Semiotik Struktural dan Semiotik Pragmatis

a. Semiotik struktural Dasar-dasar semiotik struktural adalah sebagai berikut: 1. Tanda adalah sesuatu yang terstruktur dalam kognisi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, sedangkan penggunaan tanda didasari oleh adanya kaidah-kaidah yang mengatur langue praktik berbahasa parole dalam kehidupan bermasyarakat atau bagaimana parole mengubah langue. 2. Apabila manusia memandang suatu gejala budaya sebagai tanda, maka ia melihatnya sebagai sebuah struktur yang terdiri atas penanda yakni bentuknya secara abstrak yang dikaitkan dengan petanda yakni makna atau konsep. 3. Manusia, dalam kehiduannya, melihat tanda melalui dua proses, yakni sintagmatik juktaposisi tanda dan asosiatif hubungan antartanda dalam ingatan manusia yang membentuk sistem dan paradigma. 4. Teori tandanya bersifat dikotomis, yakni selain melihat tanda sebagai terdiri atas dua aspek yang berkaitan satu sama lain, juga melihat relasi antartanda sebagai relasi pembeda “makna” makna diperoleh dari pembedaan. 5. Analisisnya didasari oleh sebagian atau seluruh kaidah-kaidah analisis struktural, yakni imanensi, pertinensi ketepatgunaan; ketepatan; kegunaan, kamus, 22 komutasi pergantian, 22 Tim Prima Pena, kamus Ilmiah Populer Edisi Lengkap, Surabaya: Gitamedia Press, 2006, h.371. kompatibilitas, integrasi penyatuan, penggabungan, sinkroni sebagai dasar analisis diakronis, dan fungsional. 23 b. Semiotik pragmatis Semiotik pragmatis bersumber pada peirce 1931-1958. Bagi pei rce, tanda adalah “sesuatu yang mewakili sesuatu”. Danesi dan perron menulis bahwa teori semiotik seperti itu sudah ada sejak Hippocrates 460- 377 SM yang mendefinisikan “tanda” dari bidang kedokteran sebagai gejala fisik physical symptom yang mewakili stand for suatu penyakit. 24 Menurut Danesi dan Perron, penelitian semiotik mencakupi tiga ranah yang berkaitan dengan apa yang diserap manusia dari lingkungannya the world , yakni yang bersangkutan dengan “tubuh”-nya, “pikiran”-nya, dan “kebudayaan”-nya. Ketiga ranah itu sejajar dengan teori Peirce tentang proses representasi dari representamen. Representasi tanda menyangkut hubungan antara representamen dan objeknya. 25 2 Semiotik Charles Sanders Peirce Peirce adalah ahli filsafat dan ahli logika. Peirce mengusulkan kata semiotik yang sebenarnya telah digunakan oleh ahli filsafat Jerman Lambert pada abad XVIII sebagai sinonim kata logika. 26 Menurut Peirce, semua gejala alam dan budaya harus dilihat sebagai tanda. Pandangannya itu disebut “pansemiotik”. Model tanda yang dikemukakan Peirce adalah trikotomis atau triadik. Prinsip dasarnya ialah bahwa tanda bersifat 23 Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h. 8-9. 24 Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h. 19. 25 Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h. 23. 26 Alex Sobur,”Analisis Teks Media.” Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 110. representatif, yaitu tanda adalah “sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain”, something that represent something else. Teori Peirce mengatakan bahwa sesuatu itu dapat disebut sebagai tanda jka ia mewakili sesuatu yang lain. Tanda yang mewakilinya disebut representamen referent. Jadi jika sebuah tanda mewakilinya, hak ini adalah fungsi utama tanda. Misalnya, anggukan kepala mewakili persetujuan, gelengan mewakili ketidaksetujuan. Agar berfungsi, tanda harus ditangkap, dipahami, misalnya dengan bantuan kode. Proses perwakilan itu disebut semiosis, yaitu suatu proses dimana suatu tanda berfungsi sebagai tanda, yaitu mewakili sesuatu yang ditandainya. Peirce membedakan hubungan antara tanda dengan acuannya ke dalam tiga jenis hubungan, yaitu : 1. Ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan. Ikon bisa berupa, foto, peta geografis, penyebutan atau penempatan. 2. Indeks, jika berhubungan dengan kedekatan eksistensi Misalnya, asap hitam tebal membubung menandai kebakaran, wajah yang muram menandai hati yang sedih, dan sebagainya. 3. Simbol, jika ia berupa hubungan yang sudah terbentuk secara konvensi. 27 Proses pemaknaan tanda pada Peirce mengikuti hubungan prosesual antara tiga titik, yaitu representamen [R] objek [O] interpretan [I]. R adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi [secara fisik atau mental] yang merujuk pada sesuatu yang diwakili olehnya [O]. Kemudian I adalah bagian dari proses yang menafsirkan 27 www.id.wikipedia.orgwikikajian-semiotik diakses pada 19 april 2011 pukul 19:14 WIB. hubungan R dengan O. Oleh karena itu, bagi Peirce, tanda tidak hanya representatif, tetapi juga interpretatif. Peirce membedakan tiga jenis tanda, yakni indeks, ikon, dan lambang. 28 Dalam buku Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya karya Benny H. Hoed yang dikutip dari W. Noth, membedakan tiga jenis tanda dalam kaitannya dengan objek hal yang dirujuk, yaitu indeks, ikon dan lambang. Indeks adalah tanda yang hubungan representamen dengan objeknya bersifat langsung, bahkan didasari hubungan kontiguitas atau sebab akibat. Ikon adalah tanda yang representamennya berupa tiruan identitas objek yang dirujuknya. Lambang adalah tanda yang hubungan representamen dengan objeknya didasari konvensi. 29 Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda sign, object, dan interpretant. 30 Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk merepresentasikan hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol tanda yang muncul dari kesepakatan, Ikon tanda yang muncul dari perwakilan fisik dan Indeks tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat. Sedangkan acuan 28 Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h. 46-47. 29 Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h. 246. 30 Kris Budiman, semiotik visual Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004, h. 26. tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Peirce muncul dengan skemati triadik, yakni ground, objek, dan interpretan. Atas dasar hubungan ini, Peirce mengandakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang terkandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan adanya hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh manusia. 31 Teori dari Peirce menjadi grand theory dalam semiotik. Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam strukutur tunggal. 32 31 Christomy. T dan Untung Yuwono ed, Semiotika Budaya, Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat Universitas Indonesia, 2004, h. 83-84. 32 Alex Sobur,”Analisis Teks Media.” Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 97. Inti dari pemikiran Peirce adalah bahwa jagat raya the universe ini terdiri atas tanda-tanda signs. Ini merupakan pandangan pansemiotik tentang jagat raya kita. Semiotik bagi Peirce adalah suatu tindakan action, pengaruh influnce, atau kerja sama tiga subjek, yaitu tanda sign, objek object, dan interpretan interpretant. 33 Menurut Peirce, seperti dikutip Eco , “ something which stands to somebody for something in some respect or capacity” tanda adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Definisi Peirce tidak menuntut kualitas keadaan yang secara sengaja diadakan dan secara artifisial diupayakan. Lebih dari itu, triade Peirce bisa juga dipakai untuk yang tidak dihasilkan oleh manusia, tetapi dapat diterima oleh manusia; misalnya gejala meteorologis dan macam indeks yang lain. 34 Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau objeknya bersifat kemiripan. Misalnya, potret pada peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Misalnya, asap menandakan bahwa adanya api. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah 33 Alex Sobur,”Analisis Teks Media.” Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 109. 34 Alex Sobur,”Analisis Teks Media.” Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 109-110. antara penanda dengan petandanya. Hubungan ini berdasarkan perjanjian masyarakat. 35

