Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Pertumbuhan Penjualan Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP TINGKAT

PERTUMBUHAN PENJUALAN PADA PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

OLEH:

NAMA

: ARIED SUMEKAR

NIM

: 060503071

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Pertumbuhan Penjualan Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 10 Februari 2010 Yang membuat pernyataan,

Aried Sumekar NIM: 060503071


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah, puji dan syukur peneliti panjatkan kehaditat Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya dan petunjuk yang tiada terhingga, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat berangkaikan salam tak lupa pula peneliti hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang telah membawa cahaya Islam ke dunia ini dan juga ilmu pengetahuan kepada ummatnya. sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Pertumbuhan Penjualan Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”.

Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, bantuan dan do’a dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terma kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, terutama :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra.Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak selaku dosen pembanding/penguji I yang telah banyak memberikan arahan bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ibu Risanty, SE, M.Si, Ak selaku dosen pembanding/penguji II yang telah banyak memberikan arahan bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 10 Februari 2010 Peneliti,

(Aried Sumekar) NIM: 060503071


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menngetahui pengaruh biaya kualitas terhadap tingkat pertumbuhan penjualan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Biaya kualitas dalam penelitian ini dikelompokkan dalam empat komponen, yaitu : biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis kulitatif dan analisis kuantitatif statistik. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mengidentifikasikan dan mengelompokkan komponen-komponen biaya kualitas kedalam laporan biaya kualitas. Sedangkan analisis kuantitatif statistik dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisi regresi berganda dengan mengunakan program SPSS for windows versi 16. Uji hipotesis dalam penelitian ini mengunakan uji F, uji t dan adjusted R square.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa biaya kualitas secara simultan (uji F) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pertumbuhan penjualan. Namun tidak demikian bila diuji secara parsial (uji t). Dengan adjusted R square

diketahui bahwa biaya kualitas memiliki pengaruh sebesar 26% dalam menentukan tingkat pertumbuhan penjualan.

Kata kunci : kualitas, biaya kualitas, biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal, tingkat pertumbuhan penjualan.


(6)

ABSTRACT

This research has objection to knows effect of quality cost towards the rate of selling growth at PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. The quality cost on this research has grouped in four components, that are : prevention cost, appraisal cost, internal failure cost, and external failure cost.

The method of analysis that used in this research is qualitative analysis and quantitative statistic analysis. Quantitative analysis was used to identifying and grouped quality cost components in quality cost statements. Quantitative statistic analysis in this research was used Double Regression Analysis by using SPSS software for windows version 16. The F test, t test, and adjusted R square used to examine the research hypothesis.

The result of this research with F test shows that The Quality Cost has significant effect towards the rate of selling growth. But not with t test, and

adjusted R square shows that the quality cost has 26% effect to definite the rate of selling growth.

Key word : quality, the quality cost, prevention cost, appraisal cost, internal failure cost, external failure cost, the rate of selling growth.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……… ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Penelitian ……….. 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ………. 6

C. Tujuan Penelitian ……… 7

D. Manfaat Penelitian ……….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjauan Teori ... 8

1. Pengertian Biaya ... 8

2. Pengertian Kualitas ... 9

3. Pengertian Biaya Kualitas ………. 14

4. Perilaku Biaya Kualitas ... 16

5. Perencanaan dan Penganggaran Biaya Kualitas ... 18


(8)

7. Laporan Biaya Kualitas ………. 20

8. Konsep Biaya Kualitas Optimum ... 21

9. Pengertian Penjualan ………. 23

10. Tingkat Pertumbuhan Penjualan ………. 25

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ………. 27

C. Kerangka Konseptual ………. 29

D. Hipotesis Penelitian ………. 31

BAB III METODE PENELITIAN ………. 32

A. Desain Penelitian ………. 32

B. Populasi dan Sampel ………. 32

C. Variabel Penelitian ………. 33

1. Klasifikasi Variabel ………. 33

2. Defenisi Operasional Variabel ………. 34

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 35

E. Prosedur Pengambilan Data ………. 36

F. Model dan Tehnik Analisi Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 43

A. Gambaran Umum Perusahaan ... 43

1.Sejarah Singkat PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ... 43


(9)

3. Aktivitas PT Perkebunan Nusantara III

(Persero) Medan ... 47

4. Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ... 49

5. Prestasi Perusahaan ... 50

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Menganalisis Perilaku Biaya Kualitas Yang Terjadi di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan … 56 2. Hasil Uji Asumsi Klasik ……… 64

3. Analisi Regresi ……… 75

4. Pengujian Hipotesis ……….... 77

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 81

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN dan SARAN ... 83

A. Kesimpulan ………. 83

B. Keterbatasan Penelitian ………. 84

C. Saran ………. 85

DAFTAR PUSTAKA ……….. 86 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1.1 Daftar Biaya Produksi, Biaya Operasional, dan Pertumbuhan Penjualan PT.Perkebunan

Nusantara III (Persero) Medan Tahun 2001-2008 ... 5

Tabel 2.1 Kategori Biaya Kualitas ... 13

Tabel 2.2 Tinjauan Peneltian Terdahulu ... 27

Tabel 4.1 Daftar Kebun Penganugrahan SNA 2008 ... 51

Tabel 4.2 Unit-unit dari PTPN III (Persero) yang menerima penghargaan ..53

Tabel 4.3 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Biaya Kualitas dan Penjualan Tahun 2001-2003 ... 59

Tabel 4.4 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Biaya Kualitas dan Penjualan Tahun 2004-2006 ………….. 60

Tabel 4.5 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Biaya Kualitas dan Penjualan Tahun 2007-2008 …………. 61

Tabel 4.6 Persentase Komponen Biaya Kualitas Terhadap Penjualan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ... 63

Tabel 4.7 Descriptive Statistics ……… 65

Tabel 4.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ………... 66

Tabel 4.9 Descriptive Statistics data LN ... 67

Tabel 4.10 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test data LN ………... 68

Tabel 4.11 Coefficients ………... 72

Tabel 4.12 Model Summary ……….. 75

Tabel 4.13 Coefficients ………... 76

Tabel 4.14 Anova ... 78


(11)

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Perspektif Terhadap Kualitas ... 11

Gambar 2.2 Model Biaya Optimum ………. 22

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ... 30

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ...

