Profil Sutradara Film CinTa. Profil Pemain Film CinTa.

42

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Temuan Data.

Klasifikasi film terdiri dari lima yaitu komedi, drama, horror , musikal, dan laga. Film cinTa termasuk dalam klasifikasi drama. Drama adalah film yang menggambarkan realita kenyataan di sekeliling hidup manusia. Dalam film drama, alur ceritanya terkadang dapat membuat penonton tersenyum, sedih dan meneteskan air mata. Karena film ini mengisahkan tentang realita yang ada di sekitar kehidupan manusia tentang cinta beda agama. Di Indonesia banyak kasus seperti ini, seperti dalam setiap footage yang diselipi di setiap adegan. Ada pasangan beda agama yang akan melangsungkan pernikahan, pasangan yang baru menikah beberapa bulan, pasangan yang sudah menikah dan dikaruniai satu orang anak, bahkan pasangan yang sudah menikah hingga puluhan tahun dengan anak dan cucunya, mereka bisa rukun seperti itu karena mereka memiliki rasa toleransi yang tinggi tidak mengusik agama masing- masing dan saling menghormati setiap perbedaan yang ada. Film ini berjudul CinTa dengan mengusung tema tentang cinta dan perbedaan. Dalam film ini para pemain berhasil memerankan tokoh mereka dengan sangat baik. Walaupun keduanya bukan artis terkenal tetapi akting mereka bisa dibilang cukup sempurna. Terutama peran cina yang dimainkan oleh Sunny Soon. Ia sangat menjiwai perannya sebagai seorang Kristen keturunan Tionghoa yang sangat taat terhadap agama. Begitu pula peran Annisa yang diperankan oleh Saira Jihan. Dengan raut muka yang sendu ia mampu mendalami karakter Annisa yang memang seorang yang melankolis. Walaupun di pertengahan film terdapat suatu cerita tentang pengeboman gereja-gereja pada hari natal, namun tidak menjadikan Cina nama pemeran laki- laki dan Annisa nama pemeran perempuan lantas bersitegang, karena mereka tahu bahwa kejadian pengeboman itu hanya rekayasa orang-orang yang menginginkan permusuhan antar-agama. Film ini menceritakan tentang kejadian di tahun 2000 yang banyak terjadi pertikaian antar umat beragama salah satunya adalah banyaknya pengeboman yang terjadi di gereja-gereja di Indonesia pada saat malam natal. Bisa dibilang alur ceritanya adalah alur mundur. Karena mengisahkan kejadian di tahun 2000 padahal film ini diproduksi pada tahun 2009. Film ini berlatar tahun 2000 tepatnya di kota Bandung. Tempat yang dipakai dalam pembuatan film ini adalah ITB Institut Tekhnologi Bandung tepatnya gedung arsitek. Selain itu healthy spa juga dipakai sebagai tempat magang Cina. Tempat lain yang juga dipakai adalah taman lalu lintas ade irma suryani Bandung, masjid al-Kautsar, tamansari Bandung, dan warung indung. Dengan fashion yang dikenakan Cina dan Annisa sangat cocok dengan latar tahun 2000. Sampai pada telepon genggam milik Annisa pun digunakan HP yang memang tren pada tahun 2000 yaitu Nokia 5280 . Hampir setiap adegan dalam film ini menarik, bahkan mungkin setiap adegan dalam film ini bisa dikatakan menarik. Bagian yang menarik dalam film ini ketika Cina dan Annisa tidur di atas rumput dan membicarakan tentang Tuhan sebagai sutradara yang mengerti posisi makhluknya. Selain itu adegan ketika Cina melihat Annisa yang sedang berwudhu. Adegan yang juga sangat menarik adalah ketika Cina dan Annisa mendiskusikan tentang pertikaian agama di Palestina dengan latar di taman bermain menggunakan permainan. Disitu Annisa bertanya “kenapa Allah nyiptain kita beda- beda kalo Allah hanya pengen disembah dengan satu cara” kemudian Cina menjawab “ makanya Allah nyiptain cinta biar yang beda-beda bisa nyatu”. Pertanyaan Annisa tentang Tuhan menggambarkan rasa ingin tahu Annisa tentang adanya perbedaan, sedangkan jawaban Cina bukanlah sebagai jawaban yang harus dibenarkan. Itu hanyalah pendapat Cina saja sebagai seorang manusia biasa. Dalam film ini hanya ditampilkan dua tokoh saja yaitu Cina dan Annisa dengan mengusung konsep sinematografi cinta milik kita berdua, sang sutradara ingin menampilkan kesan bahwa ketika kita jatuh cinta, maka dunia serasa milik berdua. Makanya dalam film ini hanya dua tokoh saja yang ditampilkan. Walaupun ada figuran mereka hanya voice over saja dan tidak ditampilkan wajah mereka. Dalam film ini banyak sekali simbol-simbol yang ditampilkan. Salah satunya adalah semut. Semut adalah hewan yang sangat kecil, tetapi ketika mereka berjumpa dengan semut yang lain maka terlihat mereka saling bertegur sapa. Bisa diartikan betapa kecilnya manusia dihadapan tuhanNya, tetapi walaupun kecil hendaknya manusia tidak saling meremehkan bahkan harus seperti semut saling bertegur sapa ketika bertemu dengan manusia lainnya sekalipun ada perbedaan, baik beda suku, agama, dan keyakinan. Manusia harus saling menghargai satu sama lain karena Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda untuk saling mengenal satu sama lain. Tak kenal maka tak sayang, begitulah kata