25
2.2 Metodologi Peningkatan Six Sigma
Ada    banyak  metode    perbaikan  yang    dapat  digunakan  untuk memperbaiki  proses. Kebanyakan berdasarkan langkah-langkah  yang dikenalkan
oleh  W.  Edwards  Deming  yaitu  PDCA  Plan-Do  Check-Action,  SEA  Select- Experiment-Adapt,  SEL  Select-Experiment-Learn  dan  DMAIC  [5].  Langkah
sistematis dalam Six  Sigma  terdiri dari lima tahapan yang dikenal dengan istilah The Six Sigma Breakthrough Strategy, terdiri dari fase Define, Measure, Analyze,
Improve dan Control.
2.2.1 Fase Define
Fase  Define  D  merupakan    fase    menentukan  masalah    dan menetapkan  kebutuhan  spesifik  dari  pelanggan  yang  dalam  hal  ini  sering
disebut  dengan  “suara  pelanggan”  VOC  –  Voice  of  Customer.  Setelah mendata  semua    variabel  yang    dipandang    penting    oleh  pelanggan  sebagai
Voice  of  Customer,  selanjutnya  perlu  diberikan  nilai  terukur.    Variabel terukur    tersebut dinamakan    karakteristik  kualitas  pengganti    atau Critical-
to-Quality CTQ. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi proses-proses yang menyertai CTQ tersebut.
Untuk  lebih  memudahkan  pendefinisian  masalah  pada    fase    ini  dapat digunakan  tool  dalam  statistik,  yaitu  diagram  Pareto  dan  Process
Mapping. Diagram  Pareto  adalah  grafik  yang  membuat  peringkat  pada  hal-hal  yang  harus
diprioritaskan,  yaitu  dengan  memilih  penyebab  mana  yang  harus  diprioritaskan terlebih  dahulu.  Contoh  bentuk diagram  pareto dapat dilihat  pada  Gambar 2.1 di
26 bawah ini.
Gambar 2.1: Contoh Pareto Chart
Sedangkan Proses Mapping adalah  grafik  yang menggambarkan  langkah- langkah  yang  dilakukan  dalam  meningkatkan  kualitas  proses  menggunakan
simbol-simbol standar flowchart. Proses mapping mempunyai lima kategori kerja utama,  yaitu  mengidentifikasi  supplier  proses,  input  supplier,  proses,  output
proses  dan  pelanggan  dari  proses.  Kelima  kategori  ini  dikenal  dengan  istilah SIPOC Supplier-Input-Proses-Output-Costumer [5].
Simbol-simbol yang digunakan pada pembuatan proses mapping yaitu: : digunakan untuk menggambar awal proses
: digunakan untuk menggambarkan tahap-tahap dalam proses
: digunakan untuk menggambarkan proses pengambilan keputusan
: digunakan untuk menghubungkan tahap-tahap dalam proses
27 Contoh dari proses mapping bisa dilihat pada Gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.2 contoh proses mapping
2.2.2 Fase Measure
Fase  Measure  M  merupakan  fase    mengukur  tingkat  kecacatan pelanggan dan  tingkat  kinerja. Dalam fase   ini, pengukuran  yang dilakukan
antara lain:
28 1.  Pengukuran baseline kinerja
Sebelum dilakukan proses six sigma harus dilakukan pengukuran tingkat kinerja  saat  ini    atau  pengukuran  baseline  kinerja.  Ukuran  hasil  kinerja
baseline  yang  digunakan  pada  six  sigma  adalah  tingkat DPMO  Defect  Per Million Opportunity dan pencapaian tingkat kapabilitas sigma sigma level.
Perhitungan nilai sigma dilakukan untuk mengetahui performa proses saat ini yang akan menjadi tolak ukur dalam menentukan tindakan perbaikan
yang harus dilakukan. Langkah-langkahnya yaitu: a.  Menghitung nilai DPMO
DPMO  merupakan  suatu  ukuran  kegagalan  dalam  Six  Sigma  yang menunjukan  kerusakan  suatu  produk  dalam  satu  juta  barang  yang
diproduksi.  Kriteria  DPMO  harus  didefinisikan  dengan  teliti.  Kerusakan dapat  digambarkan  dengan  tidak  bersih,  tidak  tepat  atau  tidak  sesuai
dengan standar. DPMO dituliskan dengan persamaan:
2.1
Nilai  DPMO  dari  suatu  produk  menggambarkan  rata-rata  pengukuran  pada suatu proses.
b. Mengobservasi nilai DPMO ke nilai sigma mengunakan tabel konversi sigma
Lampiran 4.