50

Gambar 4.2 Grafik Histogram (sebelum data ditransformasi) ... 69

Gambar 4.3 Grafik Normal P-P Plot (sebelum data ditransformasi) .... 70

Gambar 4.4 Grafik Histogram (setelah data ditransformasi) ... 71

Gambar 4.5 Grafik Normal P-P Plot (setelah data ditransformasi)... 71


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Huruf. Judul

i. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS REPORT LAPORAN LABA RUGIPERIODE 2001-2004.

ii. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS REPORT LAPORAN LABA RUGIPERIODE 2005-2008.

iii. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS REPORT DAFTAR BEBAN TANAMAN PERIODE 2001-2004.

iv. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS REPORT DAFTAR BEBAN TANAMAN PERIODE 2005-2008.

.

v PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS REPORT DAFTAR BEBAN PENJUALAN PERIODE 2001-2004.

vi. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS REPORT DAFTAR BEBAN PENJUALAN PERIODE 2004-2008.

vii. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS REPORT DAFTAR BEBAN ADMINISTRASI PERIODE 2001-2002.

viii. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS REPORT DAFTAR BEBAN ADMINISTRASI PERIODE 2003-2004.

ix. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS REPORT DAFTAR BEBAN ADMINISTRASI PERIODE 2005-2006.

x. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PROGRESS REPORT DAFTAR BEBAN ADMINISTRASI PERIODE 2007-2008.

xi PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III DAFTAR BIAYA KUALITAS TRIWULAN I 2001 – TRIWULAN IV 2004.

xii. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III DAFTAR BIAYA KUALITAS TRIWULAN I 2005– TRIWULAN IV 2008.

xiii. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III DAFTAR PENJUALAN TRIWULAN I 2001 – TRIWULAN IV 2008.


(14)

xiv. Data Input Sebelum ditranformasi dengan Logaritma Natural

xv. Data Input Setelah ditranformasi dengan Logaritma Natural

xvi . Descriptives data

xvii. Npar test

xviii. Regresi setelah data ditransformasikan


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menngetahui pengaruh biaya kualitas terhadap tingkat pertumbuhan penjualan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Biaya kualitas dalam penelitian ini dikelompokkan dalam empat komponen, yaitu : biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis kulitatif dan analisis kuantitatif statistik. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mengidentifikasikan dan mengelompokkan komponen-komponen biaya kualitas kedalam laporan biaya kualitas. Sedangkan analisis kuantitatif statistik dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisi regresi berganda dengan mengunakan program SPSS for windows versi 16. Uji hipotesis dalam penelitian ini mengunakan uji F, uji t dan adjusted R square.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa biaya kualitas secara simultan (uji F) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pertumbuhan penjualan. Namun tidak demikian bila diuji secara parsial (uji t). Dengan adjusted R square

diketahui bahwa biaya kualitas memiliki pengaruh sebesar 26% dalam menentukan tingkat pertumbuhan penjualan.

Kata kunci : kualitas, biaya kualitas, biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal, tingkat pertumbuhan penjualan.


(16)

ABSTRACT

This research has objection to knows effect of quality cost towards the rate of selling growth at PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. The quality cost on this research has grouped in four components, that are : prevention cost, appraisal cost, internal failure cost, and external failure cost.

The method of analysis that used in this research is qualitative analysis and quantitative statistic analysis. Quantitative analysis was used to identifying and grouped quality cost components in quality cost statements. Quantitative statistic analysis in this research was used Double Regression Analysis by using SPSS software for windows version 16. The F test, t test, and adjusted R square used to examine the research hypothesis.

The result of this research with F test shows that The Quality Cost has significant effect towards the rate of selling growth. But not with t test, and

adjusted R square shows that the quality cost has 26% effect to definite the rate of selling growth.

Key word : quality, the quality cost, prevention cost, appraisal cost, internal failure cost, external failure cost, the rate of selling growth.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian.

Persaingan bisnis yang semakin ketat akan berdampak pada ketatnya seleksi perusahaan yang tetap bertahan atau memenangkan persaingan. Terjadinya pergeseran kekuasaan pasar dari produsen ke konsumen, menyebabkan konsumen memiliki kekuatan untuk menentukan cara memenuhi kebutuhannya. Perusahaan harus sadar bahwa sebenarnya penghasilan (penjualan) yang diperoleh merupakan akibat dari kemampuannya dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan.

Kepuasan pelanggan merupakan jaminan atas loyalitas pelanggan kepada produk perusahaan di masa yang akan datang. Sehingga tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan dipengaruhi oleh tingkat kepuasan pelanggan (customer satisfaction) yang dapat dicapai perusahaan dengan menciptakan nilai pelanggan (customer value) yaitu selisih antara pengorbanan dan manfaat yang diperoleh pelanggan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hansen, Mowen (2001 : 962) yang menyatakan bahwa “dalam dua dekade terakhir, kualitas menjadi dimensi kompetisi yang penting baik untuk perusahaan manufaktur maupun jasa”.

