Aneka Jenis Film TINJAUAN PUSTAKA
e. Laga action, film yang dipenuhi aksi, perkelahian, tembak-
menembak, kejar-kejaran, dan adegan-adegan berbahaya yang mendebarkan. Alur ceritanya sederhana, hanya saja dapat menjadi luar
biasa setelah dibumbui aksi-aksi yang membuat penonton tidak beranjak dari kursi.
3. Unsur-unsur dan Struktur Film
a. Unsur-unsur Film
Title adalah judul. Crident title, meliputi: produser, karyawan, artis pemain dll.
Tema film adalah sebuah inti cerita yang terdapat dalam sebuah film.
Intrik, yaitu usaha pemeranan oleh pemain dalam menceritakan adegan yang telah disiapkan dalam naskah untuk mencapai
tujuan yang diinginkan oleh sutradara. Klimaks, yaitu puncak dari inti cerita yang disampaikan.
Klimaks bisa berbentuk konflik atau benturan antar kepentingan para pemain.
Plot, adalah alur cerita. Alur cerita terbagi ke dalam dua bagian yang pertama adalah alur maju dan kedua adalah alur mundur.
Alur maju adalah cerita yang disampaikan pada masa sekarang atau masa yang akan datang, sedangkan alur mundur adalah
cerita yang mengisahkan tentang kejadian yang telah lampau. Suspen atau keterangan, yaitu masalah yang masih terkatung-
katung.
Million setting, yaitu latar kejadian dalam sebuah film. Latar ini bisa berbentuk waktu, tempat, perlengkapan, aksesoris,
ataupun fashion yang disesuaikan. Sinopsis, adalah gambaran cerita yang disampaikan dalam
sebuah film, synopsis ini berbentuk naskah. Trailer, yaitu bagian film yang menarik.
Character, yaitu karakteristik dari para pemainpelaku dalam sebuah film.
7
b. Struktur-struktur Sebuah Film
Pembagian cerita Pembagian adegan squence
Jenis pengambilan gambar shoot Pemilihan adegan pembuka opening
Alur cerita dan continuity berkelanjutan. Intrique yang meliputi jealousy, pengkhianatan, rahasia bocor,
tipu muslihat, dan lain-lain. Anti klimaks, yaitu penyelesaian masalah. Anti klimaks ini
terjadi setelah klimaks. Ending atau penutup. Ending dalam film bisa bermacam-
macam, apakah happy ending cerita diakhiri dengan kebahagiaan
ataupun sad
ending diakhiri
dengan penderitaan.
8
7
Aep Kusnawan, dkk., Komunikasi dan Penyiaran Islam Bandung: Benang Merah Press, 2004, h. 95.
8
Aep Kusnawan, dkk., Komunikasi Penyiaran Islam, h. 103.
4. Jenis-jenis Film
Film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film dokumenter, dan film kartun.
a. Film Cerita
Film cerita story film adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop
dengan bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita
fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang
artistik. Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah
cerita. Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat auditif visual, yang dapat
disajikan kepada publik dalam bentuk gambar yang dapat dilihat dengan suara yang dapat didengar, dan yang merupakan suatu
hidangan yang sudah masak untuk dinikmati, sungguh merupakan suatu medium yang bagus untuk mengolah unsur-unsur tadi.
9
b. Film Berita
Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang
disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita newsvalue.
9
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003, cet. ke-3, h. 212.
Kriteria berita itu adalah penting dan menarik. Yang terpenting dalam film berita adalah peristiwanya terekam secara utuh.
Film berita sudah tua usianya, lebih tua daripada film cerita. Bahkanfilm cerita yang pertama-tama dipertunjukkan kepada publik
kebanyakan berdasarkan film berita.
10
c. Film Dokumenter
Film dokumenter documnetary film didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “ karya ciptaan mengenai kenyataan creative
treatment of actuality ”. Berbeda dengan film berita yang merupakan
kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi pembuatnya mengenai kenyataan tersebut.
Raymond Spottiswoode dalam bukunya A Grammar of the Film
menyatakan: “Film dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya adalah penyajian hubungan manusia yang didramatisir
dengan kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial, maupun politik; dan dilihat dari segi teknik merupakan bentuk yang
kurang penting dibandingkan dengan isinya.
11
d. Film Kartun
Film kartun cartoon film dibuat untuk dikonsumsi anak-anak. Tujuan utama dari film mkartun adalah untuk menghibur. Walaupun
10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003, cet. ke-3, h. 212.
11
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003, cet. ke-3, h. 215.
tujuan utamanya adalah untuk menghibur, tapi terdapat pula film-film kartun yang mengandung unsur-unsur pendidikan didalamnya.
12
Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun ini adalah dari para seniman pelukis. Ditemukannya cinematography telah
menimbulkan gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar- gambar yang mereka lukis. Titik berat pembuatan film kartun adalah
seni lukis. Dan setiap lukisan memerlukan ketelitian. Satu per satu dilukis dengan seksama untuk kemudian dipotret satu per satu pula.
Film kartun tidak dilukis oleh satu orang tetapi oleh pelukis-pelukis dalam jumlah yang banyak.
13
5. Sinematografi
Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Kamera dan film
mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan
sebagainya.
14
Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap objek type of shot, yaitu
15
: a.
Extreme long shot Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling
jauh dari objeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak nampak.
12
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala Erdinaya. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar Bandung: Simbiosa Rekatama Media h. 138-140.
13
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003, cet. ke-3, h. 216.
14
M. Fikri Ghazali, Analisis Semiotik Film 3 Doa 3 Cinta, skripsi S1 UIN syarif hidayatullah jakarta, 2010.
15
Himawan Prastista, Memahami Film, yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008 h. 89.
Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah objek yang sangat jauh atau panorama yang luas.
b. Long shot
Pada long shot tubuh fisik manusia telah telah tampkan jelas namun latar belakang masih dominan. Long shot sering
digunakan sebagai estabilishing shot, yakni shot pembuka sebelum diguanakan shot-shot yang berjarak lebih dekat.
c. Medium long shot
Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif
seimbang. d.
Medium shot Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari
pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame.
e. Medium close-up
Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang
tidak lagi dominan. Adegan percakapan normal biasanya menggunakan medium close-up.
f. Close up
Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah objek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan
ekspresi wajah dengan jelas serta gestur yang mendetil. Close-up
biasanya dugunakan untuk adegan dialog yang lebih intim. Close- up juga memperlihatkan detil sebuah benda atau objek.
g. Extreme close up
Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetil bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan
lainnya atau bagian dari sebuah objek.