Bakteri Metode Pengukutan Aktivitas Antimikroba

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Didalam tumbuhan letak tannin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma. Sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Secara kimiawi tannin merupakan senyawa kompleks yang biasanya merupakan campuran polifenol Harborne, 1996. Tannin dapat diidentifikasi dengan menggunakan larutan larutan besi III klorida 1 dan timbal II asetat 25 Mailandari, 2012

2.4 Antimikroba

Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Berdasarkan jenis mikroorganisme yang dimatikan atau dihambat pertumbuhannya, antimikroba terbagi menjadi antibakteri, antijamur, antivirus, dan anti-protozoa. Zat antijamur merupakan bahan yangdapat membasmi jamur pada umumnya, khususnya yang bersifat patogen bagi manusia. antijamur bekerja menurut salah satu dari berbagai cara, antara lain menyebabkan kerusakan dinding sel, perubahan permeabilitas sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, atau penghambatan sintesis asam nukleat dan protein. Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan bahkan dapat mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme bakteri yang merugikan. Mekanisme kerja antibakteri dapat terjadi melalui bebrapa cara yaitu, merusak dan menghambat sintesis dinding sel, mengubah permeabilitas sel, dan menghambat sintesis protein dan asam nukleat Pelczar, M.J. 1988

2.4.1 Bakteri

Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang tidak terlihat oleh mata, tetapi dapat terlihat dengan bantuan mikroskop. Ukuran bakteri berkisar antara panjang 0,5 sampai 10 μ dan lebar 0,5 sampai 2,5 μ μ = 1 mikron = 0,001 mm tergantung dari jenisnya. Bakteri terdapat secara luas di lingkungan alam yang berhubungan dengan hewan, udara, air dan tanah. Bakteri berkembang biak secara aseksual yaitu dengan proses pembelahan diri menjadi dua Buckle. 2007. Sebagian besar mikroorganisme tidak berwarna, sehingga untuk dapat melakukan pengamatan dibawah mikroskop cahaya diperlukan pewarnaan mikroorganisme dengan menggunakan pewarna. Pewarnaan diferensial menggunakan lebih dari satu pewarnadan memiliki reaksi yang berbeda untuk setiap bakteri, sehinnga digunakan untuk membedakan bakteri. Pewarnaan diferensial yang sering digunakan adalah pewarnaan gram, yang diciptakan oleh Hans Christian Gram pada tahun 1884, sehingga dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar bakteri, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif. Perbedaan warna antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif disebabkan oleh adanya perbedaan struktur dinding sel Pratiwi, S.T. 2008

2.4.2 Bakteri Gram Positif

Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna crystal violet-iodin,sewaktu proses pncucian dengan alkohol. Sehingga bakteri jenis ini akan berwarna ungu dibawah mikroskop. Kompleks warna crystal violet-iodin yang masuk kedalam sel bakteri Gram positif tidak dapat tercuci oleh alkohol karena adanya lapisan peptidoglikan yang kokoh pada dinding sel. Bakteri Gram positif banyak mengandung peptidoglikan Pratiwi, S.T. 2008

2.4.2.1 Bacillus cereus

Bacillus cereus merupakan bakteri gram-positif, aerob fakultatif, dan dapat membentuk spora.Keracunan makanan karena Bacillus cereus mempunyai dua bentuk yang berbeda yaitu, jenis muntah yang berkaitan dengan nasi yang tercemar dan jenis diare yang berkaitan dengan daging dan saus. B. cereus adalah mikroorganisme tanah yang sering mengkontaminasi nasi. Bila sejumlah nasi dimasak dan dibiarkan dingin perlahan-lahan, spora B. cereusbertunas dan sel vegetatif menghasilkan toksin Jawetz, et al. 2001. Bentuk dan kalsifikasi dari bakteri B. cereus ditunjukkan pada gambar 2.2 berikut Kotiranta A, et al . 2000. Klasifikasi Bacillus cereus: Kingdom : Bacteria Filum : Firmicutes Kelas : Bacilli Ordo : Bacillales Famili : Bacillaceae Genus : Bacillus Spesies : Bacillus cereus Gambar 2.2 Bakteri Bacillus cereus Kotiranta A, et al . 2000

2.4.3 Bakteri Gram Negatif

Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna crystal violet-iodin sewaktu pencucian dengan alkohol. Sehingga bakteri akan berwarna merah setelah diberi pewarna safranin. Pada bakteri Gram negatif, alkohol dapat merusak lapisan lipopolisakarida dan menyebabkan sel bakteri transparan yang kemudian diberi pewarna merah. Dinding sel bakteri Gram negatif banyak mengandung lipopolisakarida Pratiwi, S.T. 2008

