Kategori Gyssens Tabel 7. Kualitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Bedah Apendik Tahun 2012

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terbanyak pada kasus yang bersangkutan, spectrum sempit untuk mengurangi resiko resistensi bakteri, dan harga terjangkau.

5.5.3 Kualitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Bedah Apendik Tahun 2012

Penggunaan antibiotik di bedakan menjadi beberapa jenis terapi. Pada penelitian ini beberapa jenis terapi tersebut didapatkan ADE Antimicrobial Drug Empiric dimana hasil yang didapatkan adalah sebesar 87.15 . Penggunaan antibiotik untuk terapi empiric merupakan penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang digunakan pada 48-72 jam pertama perawatan dan belum diketahui jenis bakteri penyebabnya. Penggunaan antibiotik untuk terapi empiric ini bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang diduga maenjadi penyebab infeksi sebelum memperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi Permenkes 2011. Sedangkan terapi ADD Antimicrobial Drug Defenitive sebesar 12.84 , penggunaan antibiotik untuk terapi defenitif merupakan penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah di ketahui jenis bakteri penyebabnya dan pola resistensinya dimana penggunaan antibiotik ini bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi atau laboratorium. Hasil analisis deskriptif terhadap jenis bakteri diperoleh jumlah terbanyak adalah Escherichia coli dapat dilihat pada lampiran 1. Tingginya jumlah bakteri ini, kemungkinan karena bakteri ini telah berkoloni dengan lingkungan di rumah sakit seperti peralatan medis, udara dan air, sehingga dapat menyebabkan infeksi pada pasien rawat inap. Disamping itu berhubungan dengan jenis penyakit yang diderita pasien, yaitu tindakan Apendiktomi, karena bakteri ini umumnya ada pada pasien dengan tindakan operasi besar. Menurut Wilson Estes, 2008, bakteri ini umumnya ada dalam penyakit seperti pasca pembedahan Apendiktomi. Bakteri ini sering diisolasi dari bagian-bagian non steril mulut, sputum, pus, dan lain-lain Rosana, Riyanto Setiawan, 2007. Penggunaan antibiotik secara kualitas dilakukan dengan menggunakan alur Gyssens dkk, yang terbagi dalam 0-VI kategori dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Berdasarkan hasil penelitian dari 13 kategori gyssens hanya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ada beberapa kategori yang masuk dalam penilaian kualitas yaitu kategori VI, IVC, IVA, IIA, 0, dari pemilihan data tersebut dapat di analisa karena data tercatat sedangkan pemilihan kategori V, IVD, IVB, IIIB, IIIA, IIC, IIB, I tidak di temukan data sesuai dengan kategori tersebut. Dalam penelitian ini untuk kasus bedah appendik pada tahun 2012 di RSUP Fatmawati, dalam kategori 0 yaitu penggunaan antibiotik yang rasional atau penggunaan antibiotik yang tepatbijak mendapatkan nilai persentase tertinggi dari kategori yang lain yang kemungkinan di pengaruhi oleh pengetahuan dokter. 5.5.4 Penggunaan Antibiotik Pada Kasus Bedah Apendik Dalam upaya meningktkan Rasionalitas penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati khususnya bedah apendik harus dapat mempertimbangkan pada pemilihan antibiotik yaitu yang pertama resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik dimana kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkana daya kerja antibiotik, hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara di antaranya merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi, mengubah reseptor titik tangkap antibiotik, mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri dan antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan dari dalam sel melalui mekanisme transfort aktif ke luar sel. Yang kedua factor farmakokinetik dan farmakodiamik yang seharusnya pemahaman mengenai sifat farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik sangat diperlukan untuk menetapkan jenis dan dosis antibiotik secara tepat. Yang ketiga factor interaksi dan efek samping obat dimana pemberian antibiotik secara bersamaan dengan antibiotik lain,obat lain atau makanan dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan, Efek dari interaksi yang terjadi sangat beragam mulai dari ringan seperti penurunan absorpsi obat atau penundaan absorbsi hinggan meningkatkan efek toksik obat lainnya. Permenkes 2011 Dalam penelitian ini data yang di ambil pada kasus bedah appendix yang di lakukan pada umumnya menggunakan antibiotik profilaksis. prinsip penggunaan antibiotik profilaksis bedah yaitu pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda

Dokumen yang terkait

Gambaran Osteoartritis Genu di RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2012 – 2013

0 3 65

Gambaran osteoartritis genu pada pasien di RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2012 – 2013

3 28 65

Profil penggunaan obat pada pasien Penyakit Ensefalitis berdasarkan faktor penyebabnya di Rsup Fatmawati Jakarta Periode Tahun 2012 – 2015

0 26 99

Kuantitas dan Kualitas Penggunaan Antibiotika pada Pasien Dewasa Fraktur Terbuka Tibia di RSUP Fatmawati Tahun (2011 - 2012)

1 4 89

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RUMAH SAKIT “X” TAHUN 2014 Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Bedah Apendisitis Di Rsud Dr Moewardi Tahun 2014.

3 18 14

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD DR Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Bedah Apendisitis Di Rsud Dr Moewardi Tahun 2014.

2 8 13

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH CAESAR DI RSUD DR. SAYIDIMAN Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Bedah Caesar Di RSUD DR. Sayidiman Magetan Tahun 2011.

0 0 11

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Bedah Apendisitis Di Rsud Pekanbaru Pada Tahun 2010.

0 1 12

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Bedah Apendisitis Di Rsud Pekanbaru Pada Tahun 2010.

0 0 17

Kualitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien Bedah Digestif di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung.

0 0 1