Dalam persaingan usaha yang semakin tajam, setidaknya ada tiga hal yang harus dicermati oleh perusahaan yang memasarkan produknya yaitu kesementaraan, keanekaragaman, dan inovasi.


(18)

Kesementaraan mengacu pada perubahan tren, produk yang telah usang, maupun selera konsumen yang berubah. Keanekaragaman berarti bahwa ada persaingan dari produk-produk lain yang menjadi kompetitor bagi produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan inovasi berarti lahirnya produk baru, teknologi baru, gaya hidup baru serta harapan baru. Dengan kata lain, kunci untuk meningkatkan daya saing adalah menghasilkan produk yang dapat memberikan nilai tambah baik dari segi manfaat maupun kualitas, sehingga pada akhirnya dapat menciptakan kepuasan pelanggan.

Bagi produsen, menciptakan produk berkualitas tinggi dengan harga yang bersaing bukan lagi pilihan, karena program perbaikan kualitas sudah menjadi

main issue untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Kualitas telah menjadi dasar kompetisi dalam lingkungan bisnis kontemporer. Penekanan kualitas merupakan hal yang paling penting dikarenakan oleh dua alasan. Pertama, meningkatnya kesadaran pelanggan akan pentingnya kualitas produk dan jasa yang mereka pilih. Kedua, peningkatan kualitas mengarah pada peningkatan dan manfaat-manfaat yang terkait dengannya. Kualitas yang baik akan meningkatkan penjualan. Setiap perusahaan yang menerapkan program perbaikan kualitas perlu merencanakan, mengukur, mengawasi dan melaporkan kemajuan program tersebut.

Beberapa perusahaan masih memiliki asumsi bahwa semakin tinggi kualitas, semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan. Akibatnya harga jual juga semakin tinggi. Asumsi ini tidak selamanya benar jika perbaikan kualitas produk dilakukan dengan efektif dan efisien. Disamping itu, menghasilkan produk


(19)

berkualitas rendah justru akan menambah biaya karena akan memerlukan biaya ekstra untuk memperbaiki produk yang cacat. Selain meningkatkan penjualan, kualitas yang tinggi dapat memberikan nilai lebih terhadap kepuasan pelanggan yang mana dalam jangka panjang akan dapat memperluas market share.

Program perbaikan kualitas merupakan aktivitas yang membutuhkan biaya yang dikenal dengan istilah Biaya Kualitas. Biaya Kualitas didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam upaya meningkatkan kualitas produk atau mencapai standard kualitas yang telah ditetapkan. Besarnya biaya kualitas tergantung dari desain kualitas produk yang direncanakan. Informasi yang menyediakan data biaya kulitas secara lengkap disusun dalam bentuk laporan Biaya Kualitas atau tertera secara implisit dalam daftar biaya tanaman, daftar biaya penjualan, dan daftar biaya administrasi. Laporan Biaya Kualitas merupakan laporan keuangan interim yang dapat dijadikan parameter bisnis bagi perusahaan dan memberikan informasi penting bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan untuk merencanakan strategi perbaikan kualitas pada periode selanjutnya.

Untuk dapat bertahan dan bersaing dalam persaingan lokal dan internasional yang semakin ketat ini masalah biaya mendapat perhatian khusus. Untuk itu perlu dicermati antara biaya produksi dengan biaya kualitas mana yang lebih berpengaruh terhadap kinerja badan usaha yang umumnya diukur melalui tingkat pertumbuhan penjualan.

Besterfield (2003 : 173) mengemukakan bahwa “biaya kualitas yang terlalu tinggi menandakan ketidakefektifan manajemen yang pada akhirnya akan


(20)

mempengaruhi posisi persaingan perusahaan”. Oleh karena itu, manajemen perlu merencanakan dan mengendalikan biaya kualitas agar berada pada titik yang optimum. Ketidakefektifan perusahaan dalam memperlakukan biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas akan menimbulkan masalah bagi perusahaan. Perusahaan mungkin saja telah mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan dengan perbaikan kualitas dalam jumlah yang besar, namun kualitas yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan, akibatnya penjualan tidak meningkat.

Banyak upaya dilakukan oleh badan-badan usaha untuk dapat menekan biayanya seefisien mungkin, tetapi tidak jarang penekanan biaya tersebut mempunyai pengaruh buruk terhadap kualitas. Penerapan biaya kualitas juga dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Sejarah Perseroan diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI pada tahun 1958 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan.

PTPN III mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao dengan areal konsesi seluas 166.909,94 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 88.287 ha, karet 45.327 ha dan kakao seluas 8.761 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri + inti, PTPN III juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 19.553,94 ha untuk tanaman kelapa sawit seluas 10.403,14 ha dan tanaman karet 9.150,80 ha.


(21)

Seperti halnya perusahaan-perusahaan lain, PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan mengikuti program perbaikan kualitas produk guna meningkatkan total penjualan perusahaan. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan memiliki tujuan untuk menjadi terdepan dibidangnya dengan menghasilkan produk-produk yang bermutu internasional. Hasil produksi perusahaan telah menerima Indonesian Industries Standard (SII) Certificate, international quality certificate ISO 9001 : 2000 dan ISO 14001 : 1996.

