Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Keji Beling

a b c d Gambar 4.5 Antibiotik Pembanding Chloramphenicol terhadap bakteri a Bacillus cereus b Shigella dysentriae Antibiotik Pembanding Nystatin terhadap jamur c Candida albicans d Microsporum gypseum

4.2.3 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Keji Beling

Ekstrak etanol daun keji beling dilakukan uji aktivitas antioksidan demgan menggunakan DPPH sebagai radikal sintetik yang stabil dan diukur absorbansinya dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visble pada panjang gelombang 517 nm. Mekanisme umum peredaman radikal bebas DPPH oleh antioksidan dapat dilihat pada gambar 4.6 sebagai berikut : Gambar 4.6 Mekanisme Peredaman Radikal DPPH Yuhernita dan Juniarti. 2011 Prinsip dari metode DPPH ini adalah inetraksi antara senyawa yang bersifat sebagai antioksidan dengan DPPH, baik secara transfer elektron ataupun hidrogen pada DPPH maka akan menetralkan sifat radikal bebas dari DPPH. Setelah semua elektron pada radikal bebas DPPH berpasangan, maka larutan akan berubah warna dari ungu tua menjadi kuning terang dan diikuti dengan penurunan absorbansi pada panjang gelombang 517 nm Green, R.J. 2004 Pada tabel 4.3 menunjukkan telah terjadi peredaman radikal bebas DPPH setelah penambahan ekstrak etanol daun keji beling.Dimana semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka peredaman semakin tinggi yang disertai dengan penurunan absorbansi dari larutan radikal bebas DPPH tersebut. Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan dengan Inhibition Concentration 50 atau IC 50 , yaitu konsentrasi sampel yang dapat meredam radikal bebas DPPH sebanyak 50 .Nilai IC 50 diperoleh dari persamaan garis regresi setelah mengganti y dengan 50 Bendra, A. 2012. Sehingga diperoleh nilai IC 50 untuk ekstrak etanol daun keji beling sebesar 155,2 ppm. Berdasarkan hasil skrining fitokimia, ekstrak etanol daun keji beling mengandung senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid dan fenolik. Senyawa fenolik mempunyai gugus –OH yang terikat pada karbon cincin aromatik. Aktivitas peredaman radikal bebas senyawa fenolik diyakini dipengaruhi oleh jumlah dan posisi hidrogen fenolik dalam molekulnya. Dengan demikian aktivitas antioksidan yang lebih tinggi akan dihasilkan pada senyawa fenolik yang mempunyai jumlah gugus hidroksil yang lebih banyak. Senyawa fenolik ini mempunyai kemampuan untuk menyumbangkan hidrogen. Produk radikal bebas yang terbentuk pada senyawa fenolik akan terstabilkan oleh resonansi, sehingga dapat berfungsi sebagai antioksidan yang efektif. Senyawa alkaloid, terutama indol, memiliki kemampuanuntuk menghentikan reaksi rantai radikal bebas secara efisien. Mekanisme alkaloid sebagai antioksidan adalah dengan cara mendonorkan atom hidrogen pada radikal bebas. Beberapa senyawa alkaloid lain yang bersifat antioksidan adalah quinolon, kafein yang dapat bertindak sebagai peredam radikal hidroksil dan melatonin yang berperan penting menjaga sel dari pengaruh radiasi dan toksisitas obat-obatan Yuhernita dan Juniarti. 2011. Mekanisme peredaman radikal bebas oleh senyawa fenolik dan alkaloid dapat dilihat pada gambar 4.7 sebagai berikut : O O O O OH + DPPH O + DPPH-H Gambar 4.7 Mekanisme peredaman radikal bebas oleh senyawa fenolik Fessenden dan Fessenden. 1994 Gambar 4.8 Mekanisme peredaman radikal bebas oleh senyawa alkaloid Yuhernita dan Juniarti. 2011 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuhernita dan Juniarti 2011, IC 50 untuk vitamin C sebagai kontrol positif antioksidan adalah sebesar 9,23 mgL. Jika dibandingkan dengan IC 50 ekstrak etanol daun keji beling, maka aktivitas antioksidan nya masih kecil dibandingkan dengan aktivitas antioksidan dari vitamin C.

4.2.4 Aplikasi Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Keji beling Terhadap