2.2 Kesulitan Belajar
Suatu keadaan ketika siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”. Berikut ini definisi kesulitan
belajar menurut para ahli : Rumini et al., mengemukakan bahwa kesulitan belajar merupakan kondisi saat siswa mengalami hambatan-hambatan tertentu untuk
mengikuti proses pembelajaran dan mencapai hasil belajar secara optimal Irham dan Wiyani, 2013:254. Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Blassic
Jones, kesulitan belajar yang dialami siswa menunjukkan adanya kesenjangan atau jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik
yang dicapai oleh siswa pada kenyataannya Irham Wiyani, 2013:253. Ada lima pendekatan yang digunakan untuk menentukan kesulitan belajar
menurut Depdiknas 2002 yang dikutip oleh Rusilowati 2006, yaitu pendekatan berdasarkan tujuan pembelajaran, profil materi, prasyarat pengetahuan,
miskonsepsi dan pengetahuan terstruktur. Pendekatan tujuan pembelajaran digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Pendekatan profil materi bertujuan untuk mengetahui materi yang sudah dan belum dikuasai oleh siswa. Pendekatan prasyarat
pengetahuan digunakan untuk mendeteksi kegagalan siswa dalam hal pengetahuan prasyarat untuk satu materi pokok tertentu. Sebelum siswa memahami materi
pengetahuan baru, mereka harus memahami lebih dahulu materi prasyarat, baik berhubungan dengan materi secara vertikal maupun horisontal. Pendekatan
miskonsepsi digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa dalam hal kesalahan konsep yang dimiliki siswa misconception. Pendekatan pengetahuan terstruktur
digunakan untuk mendiagnosis ketidakmampuan siswa dalam memecahkan permasalahan yang berstruktur.
Kesulitan pengetahuan terstruktur dapat ditinjau dari kemampuan: bahasa verbal, menggunakan skema, membuat strategi dan membuat algoritma
berdasarkan ketetapan Depdiknas 2002: 33 yang dikutip oleh Rusilowati 2006. Kemampuan bahasa dapat diartikan sebagai kemampuan menerjemahkan soal.
Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk memberi makna pertanyaan yang diajukan dalam soal. Setiap siswa harus mampu memahami setiap pertanyaan dari
kata kunci yang terdapat pada soal. Kemampuan menggunakan skema diartikan sebagai kemampuan memahami konsep atau prinsip yang dapat digunakan untuk
menyelesaian soal. Siswa dituntut untuk menggunakan skema pengetahuan dalam mengidentifikasi permasalahan. Siswa harus mengetahui prinsip atau aturan yang
diperlukan untuk menyelesaikan soal. Kemampuan membuat strategi dapat diartikan sebagai kemampuan merencanakan pemecahan masalah. Siswa harus
membuat cara atau langkah-langkah yang harus digunakan untuk menyelesaikan soal. Kemampuan membuat algoritma menekankan pada penyelesaian atau
pengerjaan soal. Siswa harus menggunakan kemampuan matematik berhitung yang tepat untuk dapat membuat kesimpulan.
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener Senf sebagaimana yang dikutip
Wardani 1991 sebagai berikut: 1 melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran; 2 memeriksa
penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan
belajar; 3 mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar; 4 memberikan tes
diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakiki kesulitan belajar yang dialami siswa; serta 5 memberikan tes kemampuan intelegensi IQ
khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Dari langkah –
langkah tersebut peneliti memilih menggunakan tes diagnostik untuk mengetahui kesulitan siswa.
2.3 Evaluasi