an Bandung: Mizan, 1997, h. 282-283. 17 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur`an , h. 278. 18 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur`an, h. 280. 19 Dr. Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam; Studi Tentang Elemen Psikologi Dari Al-Qur`an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004 h. 90. sosial lainnya. 20 Sedangkan ungkapan nâs untuk menunjukkan sifat universal manusia atau untuk menunjukkan spesies manusia. Artinya ketika menyebut nâs berarti adanya pengakuan terhadap spesies di dunia ini yaitu manusia. 21 Karena pentingnya pembahasan mengenai manusia kelompok sufipun juga menulusuri mengenai manusia itu sendiri. Dalam pandangan sufi ada istilah yang penting dan menjadi kunci dalam kajiannya, yaitu insân kâmil. Namun dalam al-Qur`an, tidak pernah disinggung mengenai insân kâmil secara pasti, tidak ada ayat yang menyatakan mengenai insân kâmil , yang ada adalah mengenai manusia yang ada dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan manusia yang mempunyai sifat yang keluh kesah, namun ia bisa dibina menjadi baik. Ayat yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dalam sebaik-baiknya bentuk adalah: ْﺪﻘ ﺎ ْﻘ ﺧ نﺎﺴِْﺈْا ِﻓ ِ ﺴْﺣأ ﻢ ِﻮْﻘ . ا : 4 Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. al-Tîn: 4 Ayat di atas adalah salah satu ayat yang dijadikan sebagai isyarat mengenai kesempurnaan manusia dari segi fisik. Kesempurnaan yang demikian membuat manusia menempati kedudukan tertinggi di antara makhluk, yaitu menjadi khalifah di muka bumi. 22 Kendati manusia memiliki potensi kesempurnaan sebagai gambaran dari kesempurnaan citra ilahi, tetapi kemudian, ketika ia terjauh dari prototipe ketuhanan, maka kesempurnaan itu semakin berkurang. Untuk itu, jalan satu-satunya mencapai kesempurnaan itu ialah kembali kepada Tuhan dengan iman dan amal saleh. Jika manusia tidak bisa mempertahankan bentuknya, maka ia juga bisa jatuh kedalam kehinaan. Dengan ungkapan lain manusia bisa seperti malaikat dan bisa pula jelek seperti manusia. Dari semua padanan kata manusia di atas, penulis mendapatkan suatu kesimpulan, yaitu, bahwa manusia merupakan makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifahnya di bumi, serta 20 Dr. Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, h. 76 21 Dr. Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, h. 86 22 Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi Jakarta: Paramadina, 1997, h. 2. makhluk yang di dalam dirinya ditanamkan sifat mengakui Tuhan dan keesaan-Nya, memiliki kebebasan, terpercaya, memiliki rasa tanggung jawab, juga dibekali dengan kecenderungan ke arah kebaikan dan kejahatan. Mengenai penciptaan manusia, Ali Syari`ati mengambil rujukan kepada al- Qur`an. Dalam penciptaan manusia, al-Qur`an menggunakan bahasa simbolis 23 bukan memakai bahasa yang jelas eksposisi. Bahasa simbolis menyatakan makna- maknanya lewat simbol-simbol dan imaji, adalah bahasa yang paling indah dan halus dari seluruh bahasa yang dikembangkan manusia. Bahasa simbolis jelas lebih mendalam, lebih universal dan lebih abadi dari pada bahasa eksposisi yang maksud dan kejelasannya terbatas pada waktu dan tempatnya. Bahasa eksposisi mungkin merupakan sarana komunikasi dan pengajaran yang lebih baik, tapi ia tidak lestari dan abadi sebagaimana bahasa simbolik. Karena hakekatnya yang satu dimensi, tidak simbolik dan tidak mistis, bahasa eksposisi selalu terbatas pada waktu. Hal ini disebabkan, sebagaimana ditunjukkan oleh filososf Mesir terkenal Abdur Rahman Badawi, suatu agama atau filsafat yang mencoba mengemukakan seluruh makna dan konsep-konsepnya dengan bahasa yang langsung ke sasaran, dan bahasa dengan satu tingkatan, pasti tidak akan dapat bertahan lama. Padahal mereka yang dituju oleh agama selalu mewakili berbagai tipe dan kelas manusia yang mengejahwantah dalam sejarah dalam kapasitas intelektual dan spiritual yang berlain-lainan, dengan sudut pandang, pengalaman, bentuk-bentuk sosial dan persepsi yang beraneka ragam. 24 Dengan demikian kiranya perlu, bahwa proses penciptaan Adam sebagai simbol manusia diceritakan secara simbolik. Sehingga sampai sekarang, setelah melampaui masa beberapa abad yang lalu, kisah Adam tetap bernilai untuk dibaca meski dalam zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban dewasa ini. 23 Kata, tanda, isyarat, yang digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain: arti, kualitas, abstraksi, gagasan, dan objek. 