UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keuntungan antibiotik profilaksis yang tepat dapat menurunkan infeksi luka operasi dan morbiditas, menurunkan biaya perawatan kesehatan dan
mengurangi lama tinggal di rumah sakit. Selain itu kejadian infeksi luka operasi juga memiliki faktor risiko lain, antara lain jenis operasi bersih, bersih terko-
ntaminasi, terkontaminasi, adanya komorditas yang dilihat dari skor ASA dan lama operasi dapat diperhitungkan sebagai indeks risiko. Indeks risiko
bertambah bila skor ASA 2. Lama operasi dihitung denga menggunakan T-time yang ditentukan oleh NNIS National Nosocomial Infection Surveilance.
Apabila lama operasi melebihi persentil 75 maka indeks risiko akan bertambah. Penggunaan antibiotik profilaksis berkaitan dengan hal tersebut. Direktorat
jendral,20012; Pear, 2007
2.1.3.3 Antibiotika Terapetik
Antibiotik terapetik adalah penggunaan antibiotik pada keadaan adanya manifestasi infeksi, dibedakan menjadi terapi empiric dan defin-
itiveterdokumentasi. Terapi empirik diberikan bila bukti klinis dan laboratorium penunjang mendukung adanya infeksi, tetapi tidak belum
ada bukti pemeriksaan yang memastikan adanya agen penyebab infeksi. Terapi empirik seharusnya tidak lebih dari 72 jam. Terapi definitif
terdokumentasi yaitu pemberian antibiotik yang didasarkan pada hasil kultur dan uji kepekaan yang terbukti infeksi bakterial.
Penggunaan antibiotik secara tepat erat kaitannya dengan penggunaan penggunaan antibiotik berspektrum sempit dengan indikasi yang tepat,
dosis yang adekuat, serta tidak lebih lama dari yang dibut- uhkan. Terapi inisial dapat menggunakan antibiotik spectrum luas dan sebaiknya
segera disesuaikan setelah hasil laboratorium mikrobiologi keluar. Proses ini disebut streamlining. Hal ini tidak hanya mengubah dari spektrum luas
ke spektrum yang lebih sempit, tetapi juga dari terapi kombinasi ke terapi tunggal, serta dari antibiotik jenis baru ke jenis yang lebih lama. Strategi
ini lebih menguntungkan dalam hal biaya, dapat menambah pengalaman dengan obat jenis lama terhadap jenis infeksi yang sama serta
pencegahan terjadinya resistensi. Indikasi yang tepat diawali dengan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diagnosis infeksi
yang tepat.
Antibiotik tidak
diresepkan pada
kasus infeksi virus atau self limited disease. Dertarani, 2009 Antibiotik yang ideal untuk terapi dan profilaksis sebaiknya : gyssens, 1996
2011 1 Memiliki aktivitas tinggi terhadap mikroorganisme penyebab
2 Mencapai konsentrasi yang efektif pada daerah infeksi 3 Memiliki waktu paruh yang panjang
4 Memiliki tingkat toksisitas rendah 5 Tidak menyebabkan alergi
6 Tidak berinteraksi dengan obat lain 7 Tidak menyebabkan resistensi mikroorganisme di pasien dan
lingkungan 8 Dapat diadministrasikan sesuai rute yang dibutuhkan
9 Tidak mahal
2.4 Penggolongan Antibiotika Permenkes, 2011
Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu: 1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, seperti beta-laktam
penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-laktamase, basitrasin, dan vankomisin.
2. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein, misalnya aminoglikosid, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida eritromisin, azitromisin, klaritromisin,
klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin. 3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat, misalnya
trimetoprim dan sulfonamid. 4. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat, misalnya kuinolon,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
nitrofurantoin. Penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerja: Permenkes, 2011
a. Obat yang Menghambat Sintesis atau Merusak Dinding Sel Bakteri
1. AntibiotikBeta-Laktam
Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat yang mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin, sefalosporin,
monobaktam, karbapenem, dan inhibitor beta-laktamase. Obat-obat antibiotik beta-laktam umumnya bersifat bakterisid, dan sebagian
besar efektif terhadap organisme Gram -positif dan negatif. Antibiotik beta- laktam mengganggu sintesis dinding sel bakteri,
dengan menghambat langkah terakhir dalam sintesis peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada
dinding sel bakteri. 2.
Basitrasin Basitrasin adalah kelompok yang terdiri dari antibiotik polipeptida,
yang utama adalah basitrasin A. Berbagai kokus dan basil Gram- positif, Neisseria, H. influenzae, dan Treponema pallidum sensitif
terhadap obat ini. Basitrasin tersedia dalam bentuk salep mata dan kulit, serta bedak untuk topikal. Basitrasin jarang menyebabkan
hipersensitivitas. Pada beberapa sediaan, sering dikombinasi dengan neomisin danatau polimiksin. Basitrasin bersifat nefrotoksik bila
memasuki sirkulasi sistemik. 3.
Vankomisin Vankomisin merupakan antibiotik lini ketiga yang terutama aktif
terhadap bakteri Gram-positif. Vankomisin hanya diindikasikan untuk infeksi yang disebabkan oleh S. aureus yang resisten terhadap
metisilin MRSA. Semua basil Gram-negatif dan mikobakteria resisten terhadap vankomisin. Vankomisin diberikan secara
intravena, dengan waktu paruh sekitar 6 jam. Efek sampingnya adalah reaksi hipersensitivitas, demam, flushing dan hipotensi pada
infus cepat, serta gangguan pendengaran dan nefrotoksisitas pada
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dosis tinggi.
b. Obat yang Memodifikasi atau Menghambat Sintesis Protein
Obat antibiotik yang termasuk golongan ini adalah aminoglikosid, tetrasiklin,
kloramfenikol, makrolida
eritromisin, azitromisin,
klaritromisin, klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.
c. Obat Antimetabolit yang Menghambat Enzim-Enzim Esensial dalam Metabolisme Folat
SulfonamiddanTrimetoprim Sulfonamid bersifat bakteriostatik.
Trimetoprim dalam
kombinasi dengan
sulfametoksazol, mampu
menghambat sebagian besar patogen saluran kemih, kecuali P. aeruginosa dan Neisseria sp. Kombinasi ini menghambat S. aureus, Staphylococcus
koagulase negatif, Streptococcus hemoliticus, H . influenzae, Neisseria sp, bakteri Gram- negatif aerob E. coli dan Klebsiella sp, Enterobacter,
Salmonella, Shigella, Yersinia, P. carinii.
d. Obat yang Mempengaruhi Sintesis atau Metabolisme Asam Nukleat
a. Kuinolon 1 Asam nalidiksat Asam nalidiksat menghambat sebagian besar
Enterobacteriaceae. 2 Fluorokuinolon Golongan fluorokuinolon meliputi norfloksasin,
siprofloksasin, ofloksasin,
moksifloksasin, pefloksasin,
levofloksasin, dan lain-lain. Fluorokuinolon bisa digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh Gonokokus, Shigella, E. coli,
Salmonella, Haemophilus,
Moraxella catarrhalis
serta Enterobacteriaceae dan P. aeruginosa.
b. Nitrofuran Nitrofuran meliputi nitrofurantoin, furazolidin, dan nitrofurazon.