C. Cinta dan Toleransi

Cinta adalah kosakata komprehensif dan espresif yang memuat seluruh rasa emosional. Tidak ada seorang pun diantara kita yang bisa hidup tanpa energi cinta didalam dirinya, dan alangkah indahnya jika segala sesuatu dikerjakan dengan cinta . 36 Cinta adalah jiwa kehidupan dan tiang selamat bagi umat manusia. Apabila kekuatan tarik menarik dapat menahan bumi dan bintang-bintang dari pertumbuhan antara satu sama lain, sehingga selamat dan berjatuhan, terbakar dan gugur, maka perasaan cinta dan kasih sayang itu menjadi penghubung antara sesama manusia. 37 Menurut hadits Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya, ٲ نم ًﺄ ﯿ ﺤ ڪ ﺜ ر ﮐ ر ﮦ kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya, ٲ نم ﮦ ﻋ ﻓ ًﺄ ﯿ ﺤ Artinya: “Barang siapa yang mencintai sesuatu maka ia akan menjadi budaknya.” 35 Alex sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 2006, h. 41-42. 36 meriwardana.blogspot.com diakses pada 26 mei 2011 jam 21:19 WIB. 37 http:www.cmm.or.idcmm-ind_more.php?id=A3633_0_3_0_M diakses pada 08 juni 2011 jam 20:32. Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga : 1 lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, 2 lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan 3 lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang laindiri sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Allah SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Allah Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Allah SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Allah SWT daripada perintah yang lain. 38 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Toleransi yang berasal dari kata “toleran” itu sendiri berarti bersifat atau bersikap menenggang menghargai, membiarkan, membolehkan, pendirian pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Toleransi dalam beragama bukan berarti manusia harus hidup dalam ajaran agama lain. Namun toleransi dalam beragama yang dimaksudkan disini adalah menghormati agama lain. Dalam bertoleransi janganlah berlebih-lebihan sehingga sikap dan tingkah laku mengganggu hak-hak dan kepentingan orang lain. Lebih baik toleransi itu diterapkan dengan sewajarnya. Jangan sampai toleransi itu menyinggung perasaan orang lain. Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan, contohnya ibadah dan pekerjaan. 39 38 http:forum.dudung.netindex.php?topic=9454.0 diakses pada 27 mei 2011 jam 07:00 WIB. 39 http:tafany.wordpress.com20090612toleransi-antar-umat-beragama diakses pda 08 juni 2011 jam 20:19. Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.