11
2.2. Kondisi Daerah aliran Sungai di Indonesia
Keberadaan DAS secara yuridis formal terdapat dalam peraturan No. 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan. Peraturan pemerintah ini DAS dibatasi sebagai suatu
daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan dengan anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsi untuk
menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya, penyimpanannya dan pengalirannya disusun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya demi
keseimbangan daerah tersebut. Daerah aliran sungai memiliki batasan-batasan berdasarkan fungsinya, yaitu
pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang dapat
diindikasi dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air dan curah hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi
pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang dapat diindikasikan terkait dengan kuantitas air,
kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolahan sungai, waduk, dan danau. Ketiga DAS
bagian hilir didasarkan fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi ini tidak jauh berbeda
dengan fungsi yang kedua, tetapi bagian ini fungsinya terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolahan limbah.
DAS memiliki peran penting dalam pembangunan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Dalam pembangunan DAS dimanfaatkan untuk pembangunan
PLTA, perikanan, perkebunan, serta untuk areal pertanian. Semua yang dilakukan bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan
bagi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
12 Pertumbuhan pembangunan dibidang pemukiman, pertanian, perkebunan, serta
eksploitasi sumber daya alam berupa hutan menyebabkan penurunan kondisi hidrologis daerah aliran sungai tersebut. Oleh sebab itu diperlukan pertimbangan dalam pelestarian
DAS yang memiliki fungsi pembangunan yang berkelanjutan. 2.3. Modal sosial
Menurut Franke 2005 modal sosial digunakan pada beragam kajian seperti: keluarga dan pemuda, sekolah dan pendidikan, kehidupan dalam komunitas, pekerjaan
dan organisasi, demokrasi dan tata pemerintahan, permasalahan-permasalahan yang terkait dengan tindakan kolektif, kesehatan fisik dan mental, serta proteksi publik.
Hasbullah 2006 menjelaskan bahwa modal sosial merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kerja sama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai
kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsure-unsur utamanya seperti trust rasa saling percaya, aturan kolektif dalam suatu
masyarakat atau bangsa dan sejenisnya. Selanjutnya Putnam dan Fukuyama menjelaskan defenisi modal sosial yang
sama pentingnya. Walaupun defenisinya berbeda tetapi memiliki keterkaitan yang erat yang menyangkut kepercayaan trust. Putnam 2000 menjelaskan modal sosial sebagai
penampilan organisasi sosial seperti jatingan-jaringan dan kepercayaan yang menfasilitasi adanya kordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Menurut
Fukuyama 1995, modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan dari sebuah komunitas.
Dari beberapa defenisi diatas dapat ditarik kesimpulanya bahwa modal sosial merupakan sumber yang timbul karena adanya interaksi yang terjadi antara orang-orang
dalam satu komunitas. Interaksi ini melahirkan modal sosial yang kemudian menjalin hubungan yang diikat oleh suatu kepercayaan trust, saling pengertian yang akhirnnya
menimbulkan ikatan emosional sehingga terjadinya kerja sama dalam masyarakat. Kerja sama dipengaruhi oleh keinginan untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan berbagi
cara.
Universitas Sumatera Utara
13 Modal sosial tidak berbeda dengan modal finansial yaitu merupakan sumber
yang digunakan dalam suatu kegiatan maupun suatu proses dalam mencapai suatu tujuan. Dalam pengukurannya modal sosial berbeda dengan modal finansial, karena
modal sosial bersifat kumulatif dan bertambah dengan sendirinya. Pada dasarnya modal sosial tidak akan habis jika dimanfaatkan, sebaliknya apabila modal sosial tidak
dimanfaat atau dipergunakan modal sosial akan habis. Beberapa indikator kunci yang dapat dijadikan ukuran terhadap modal sosial
antara lain Suharto,2006: a.
Perasaan indentitas b.
Perasaan memiliki atau sebaliknya perasaan aliensi c.
Sistem kepercayaan dan ideology d.
Nilai-nilai dan tujuan e.
Ketakutan-ketakutan f.
Sikap terhadap anggota lain dalam masyarakat g.
Pesepsi mengenai akses terhadap pelayanan, sumber dan fasilitas misalnya pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kesehatan, perumahan, transportasi dan
jaminan sosial h.
Opini terhadap kinerja pemerintah yang dilakukan terlebih dahulu i.
Keyakinan pada lembaga-lembaga masyarakat dan orang-orang pada umumnya
j. Tingkat kepercayaan
k. Harapan-harapan yang ingin dicapai dimasa depan
Dapat dikatakan bahwa modal sosial dilahirkan dari bawah bottom up, tidak hirarkis dan berdasar ada interaksi yang saling menguntungkan. Oleh karena itu modal
sosial dapat ditingkatkan atau dihancurkan oleh negara melalui kebijakan publik. Rahmatullah,”Visi
Pembangunan Nasional
dan lunturnya”
httpwww.rahmatullah.net201004visi-pembangunan-nasional-dan-lunturnya.html diakses pada kamis, 8 januari 2015, pukul 09.00 wib
Universitas Sumatera Utara
14
2.4. Teori Interaksionisme simbolik Herbert Blumer