2.4.3.1 Shigella dysenteriae

Habitat alami Shigella terbatas pada sistem saluran intestinal manusia, dan binatang menyusui, dimana mereka menghasilkan disentri basillus. Shigella merupakan batang gram negatif yang tipis, berbentuk coccobacilli terjadi pada pembenihan muda. Shigella merupakan fakultatif anaerob, tetapi tumbuh baik secara aerob. Koloni shigella cembung, bundar, transparan dengan diameter sampai kira-kira 2 mm dalam 24 jam. Shigella dapat menular. Dosis menular adalah 10 3 organisme. Semua Shigella mengeluarkan toksin liposakaridanya yang berpengaruh pada iritasi dinding usus jawetz, et al. 2001. Bentuk dan kalsifikasi dari bakteri Shigella ditunjukkan pada gambar 2.3 berikut Hale, T.L and Keusch, G.T. 1996. Klasifikasi Shigella : Kingdom : Bakteria Filum : Proteobakteria Kelas : Gamma Proteobakteria Ordo : Enterobakteriales Famili : Enterobakteriaceae Genus : Shigella Spesies : Shigella boydii Shigella dysentriae Shigella flexneri Shigella sonnei Gambar 2.3 Bakteri Shigella dysentriae Hale, T.L and Keusch, G.T. 1996

2.4.4 Jamur

Jamur fungi merupakan organisme kemoheterotrof yang memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya sumber karbon dan energi. Beberapa fungi dapat bersifat menguntungkan yaitu sebagai elemen daur ulang dan dapat bersifat merugikan karena menimbulkan penyakit bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Fungi bereporoduksi baik secara aseksual maupun seksual. Fungi tumbuh dalam kisaran temperatur yang luas, dengan temperatur optimal berkisar antara 22-30 . Spesies fungi patogenik mempunyai temperatur pertumbuhan optimal lebih tinggi yaitu berkisar antatra 30-37 C. Fungi tumbuh baik pada pH ± 5 Pratiwi, S.T. 2008

2.4.4.1 Candida albicans

Candida merupakan flora normal dan banyak tersebar di dalam tubuh terutama di membran mukosa saluran pencernaan 24 dan mukosa vagina 5-11 . Jamur ini bersifat oportunistik dan beberapa spesies Candida dapat menyebabkan infeksi seperti C. tropicalis, C. glablata dan terutama C. albicans sebagai spesies yang paling sering menyebabkan infeksi. Pada pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan Gram-positif dapat ditemukan Candida albicans dalam bentuk yeast, berbentuk oval dengan diameter kurang lebih 5μm. C. albicans sering juga ditemukan dalam bentuk mycelium. C. albicans dapat tumbuh baik pada media agar Saboroud, tetapi dapatjuga tumbuh pada media kultur biasa. Setelah proses inkubasi, pada media agar terlihat koloni C. albicans berbentuk bulat, berwarna putih dengan permukaan koloni yang terlihat agak kasar Riskillah, A.G. 2010. Bentuk dan klasifikasi dari jamur C.albicans ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut McClary and Otho. 1952 Klasifikasi Candida albicans: Kingdom : Fungi Divisi : Ascomycota Kelas : Saccharomycetes Ordo : Saccharomycetales Famili : Saccharomycetaceae Genus : Candida Spesies : Candida albicans Gambar 2.4 Jamur Candida albicans McClary and Otho. 1952

2.4.4.2 Microsporum gypseum

Koloni dari Microsporum gypseum tumbuh dengan cepat, menyebar dengan permukaan yang mendatar.Microsporum gypseum merupakan penyebab penyakit kulit, pemakan zat tandukatau keratin, serta merusak kuku dan rambut.Jamur microsporum gypseum dapatditularkan secara langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah Wicaksana. 2008 Bentuk dan kalsifikasi dari jamur Microsporum gypseum ditunjukkan pada gambar 2.5 sebagai berikut Currah, R. 1985. Klasifikasi Microsporum gypseum: Kingdom : Fungi Divisi : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Ordo : Onygenales Famili : Arthrodermataceae Genus : Microsporum Spesies : Microsporum gypseum Gambar 2.5 Jamur Microsporum gypseumCurrah, R. 1985

2.4.5 Metode Pengukutan Aktivitas Antimikroba

Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap antimikroba dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode pokok yaitu metode dilusi atau difusi. 1. Metode dilusi mengggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri uji dan diinkubasi. Tahap akhir antimikroba yang menghambat atau mematikan selanjutnya dilarutkan kembali. Uji kepekaan dengan cara dilusi agar memakan waktu dan penggunaannya dibatasi. Uji kepekaan cara dilusi cair yang menggunakan tabung reaksi, tidak praktis dan jarang dipakai. Keuntungan dari metode ini adalah uji ini memberi hasil kuantitatif yang menunjukkan jumlah antimikroba yang dibutuhkan untuk mematikan bakteri. 2. Metode difusi yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram kertas yang berisi sejumlah antimikroba ditempatkan pada media padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah inkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram dipergunakan untuk mengukur kekuatan hambatan senyawa antimikroba terhadp mikroba uji Jawetz, et al. 2001

2.5 Antioksidan

2.5.1 Pengertian Antioksidan

Dalam pengertian secara kimia, antioksidan adalah senyawa pemberi elektron electron donors. Sedangkan secara biologis, antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat Winarsi, 2007. Antioksidan merupakan senyawa yang mampu membersihkan, menghilangkan dan menahan pembentukan oksigen reaktif atau radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya, sehingga sangat reaktif untuk mendapatkan pasangan elektron dengan mengikat sel-sel tubuh. Proses pengambilan elektron dari sel-sel tubuh menyebabkan kerusakan sel. Antioksidan inilah yang mampu mengubah sel-sel tubuh menjadi pengaman untuk melawan radikal bebas penyebab berbagai penyakit.