Biaya-biaya yang termasuk komponen biaya kualitas tidak dilaporkan secara terpisah di dalam Laporan Biaya Kualitas. Akan tetapi, masih tergabung dalam daftar biaya tanaman, daftar biaya penjualan dan daftar biaya administrasi. Berikut ini adalah ringkasan data mengenai Biaya penjualan, Biaya administrasi, Pertumbuhan penjualan dalam setahun dimulai dari tahun 2001 – 2008:

Table 1.1

Daftar Biaya Produksi, Biaya Operasional, dan Pertumbuhan Penjualan PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Tahun 2001-2008

*Dalam ribuan rupiah Tahun * Biaya penjualan *Biaya Administrasi Pertumbuhan Penjualan

2001 42.183.214 221.007.879 -

2002 30.807.110 306.947.079 0,213

2003 51.158.840 376.223.272 0,157

2004 35.281.372 703.717.142 0,268

2005 45.285.832 396.788.874 0,103

2006 82.188.543 339.150.668 0,138

2007 79.504.613 624.953.159 0,49

2008 95.740.730 855.595.255 0,18

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dibandingkan tahun 2005 pada tahun 2006 terjadi peningkatan biaya penjualan dan biaya administrasi yang didalamnya terkandung biaya kualitas. Kenaikan ini diantaranya disebabkan


(22)

oleh adanya beban rehabilitasi tanaman dan pabrik untuk optimalisasi produksi. Disamping itu penjualan juga mengalami pertumbuhan sebesar 13,8 % atau dari total penjualan tahun 2005 sebesar 2.334.949.125 menjadi 2.656.668.117. Merujuk pada paparan sebelumnya dan data diatas, bahwa biaya kualitas memiliki pengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan, maka peneliti tertarik untuk membahas dan meneliti lebih lanjut mengenai seberapa besar pengaruh biaya kualitas terhadap tingkat pertumbuhan penjualan serta untuk mengetahui apakah dengan adanya biaya kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan akan memberikan andil terhadap peningkatan pertumbuhan penjualan atau tidak. Dengan dasar hal tersebut diatas, dalam penelitian ini peneliti memilih judul

“Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Pertumbuhan Penjualan Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. ”

B. Rumusan Masalah Penelitian.

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

“Apakah biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal baik secara simultan maupun parsial, berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan?”


(23)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal terhadap tingkat pertumbuhan penjualan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan baik secara simultan maupun parsial.

D. Manfaat Penelitian.

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti adalah untuk menambah wawasan dan memperluas pola pikir secara ilmiah dalam bidang akuntansi terutama dalam memahami biaya kualitas serta menemukan solusi atas fenomena empiris mengenai biaya kualitas dan pengaruhnya terhadap tingkat pertumbuhan penjualan.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi, masukan dan pertimbangan bagi perusahaan yang membutuhkan dalam merencanakan, mengukur, dan menyusun laporan keuangan atas biaya-biaya yang terkait dengan program perbaikan kualitas di masa yang akan datang.

3. Bagi pembaca dan masyarakat luas, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi, referensi, perbandingan, dan juga sumbangan pemikiran bagi peneliti selanjutnya mengenai biaya kualitas dan pengaruhnya terhadap tingkat pertumbuhan penjualan.


(24)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori . 1. Pengertian Biaya

Dalam membicarakan biaya kualitas terlebih dahulu harus diketahui pengertian biaya. Menurut para ahli, biaya dapat diartikan sebagai berikut :

a. Menurut Maher (1995 : 33), “biaya merupakan suatu pengorbanan sumber daya yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan mencapai tujuan tertentu”.

b. Menurut Carter (2004 : 29), “biaya merupakan nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan, untuk memperoleh manfaat”.

Istilah biaya (cost) sering disinonimkan dengan beban (expense). Namun pada dasarnya kedua istilah ini berbeda.

Menurut Samryn (2001 : 23) :

Istilah biaya (cost) pada umumya digunakan untuk pengorbanan manfaat ekonomis untuk memperoleh jasa yang tidak dikapitalisir nilainya.

Sedangkan beban (expense) merupakan biaya yang tidak dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang atau identik dengan biaya/harga yang sudah habis masa manfaatnya.

Jadi menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa


(25)

mendatang. Penggolongan biaya diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Sulistianingsih dan Zulkifli (1999:83-86) dan Harnanto dan Zulkifli (2003:14) penggolongan biaya dapat didasarkan pada hubungan antara biaya dengan:

• Obyek Pengeluaran, dimana prinsip dari penggolongan biaya ini berkaitan dengan pengeluaran. Misalnya: biaya untuk membayar gaji karyawan tersebut disebut biaya gaji.

• Fungsi Pokok Perusahaan.

2. Pengertian Kualitas

Kualitas merupakan salah satu faktor penentu kinerja perusahaan serta sebagai patokan ukuran relatif kebaikan suatu produk. Produk berkualitas adalah produk yang dapat memenuhi harapan konsumen. Purnama (2006 : 9) mengemukakan bahwa :

Kemampuan perusahaan untuk menyediakan produk berkualitas akan menjadi senjata untuk memenangkan persaingan karena dengan memberikan produk berkualitas, kepuasan konsumen akan tercapai. Oleh karena itu perusahaan harus menentukan defenisi yang tepat dan pemahaman yang akurat tentang kualitas yang tepat.

Kualitas merupakan faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengenal konsumen atau pelanggannya dan mengetahui kebutuhan dan keinginanya. Dalam bukunnya pengendalian Kualitas Statistik, Wahyu


(26)

Ariani Dorothea, terdapat pengertian kualitas menurut Deming (1982): ”kualitas merupakan seluruh karakteristik produk dan jasa yang meliputi

marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk dan jasa tersebut dalam pemakaianya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.”

