Faktor Sosial Sebab Terjadi Pernikahan Dini

21 Artinya: ”Qutaibah ibn sa-id menceritakan kepada kami, sufyan menceritakan kepada kami dari amru dari ba’dad dari ibnu abbas berkata:aku mendengar Rasulallah SAW bersabda: jangan laki-laki dan perempuan berdua-duaan, dan janganlah perempuan bepergian tanpa kecuali ditemani mukhrimnya. Maka seorang laki-laki berdiri:”yah Rasulallah isteriku mau pergi haji sedangkan aku mempunyai kewajiban untuk berperang. Rasulallah bersabda:”pergilah haji bersama isterimu.” HR.Ibnu Abbas. 18 Berdasarkan hadist di atas Rasulallah sangat melarang laki-laki dan perempuan berduaan di suatu tempat atau ruangan tertentu, karena akan menimbulkan fitnah diantara keduanya. Hadis ini menggambarkan kehidupan Rasulallah yang melarang memandang wanita, menganjurkan memakai jilbab, dan melarang berduaan disuatu tempat antara pria dan wanita yang bukan muhrim. Dalam kehidupan sosial, media masa ikut berperan dalam memicu pernikahan di bawah umur, beredarnya VCD porno bagaikan kacang goreng, poster-poster film, tabloid dan majalah yang merangsang disetiap sudut kota, suguhan sinetron, dan iklan yang mengarah kepada sek bebas. 19 Perkawinan usia muda tidak hanya terjadi di desa-desa, tetapi juga di kota-kota dengan sebab yang sama, terlebih lagi di kota besar dewasa ini sering terjadi perkawinan di bawah umur karena kecelakaan zina atau si gadis 18 . Imam Al bukhari, Shohih Bukhari: Kitab Al-Jihad wa Al-Sair, Beirut: Dar Al-Fikr, jilid IV, h.172. 19 Inna Mutmainnah,”Pernikahan Dini, Problema dan solusi: Perspektif Psikologi dan agama,”07 mei 2002 Jakarta:BEM UIN Syarif Hidayatullah, 2002, h. 2 22 dilarikan pacarnya. Jadi perkawinan hanya sebagi usaha menutupi aneka macam kemesuman karena kebebasan pergaulan. 20 Selain faktor-faktor tadi yang disebutkan, juga ada sebab lain sebagai pendorong untuk memberikan peluang dan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada remaja untuk menikah dini adalah adanya dispensasi dalam Undang- Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat 2 . Karena walaupun ada batasan tentang usia minimal yaitu 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita, tetapi ada kebolehan dispensasi bagi yang belum mencapai usia tersebut. Dispensasi ini secara prosedural sangat mudah didapat dan sedikitpun tidak ada kesulitan dalam pengurusannya. Tidak ada satupun pemikiran bagi masyarakat bahwa batasan usia dalam perkawinan sebetulnya memiliki ketentuan tanpa memiliki kewenangan. Selain masih banyak terjadi pernikahan dini ada yang lebih tragis lagi yaitu pemalsuan umur, seperti: anak gadis baru berusia 14 tahun atau 15 tahun diakui sudah 16 tahun, atau anak laki- laki baru usia 17 atau 18 tahun diakui sudah 19 tahun, supaya bisa melakukan perkawinan. 21

C. Batasan Umur Perkawinan

Sebelum perkawinan dilakukan, tentunya persyaratan untuk dapat melangsunkan perkawinan harus dipenuhi. Misalnya tentang ketentuan batas usia 20 Aisyah Dahlan, Persiapan menuju perkawinana yang Lestari, Jakarta: PT. Putaka Antara, 1996, h. 39. 21 H. Aisyah Dahlan, Loc.Cit. h 42. 23 minimum untuk menikah sangatlah penting. Karena perkawinan seharusnya dilakukan oleh mereka yang sudah cukup umur dan matang dilihat dari segi biologis, psikologis, dan ekonomi. Maka dari itu perlu diatur mengenai batas umur dalam perkawinan, dan batasan tersebut dibagi kedalam tiga bagian yaitu sebagai berikut:

1. Batas Umur Dalam Perundangan

Umur minimal boleh kawin menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah 19 tahun bagi pria dan enam 16 tahun bagi wanita. Seperti disebutkan pada P asal 7 ayat 1,” Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 Sembilan belas tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 enam belas tahun.” Di samping itu, bagi calon yang belum mencapai umur 21 tahun diharuskan mendapat izin dari kedua orang tua atau pengadilan, seperti disebutkan pada Pasal 6 ayat 2 dan 5 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan . Adapun isi ayat 2:” Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua. ” Sedang isi ayat 5 adalah: “Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam ayat 2, 3 dan 4 pasal ini atau salah seorang atau lebih di antara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan

Dokumen yang terkait

”Nangkih” dan Gambaran Pernikahan Dini Pada Masyarakat Etnis Karo di Desa Suka Dame, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang

0 55 167

Determinan Pernikahan Dini Pada Suku Jawa Di Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli Tahun 2013

0 46 126

Pandangan Masyarakat Dalam Pernikahan Usia Dini Studi Kasus Di Desa Cikurutug Kecamatan Cikreunghas Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat

1 12 70

Analisis finansial industri tapioka studi kasus perusahaan tapioka h. sampora di Desa Bojong, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi

0 6 93

PANTANGAN PERNIKAHAN ADAT JAWA DALAM PERSPEKTIF TOKOH MASYARAKAT Pantangan Pernikahan Adat Jawa dalam Perspektif Tokoh Masyarakat (Studi Kasus Desa Ketangirejo Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan).

0 2 16

PANTANGAN PERNIKAHAN ADAT JAWA DALAM PERSPEKTIF TOKOH MASYARAKAT Pantangan Pernikahan Adat Jawa dalam Perspektif Tokoh Masyarakat (Studi Kasus Desa Ketangirejo Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan).

0 1 13

DAMPAK INDUSTRI SEPATU PT. GSI TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA DI DESA BOJONG RAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN SUKABUMI.

0 3 36

MORFOTEKTONIK DAERAH CIKEMBAR DAN SEKITARNYA KECAMATAN CIKEMBAR, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT.

0 0 4

Dampak Pernikahan Dini dan Problematika Hukumnya Oleh Muhammad Julijanto Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Surakarta ABSTRACT - Dampak Pernikahan Dini dan Problematika Hukumnya

0 0 11

PERNIKAHAN DINI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA PADA MASYARAKAT MADURA (PERSPEKTIF HUKUM DAN GENDER)

0 0 19