24 Ali Syaria`ti, Tugas Cendekiawan Muslim, terj. Dr. Amien Rais, Jakarta: Rajawali, 1982 h. 3. Di dalam al-Qur`an disebutkan bahwa manusia diciptakan dari bentuk paling rendah dari tanah kemudian ditiupkan ruh suci kepadanya. Hal ini menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk dua dimensi dengan dua arah dan dua kecenderungan. Yang satu membawanya kepada hakekat yang rendah, sedangkan satunya terbuat dari Rûh Ilâhiah dan mengajak manusia menuju ke puncak tertinggi. 25 Proses tersebut bermakna simbolis, bahwa manusia itu memiliki dua dimensi. Dimensi Ketuhanan dan dimensi kerendahan atau kehinaan, sedangkan makhluk lain hanya memiliki satu dimensi. Dalam pengertian simbolis, lumpur merujuk pada keburukan, kehinaan, tidak berarti, stagnan, dan mati. Sedangkan dimensi keilahian mengajak manusia cenderung untuk mendekatkan diri kepada-Nya, guna mencapai roh Tuhan. Oleh karena kejadian manusia yang demikian itu, maka manusia pada satu saat dapat mencapai derajat yang lebih tinggi, akan tetapi di saat yang lain ia juga dapat terjerumus ke tempat yang hina dan rendah, yang berarti pengingkaran atas dimensi ke-Tuhanannya. Ali Syaria`ti menegaskan, bahwa keutamaan paling menonjol dari manusia, yang menandai keunggulannya atas makhluk lain, adalah kekuatan iradahnya. Ia adalah satu-satunya makhluk dalam penciptaan yang dapat bertindak melawan dorongan instingnya. 26 Hanya manusia saja yang mampu melawan dirinya sendiri, menentang hakekatnya, dan memberontak terhadap kebutuhan fisik dan spritualnya. Dari kehendak bebas inilah manusia dapat menemukan jati dirinya, untuk mendapatkan 25 Ekky Malaky, Seri Tokoh Filsafat, h. 32. 26 Sesuatu yang hewan maupun tumbuhan tidak dapat melakukannnya, karena keduanya mustahil menentang instingnya. kemuliaan dan kebahagiaan abadi bersama sang pencipta, karena ia diberi kebebasan memilih yang tidak diberikan Tuhan kepada makhluk yang lain. 27 Manusia memiliki kehendak dan pengetahuan, dan ia mungkin menempuh jalan ini atau tidak; maka jika ia menempuh, sesungguhnya ia menempuh dengan kehendaknya dan pilihannya sendiri, bukan dengan paksaan. Untuk itulah ia memiliki cri khas dan keutamaan yang tidak dinikmati oleh malaikat, yang diciptakan oleh Allah dalam paksaan dan terus ditarik kearah kebaikan bukan karena pilihan malaikat. 28 Manusia juga universal, memiliki wujud alami, memiliki zat materi dengan arti seperti yang dijelaskan berulang-ulang oleh al-Qur`an dan dikukuhkan dengan ungkapan yang berbeda-beda, agar kita paham betul, dan kita tidak tunduk pada pemahaman samar dan falsafah adikodrati, yang di dalamnya kebanyakan para filosof dan para arif terjatuh. Dari pandangan tersebut, Ali Syari`ati berpendapat bahwa manusia adalah kombinasi dua hal yang berlawanan, fenomena dialektis yang terdiri dari oposisi “Allah – Syaitan” atau “roh lempung”. Ia adalah kehendak bebas, mampu membentuk nasibnya sendiri dan bertanggung jawab; ia menerima amanah khusus dari Allah dan para malaikat bersujud kepadanya; ia adalah khalifah Allah di bumi, tetapi iapun seorang yang memberontak terhadap-Nya; ia memakan buah larangan; ia diusir dari sorga dan dibung ke alam tandus, dengan tiga aspek: cinta Hawa, akal Syaitan, dan pemberontakan buah larangan. Ia diperintahkan untuk mencipta sorga manusia dalam alam, tempat pengasingannya. Ia senantiasa mengalami pertarungan dalam dirinya, ia senantiasa berjuang untuk bangkit dari 27 Ali Syaria`ti, Tugas Cendekiawan Muslim, h.10-11. 28 Ali Syaria`ti, Ummah dan Imamah, trj. Muhammad Faishol Hasanuddin, Jakarta: YAPI, 1990 h. 117-119. lempung menuju Allah, berusaha untuk naik meningkat, sehingga hewan yang berasal dari lumpur dan endapan itu bisa mendapatkan karakteristik Allah. 29 Oleh karena itu, manusia yang memiliki dimensi ganda, membutuhkan suatu agama yang mampu merealisasikan semua aspek-aspek kemanusiannya yang bersifat material dan spiritual. Disinilah letak keunggulan Islam, sebab manusia di dalam Islam tidak dipandang tanpa daya dihadapan Tuhannya. Sebagai makhluk bidimensional, yang dikaruniai misi ke-Tuhanan, manusia memerlukan bimbingan agama yang dapat memelihara keseimbangan antara kutub keakhiratan dan kutub keduniawiannya.

B. Dua Kecenderungan Manusia Pada pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan berbagai padanan kata