Hansen, Mowen (2001: 963) mendefenisikan kualitas secara spesifik ke dalam 8 (delapan) dimensi kualitas, yaitu :

1. Performance : merujuk pada konsistensi dan baiknya suatu produk. 2. Aesthetics , berupa daya tarik produk berdasarkan penampilannya . 3. Serviceability : kemampuan produk untuk memberikan jasa .

4. Features : karakteristik pelengkap yang membedakan suatu produk dengan produk lain yang bisa memberikan kesan berbeda .

5. Reliability ; keandalan suatu produk jika digunakan selama waktu tertentu .

6. Durability ; tingkat keawetan produk yang digambarkan dengan umur ekonomis produk atau seberapa lama produk memberi manfaat ekonomis .

7. Conformance, kesesuaian produk dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

8. Fitness for use, kesesuaian produk dengan fungsi-fungsinya seperti yang diiklankan .

Berdasarkan beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa defenisi kualitas bersumber dari 2 (dua) sisi, yaitu produsen dan konsumen. Produsen menentukan persyaratan atau spesifikasi kualitas, sedangkan konsumen menentukan kebutuhan dan keinginan. Hal ini ditegaskan melalui gambar


(27)

kerangka “Perspektif terhadap Kualitas” di bawah ini yang dikemukakan oleh Russel (1996).

Sumber: Purnama, Manajemen Kualitas; Perspektif Global, 2006

Gambar 2.1

Kerangka Perspektif Terhadap Kualitas

Menurut Hansen dan Mowen (1994 ; 773) terdapat dua jenis kualitas yaitu:

1. Quality of Design (Kualitas Desain)

Quality of design a function of product specification” kualitas desain merupakan suatu rincian atau spesifikasi produk yang menjadi sifat dari suatu produk dipasar. Jika produk tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, maka produk tersebut sudah tidak memenuhi quality of design. Produk dengan kualitas desain yang lebih tinggi mencerminkan biaya

The Meaning of Quality

Production Producer’s Perspektive Consumer’s Perspektive Marketing

Quality of Conformance - Conformance to

specification - Cost

Quality of Design - Quality

Characteristics - Price


(28)

produksi yang lebih tinggi akibatnya harga jual lebih tinggi, karena produk tersebut akan memberikan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen.

2. Quality of Conformance (Kualitas Kesesuaian)

Defenisi quality of conformance menurut Hanse dan Mowen (2003 : 657) ”Quality of conformance is a measure of how a product meets is requirements or specification. If the product all of the designed specification, it is fitness for use.” Kualitas keseuaian merupakan ukuran seberapa jauh produk akhir sesuai dengan standar atau spesfikasi yang telah ditentukan. Jika produk tersebut mampu memenuhi semua spesifikasi maka produk tersebut, merupakan produk berkualitas tinggi.

Dari kedua jenis kualitas tersebut quality of conformance yang perlu mendapat perhatian lebih besar dari pihak manajemen, karena sebagian besar masalah yang dihadapi badan usaha seperti pemborosan bahan baku, tenaga kerja, maupun waktu, disebabkan oleh ketidaksesuaian produk akhir dengan spesifikasi sehingga mengakibatkan badan usaha kehilangan penjualan, meningkatkan biaya dan penurunan profiabilitas.

Disamping kedua jenis kualitas tesebut menurut Gitlow (1990 : 12) ditambah satu jenis lagi merupakan jenis yang ketiga yaitu :

3. Quality of Performance

Quality of performance menunjukkan bagaimana keberhasilan produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dipasaran yang meliputi pelayanan purna jual, perawatan, daya uji serta dukungan logistis. Ketiga


(29)

jenis kualitas tersebut harus diperhatikan oleh manajemen agar dapat bertalian terus di pasaran karena dalam membeli konsumen menginginkan kualitas yang didapatkan sesuai dengan harga yang dibayarkan.

Keterkaitan quality of design dengan quality conformance terhadap peningkatan laba dijelaskan oleh Juran J.M (1993 : 5) sebagai berikut : “Quality of design diistilahkan product feature sedangkan quality of conformance diistilahkan lower of deficiencies”

Tabel 2.1. Kategori Biaya Kualitas

Sumber : Hansen, Mowen; 2001

Kualitas dari kegiatan yang diproduksi oleh organisasi tergantung atas lima factor. Faktor-faktor tersebut adalah desain, peralatan, bahan baku, Biaya Pencegahan Biaya Penilaian Biaya Kegagalan

Internal Biaya Kegagalan Eksternal 1. Engineering Kualitas 2. Pelatihan 3. Perekrutan 4. Audit Kualitas 5. Penelaahan Terhadap Desain Produk 6. Lingkaran Kualitas 7. Riset Pemasaran 8. Sertifikasi supplier

1. Inspeksi Bahan Baku 2.Inspeksi Pengemasan 3. Penerimaan Produk 4. Penerimaan Proses 5. Pengujian Lapangan 6. Verifikasi Pemasok 7. Supervisi Penilaian

1 Bahan Sisa 2. Pengerjaan Kembali

3. Waktu Tunda (berkaitan dengan barang cacat) 4. Penginspeksian Kembali 5. Pengujian Kembali 6. Perubahan Desain 7. Perbaikan 1. Hilangnya Penjualan karena Kinerja Buruk 2. Retur atau Pengurangan Harga 3. Biaya Jaminan 4. Diskon karena Barang Cacat 5. Utang Produk 6. Biaya

Penanganan

Keluhan Konsumen 7. Biaya Distribusi Produk yang Dikembalikan 8.Ketidakpercayaan Pelanggan


(30)

penjadwalan dan kinerja. Secara kombinasi faktor-faktor tersebut tentu menentukan akurasi atau acceptability dari keluaran dan garis waktu.