29 setelah  diperoleh  nilai  DPMO  dan  level  sigma,  maka  kita  dapat  mengetahui
besarnya baseline kinerja perusahaan saat ini. 2.  Pengukuran tingkat kapabilitas proses capability proses.
Suatu proses disebut mempunyai kapabilitas jika proses tersebut mempunyai kemampuan  untuk  menghasilkan  output  yang  berada  dalam  batas  spesifikasi
yang  diharapkan.  yaitu  apabila  nilai  rata-rata  dari  proses  tersebut  sama  dengan nilai  target  yang  diharapkan  dan  besarnya  rentang  batas  spesifikasi  yang
diinginkan  perusahaan,  yaitu  batas  spesifikasi  atas  perusahaan  USL  dan  batas spesifikasi  bawah  perusahaan  LSL  lebih  besar  dari  rentang  batas  kontrol  pada
produk  yaitu  dihasilkan,  yaitu  garis  hasil  atas  UCL  dan  garis  hasil  bawah LCL [6]. Untuk  lebih  jelasnya dapat dillihat pada Gambar 2.2. Besarnya batas
spesifikasi  perusahaan  ditentukan  oleh  bagian  Quality  Control  pada  perusahaan sedangkan  besarnya  batas  terkontrol  dapat  diketahui  melalui  bagan  kendali
Shewhart. Ukuran yang menyatakan kemampuan proses tersebut dinamakan capability
index.  Sedangkan  analisanya  disebut  analisa  proses  kapabilitas.  Analisa  proses kapabilitas dapat digunakan apabila proses tersebut berada dalam proses control
statistik. Apabila tidak maka nilai kapabilitasnya tidak dapat dipercaya.
30
Gambar 2.3 Bentuk Bagan Kendali Proses Mempunyai Kapabilitas
Menurut  [6],  proses  kapabilitas  dapat  digolongkan  kedalam  tiga  kondisi, yaitu:
a.  Proses yang memiliki kapabilitas tinggi, terjadi  jika rentang proses berada
didalam rentang spesifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.4.
2.2
Gambar 2.4 Bagan Kendali Kapabilitas Tinggi
b.  Proses  yang  memiliki  kapabilitas  hampir  tidak  cukup,  terjadi  jika  rentang proses sama dengan rentang spesifikasi Gambar 2.5.
31 2.3
Gambar 2.5 Bagan Kendali Kapabilitas hampir tidak cukup
c.  Proses  yang  tidak  memiliki  kapabilitas,  terjadi  jika  rentang  proses  lebih besar dibandingkan dengan rentang spsesifikasi Gambar 2.6.
2. 4
Gambar 2.6 Bagan Kendali Proses tidak memiliki Kapabilitas
Terdapat  berbagai  indeks  kapabilitas  proses,  akan  tetapi  dalam  skripsi  ini akan digunakan 3 macam indeks, yaitu:
32 a.
Indeks Kapabilitas Proses C
p
Indeks  Kapabilitas  Proses  C
p
merupakan  indeks  kapabilitas  yang  paling sederhana,  digunakan  untuk  menunjukan  kemampuan  suatu  proses  dalam
memenuhi spesifikasi limit. Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi sebelum menggunakan  C
p
,  yaitu  distribusi  dari  proses  harus  berdistribusi  normal  dan nilai  rata-rata  proses  X harus  tepat  sama  dengan  nilai  target  T,  yang  berarti
nilai X  dari proses harus tepat berada di tengah dari interval nilai USL dan LSL. Jika  asumsi  ini  tidak  terpenuhi,  maka  nilai  C
p
akan  memberikan  misleading result  kurang  dapat  dipercaya.  Dapat  dikatakan  C
p
merupakan  perbandingan antara  rentang  spesifikasi  dengan  rentang  proses,  sehingga  seharusnya  bernilai
lebih dari satu [6]. Dituliskan: 2.5
Sehingga: 2.6
Nilai  C
p
=  1,  jika  rentang  spesifikasi  sama  dengan  rentang  proses.  Dikatakan proses hampir memiliki kapabilitas.
Nilai  C
p
1,  jika  rentang  spesifikasi  lebih  besar  dari  rentang  proses.  Dikatakan proses memiliki kapabilitas tinggi.
Nilai  C
p
1,  jika  rentang  spesifikasi  lebih  kecil  dari  rentang  proses.  Dikatakan proses tidak memiliki kapabilitas.
33 Secara umum dapat dikatakan semakin besar  nilai C
p
, maka semakin baik proses tersebut.  Six  sigma  merupakan  pengembangan  dari  konsep  C
p
.  Proses memiliki  C
p
=  2.  Hubungan  antara  nilai  C
p
dan  kapabilitas  proses  dapat  di  lihat pada Tabel 2.2 di bawah ini [7].