Penjelasan mengenai lima factor yang mempengaruhi kualitas tersebut menurut David Bain (1992 : 116) adalah sebagai berikut :

1. Desain

Kualitas keluaran tergantung tidak hanya atas desain atau rancangan dari produk tetapi juga desain dari sistem yang dibutuhkan untuk memproduksi keluaran-keluaran tersebut. Pengembangan kualitas melalui desain tidak sepenuhnya berarti biaya yang lebih tinggi.

2. Peralatan

Kemampuan dalam menyediakan peralatan dan mesin-mesin yang dapat secara tepat diandalkan dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki mempunyai dampak penting terhadap kualitas.

3. Bahan-bahan

Bahan (material) dari bermacam-macam jenis digunakan oleh organisasi dalam usaha untuk menghasilkan keluaran. Adalah hal yang bahwa karakteristik dari bahan- bahan yang dipakai tersebut memenuhi persyaratan atau kebutuhan.

4. Penjadwalan

Penjadwalan memiliki dampak yang luar biasa terhadap kualitas. Hal ini secara jelas mempengaruhi garis waktu dimana keluaran-keluaran dikirim.

5. Prestasi

Kinerja manusia mempunyai tugas penting terhadap kualitas dari keluaran-keluaran yang diproduksi. Kinerja tergantung dari dua faktor yaitu keterampilan dan motivasi. Kinerja = keterampilan + motivasi. Keterampilan merupakan suatu fungsi dari dua faktor yaitu pelatihan dan pengalaman. Keterampilan = pelatihan + pengalaman. Motivasi juga merupakan fungsi dari dua faktor yaitu sikap dan lingkungan. Motivasi = sikap + lingkungan.

3. Pengertian Biaya Kualitas

Segala pengeluaran yang mendukung perbaikan kualitas suatu produk akan dimasukkan sebagai biaya kualitas. Gryna (2001 : 19) mengemukakan bahwa: ”sejak tahun 1950, konsep tentang biaya kualitas muncul. Beberapa


(31)

diantarannya mengartikan biaya kualitas sebagi biaya yang dikeluarkan untuk mencapai kualitas.”

Biaya kualitas menurut Hilton, Maher, Selto (2003 : 266) diartikan sebagai biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas untuk mengontrol kualitas dan dalam mengoreksi risiko kegagalan yang timbul.

Menurut Hansen dan Mowen (2001 : 966) biaya kualitas dapat dikelompokkan kedalam 4 (empat) kategori, yaitu :

1. Biaya Pencegahan (prevention costs)

Biaya pencegahan merupakan biaya yang muncul untuk mencegah terjadinya kualitas buruk dalam produk atau jasa yang dihasilkan. Ketika biaya pencegahan meningkat, kita akan berharap bahwa biaya kegagalan menurun. Misalnya biaya pencegahan adalah engineering kualitas, program pelatihan kualitas, pelaporan kualitas, perencanaan kualitas, evaluasi supplier, dan seleksi supplier, audit kualitas, lingkaran kualitas, ladang uji coba, dan peninjauan kembali desain..

2. Biaya Penilaian (appraisal costs)

Biaya penilaian merupakan biaya yang muncul untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau spesifikasi mereka. Termasuk dalam contoh ini adalah inspeksi dan pengujian bahan baku, pengemasan, inspeksi, supervisi aktivitas penilaian, penerimaan produk, penerimaan proses, pengukuran peralatan, dan pengesahan dari pihak luar.

3. Biaya Kegagalan Internal (internal failure costs)

Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang timbul karena produk dan jasa tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum produk dan jasa dikirimkan ke pihak luar. Ini adalah kegagalan yang didedeteksi oleh aktivitas penilaian. Contoh dari biaya ini adalah bahan sisa, pengerjaan kembali, waktu tunda, penginspeksian kembali, pengujian kembali, dan perubahan desain. Biaya-biaya ini tidak ada jika barang cacat tidak ada. 4. Biaya Kegagalan Eksternal (external failure costs)

Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang timbul karena produk dan jasa gagal memenuhi persyaratan atau memenuhi kebutuhan pelanggan setelah dikirim ke pelanggan. Dari semua


(32)

biaya, kategori ini adalah yang paling menghancurkan perusahaan. Contoh dari biaya ini adalah kehilangan penjualan karena kinerja produk yang buruk, retur dan pengurangan harga karena kualitas yang buruk, jaminan, perbaikan, utang produk, ketidakpuasan pelanggan, hilangnya pangsa pasar, dan penyesuain keluhan. Biaya kegagalan eksternal, seperti biaya kegagalan internal, tidak ada jika barang cacat tidak ada.

Saat ini banyak perusahaan yang menggunakan ukuran biaya kualitas sebagai indikator keberhasilan program perbaikan kualitas, yang dapat dihubungkan dengan ukuran-ukuran lain.

a. Biaya kualitas dibandingkan dengan nilai penjualan (persentase biaya kualitas total terhadap nilai penjualan). Makin rendah nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas makin buruk.

b. Biaya kualitas dibandingkan dengan keuntungan (persentase biaya kualitas total terhadap nilai keuntungan). Makin rendah nilai ini menunjukkan keuntungan makin besar dimana program perbaikan kualitas makin buruk. c. Biaya kualitas dibandingkan dengan harga pokok penjualan. Perbandingan

ini diukur berdasarkan persentase biaya kualitas total terhadap nilai harga pokok penjualan. Makin rendah nilainya menunjukkan makin baik program perbaikan kualitas.

4. Perilaku Biaya Kualitas

Kualitas dapat diukur berdasarkan biayanya. Berdasarkan analisis para pakar kualitas, suatu perusahaan dengan pengelolaan kualitas yang berjalan dengan baik, biaya kualitasnya tidak lebih besar dari 2,5% dari penjualan. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Tjiptono et al (2003 : 42):


(33)

setiap perusahaan dapat menyusun anggaran untuk menentukan besarnya standar biaya kualitas setiap kelompok atau elemen secara individual, sehingga biaya kualitas yang dianggarkan tidak lebih dari 2,5% dari penjualan. Agar standar tersebut dapat tercapai, maka perusahaan harus dapat mengidentifikasi perilaku setiap elemen biaya kualitas secara individual.

Agar laporan kinerja kualitas dapat bermanfaat, maka hal-hal berikut perlu diperhatikan (Fandy, 1995:43) :

a. biaya kualitas harus digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap dihubungkan dengan penjualan,

b. untuk biaya variabel, penyempurnaan kualitas dicerminkan oleh pengurangan rasio biaya variabel. Pengukuran kinerja dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut:

1) rasio biaya variabel pada awal dan akhir periode tertentu dapat digunakan untuk menghitung penghematan biaya sesungguhnya atau kenaikan biaya sesungguhnya,

2) rasio biaya yang dianggarkan dan rasio sesungguhnya dapat juga digunakan untuk mengukur kemajuan kearah pencapaian sasaran periodik,

c. untuk biaya tetap, penyempurnaan biaya kualitas dicerminkan oleh perubahan absolut jumlah biaya tetap.

Struktur biaya kualitas sangat dipengaruhi oleh interaksi antara keempat jenis biaya kualitas, yaitu prevention cost, appraisal cost, internal failure cost, dan

external failure cost. Keempat komponen biaya ini bersama-sama akan mempengaruhi biaya kualitas. Adapun perilaku masing-masing komponen adalah sebagai berikut:

a. kenaikan prevention cost akan menghasilkan pengurangan defect (cacat) yang pada gilirannya akan mengurangi appraisal cost, karena pengurangan defect ini akan menyebabkan berkurangnya biaya untuk inspeksi dan test produk yang dihasilkan sudah tidak mengandung defect


(34)

b. kenaikan prevention cost juga akan memepengaruhi biaya kegagalan karena berkurangnya defect berarti berkurangnya biaya untuk mengolah

defect itu sendiri. Jadi apabila prevention cost tingg i, maka internal dan

external failure cost akan rendah.

c. pengurangan biaya kualitas total akan menyebabkan peningkatan level kualitas produk dan perbaikan produktivitas perusahaan.

Prevention dan appraisal cost merupakan biaya kualitas yang dapat dikendalikan oleh produsen (controllable quality cost). Artinya , tinggi rendahnya biaya ini dapat ditentukan terlebih dahulu oleh produsen. Perencanaan dan pelaksanaan proses produksi yang baik akan menyebabkan tingkat defect yang semakin rendah. Defect yang semakin rendah ini pada gilirannya akan mengurangi internal dan external failure cost yang tidak dapat dikendalikan oleh produsen (uncontrollable quality cost). Biaya ini muncul akibat adanya defect.

Dengan kata lain, tinggi rendahnya uncontrollable quality cost ini muncul akibat adanya perlakuan atau sikap produsen terhadap controllable quality cost.

5. Perencanaan dan Penganggaran Biaya Kualitas

Gryna (2001: 10) mengemukakan bahwa “Biaya akan naik seiring peningkatan kualitas desain produk. Kenaikan biaya yang tepat sasaran sehubungan dengan peningkatan kualitas dapat mengurangi biaya pengerjaan ulang (rework), keluhan pelanggan, produk cacat, serta biaya lain yang berkaitan.”


(35)

Program pengelolaan kualitas yang baik membutuhkan perencanaan dan penganggaran biaya kualitas yang tepat. Perencanaan biaya kualitas dalam bentuk standar dapat dilakukan dengan analisis perilaku biaya kualitas yang terjadi pada periode yang lalu. Tiap-tiap komponen biaya kualitas dibandingkan dan dianalisis untuk mengetahui trend biaya yang terjadi. Untuk mengetahui trend biaya tersebut digunakan analisis regresi.

Dari analisis regresi atas data biaya kualitas historis, dapat ditentukan persentase masing-masing komponen biaya kualitas terhadap biaya produksi atau jumlah penjualan. Setelah mengetahui trend biaya kualitas yang ada maka biaya kualitas optimum dapat ditentukan, yang kemudian digunakan sebagai standar dalam anggaran.

6. Strategi Pengurangan Biaya Kualitas

Kemampuan untuk mengurangi total biaya kualitas bahkan secara dramatis telah dibuktikan oleh banyak perusahaan di Amerika. Misalnya Tennant Company, sebuah perusahaan manufaktur penghasil produk-produk pembersih lantai, mampu mengurangi biaya kualitasnya selama 8 (delapan) tahun dari 17% menjadi 2,5% dari penjualan.

Berikut ini beberapa strategi pengurangan biaya kualitas yang direkomendasikan oleh American Society for Quality Control (Hansen et al, 2001 : 974).

a. Lakukan serangan langsung terhadap biaya-biaya kegagalan hingga hingga mencapai titik nol.

b. Lakukan investasi dalam aktivitas-aktivitas pencegahan yang benar untuk membawa perbaikan.