Table 2.2 Hubungan C
p
dan Kapabilitas proses
C
p
Kapabilitas Proses
0, 33 1, 0 σ
0, 50 1, 5 σ
0, 67 2, 0 σ
0, 83 2, 5 σ
1, 00 3, 0 σ
1, 17 3, 5 σ
1, 13 4, 0 σ
1, 50 4,5  σ
1, 67 5, 0 σ
1, 83 5,5  σ
2, 00 6, 0 σ
2, 17 6, 5 σ
2, 33 7, 0 σ
b.  C
pk
Indeks Kapabilitas Aktual C
pk
merupakan  indeks  yang  menunjukan  seberapa  baik  suatu  proses  dapat memenuhi  spesifikasi  limit,  dengan  mengukur  jarak  terdekat  antara  kinerja
proses dan batas spesifikasi. Semakin kecil nilai C
pk
semakin dekat jarak kinerja proses dan batas spesifikasi, hal ini berarti proses tersebut semakin baik. Formula
Cpk dituliskan [6].
2.7
34 Dengan
jika , maka
35 Jadi,
2.8
Dengan: = rata-rata proses
= simpanganstandar deviasi dapat  dikatakan  bahwa  C
pk
lebih  baik  daripada  C
p.
Akan  tetapi  C
pk
juga mempunyai  kekurangan,  yaitu  C
pk
hanya  melihat  penyebaran  dari  rata-rata proses  dan  spesifikasi  limit,  sehingga  tidak  dapat  memberikan  informasi
bagaimana penyebaran dari proses control secara keseluruhan, hanya bagaimana penyebaran proses terhadap spsesifikasi limit.
Terdapat  hubungan  antara  C
pk
dan  kapabilitas  proses  pada  berbagai  tingkat sigma.  Hubungan  tersebut  sama  dengan  yang  ditunjukan  pada  Tabel  2.3  di
bawah ini.
36
Tabel 2.3 Hubungan Cpk dan Kapabilitas Proses
C
pk
Kapabilitas Proses
0,33
1, 0 σ
0,50
1, 5 σ
0,67
2, 0 σ
0,88
2, 5 σ
1,00
3, 0 σ
1,17
3, 5 σ
1,33
4, 0 σ
1,50
4,5  σ
1,67
5, 0 σ
1,83
5,5  σ
2,00
6, 0 σ
2,17
6, 5 σ
2,33
7, 0 σ
1. Indeks kapabilitas proses C
pm
Indeks  kapabilitas proses C
pm
disebut juga Taguchi Capability Index digunakan untuk  mengukur  pada  tingkat  mana  output  suatu  proses  berada  pada  nilai
spesifikasi  target  kualitas  T  yang  diinginkan  oleh  pelanggan.  Semakin  tinggi nilai C
pm
menunjukan bahwa output proses itu semakin mendekati nilai spesifikasi target kualitas T yang diinginkan pelanggan. Formula C
pm
di tuliskan: 2.9
Dengan adalah  variansi  dan  selisih  antara  rata-rata
proses   dan target T. Beberapa keuntungan dari penggunaan indeks C
pm
[8] adalah:
37 1. Dapat  diterapkan  pada  suatu  interval  spesifikasi  yang  tidak  simetris
asymmetrical specification interval, di mana nilai spesesifikasi target kualitas T tidak berada pada tepat di tengah nilai USL dan LSL.
2. Dapat  dihitung  untuk  tipe  distribusi  apa  saja,  tidak  mensyaratkan  data  harus berdistribusi  normal.  Hal  ini  berarti  perhitungan  C
pm
adalah  bebas  dari persyaratan  distribusi  data,  serta  tidak  memerlukan  lagi  uji  normalitas  untuk
mengetahui apakah data yang dikumpulkan dari proses itu berdistribusi normal. Dalam  program  peningkatan  kualitas  Six  Sigma,  biasanya
dipergunakan kriteria sebagai berikut: a  C
pm
≥ 2,00 Proses dianggap mampu dan kompetitif.
b  1,00 ≤ C
pm
≤ 1,99 Proses  dianggap  cukup  mampu,  namun  perlu  upaya-upaya  giat  untuk
peningkatan kualitas menuju target perusahaan berkelas dunia yang memiliki tingkat kegagalan sangat kecil menuju nol zero defect oriented. Perusahaan
yang  memiliki  nilai  C
pm
yang  berada  di  kisaran  ini  memilliki  kesempatan terbaik dalam melakukan program peningkatan kualitas six sigma.
c  C
pm
1,00 Proses  dianggap  tidak  mampu dan  tidak  kompetitif  untuk  bersaing  di  pasar
global.
38
2.2.3 Fase Analyze