(36)

c. Kurangi biaya penilaian sesuai dengan hasil yang dicapai. d. Lakukan evaluasi secara kontiniu.

e. Secara tidak langsung lakukan usaha-usaha pencegahan untuk mendapatkan keuntungan dari perbaikan selanjutunya.

Strategi-strategi tersebut memudahkan perusahaan dalam mengatasi masalah biaya kualitas. Dengan demikian, efektivitas atau efisiensi dalam program perbaikan kualitas akan tercapai.

7. Laporan Biaya Kualitas

a. Manfaat Laporan Biaya Kualitas

Suatu sistem pelaporan biaya kualitas menjadi penting jika organisasi tersebut serius dengan program perbaikan kualitas. Laporan Biaya Kualitas dapat dijadikan parameter bisnis bagi perusahaan dan memberikan informasi penting bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan untuk tujuan perusahaan.

Tjiptono et al.(2003 : 40) merincikan berbagai manfaat Laporan Biaya Kualitas ke dalam beberapa point, antara lain:

1) mengidentifikasi peluang laba (penghematan biaya dapat meningkatkan laba),

2) mengambil keputusan capital budgeting dan keputusan investasi lainnya,

3) menekan biaya pemebelian dan biaya yang berkaitan dengan pemasok,

4) mengidentifikasi pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki para pelanggan,

5) mengidentifikasi masalah kualitas dan adanya sistem yang berlebihan,

6) menentukan apakah biaya-biaya kualitas telah didistribusikan secara tepat,


(37)

8) sebagai alat untuk mengukur perbandingan antara input dengan

output,

9) sebagai salah satu alat analisis Pareto untuk membedakan antara

vital few dan trivial many,

10) sebagai alat manajemen strategic untuk mengalokasikan sumber daya dalam perumusan dan pelaksanaan strategi,

11) sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif.

b. Jenis Laporan Biaya Kualitas

Laporan biaya kualitas ada 4 (empat) jenis (Hansen et al., 2001 : 984). 1. Laporan standar interim

Laporan ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi biaya kualitas yang dianggarkan. Para manajer menggunakan laporan ini untuk membandingkan biaya kualitas aktual dengan yang dianggarkan pada periode tersebut. 2. Laporan trend satu periode

Laporan ini menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan kinerja kualitas tahun terakhir. Manajemen dapat memperoleh wawasan tambahan dengan menbandingkan kinerja tahun ini dan biaya kualitas yang sesungguhnya terjadi pada tahun sebelumnya. 3. Laporan trend periode-ganda

Laporan ini menyediakan grafik yang menggambarkan perubahan kualitas sejak pertama kali program perbaikan kualitas tersebut dilaksanakan sampai tahun ini. Dengan laporan ini, diharapkan manajemen memperoleh informasi trend menyeluruh untuk menilai program peningkatan kualitas.

4. Laporan jangka panjang

Laporan ini menunjukkan kemajuan berdasarkan standar atau tujuan jangka panjang. Laporan jangka panjang ini membandingkan biaya kualitas aktual periode ini dengan biaya yang diizinkan jika standar cacat nihil tercapai (dengan asumsi tingkat penjualan sama dengan periode saat ini).

8. Konsep Biaya Kualitas Optimum

Pada dasarnya perusahaan menginginkan agar biaya kualitas rendah, namun dapat mencapai yang lebih tinggi, setidaknya sampai pada titik tertentu. Pada dasarnya ada dua paradigma tentang konsep biaya kualitas optimum, yaitu paradigma tradisional dan paradigma TQM (Total Quality Manajemen).


(38)

Perusahaan-perusahaan yang intensif mengikuti program perbaikan kualitas lebih cenderung mengikuti paradigm TQM. Paradigma ini beranggapan bahwa total biaya kualitas terendah dicapai pada level zero defect (cacat nihil). Hal ini dijelaskan pada gambar “Model Biaya Optimum” menurut TQM berikut.

Cost per good unit of product

0 Quality of Conformance (%) 100 Sumber: Gryna, Quality Planning and Analysis, 2001

Gambar 2.2 Model Biaya Optimum

Gambar tersebut menunjukkan 3 (tiga) macam kurva, yaitu:

a. kurva biaya kegagalan (Failure Cost). Biaya ini akan mencapai angka nol jika produk yang dihasilkan 100% baik (zero defect), dan akan meningkat menuju angka yang tidak terbatas ketika produk 100% cacat

b. kurva biaya pencegahan dan penilaian (Costs of appraisal plus prevention). Biaya ini mencapai angka nol pada saat produk 100% cacat, dan akan menjauhi angka nol seiring peningkatan kualitas produk.

c. kurva biaya kualitas total (Total Quality Costs). Kurva ini merupakan gabungan kedua kurva di atas yang menggambarkan total biaya kualitas

Costs of appraisal plus prevention Failure Cost


(39)

per satuan produk yang baik. Biaya kualitas optimum terletak pada kurva ini dengan sumbu absis tepat di 100% produk baik (zero defect).

9. Pengertian Penjualan.

Berdasarkan Kamus Besar Ekonomi (Winarno & Ismaya, 2003: 380)

Penjualan diartikan sebagai suatu transaksi yang melibatkan pengiriman atau penyerahan produk, hak atau jasa dalam pertukaran untuk penerimaan kas, janji pembayaran atau dapat disamakan dengan uang, atau kombinasinya. Transaksi ini dicatat dan dilaporkan sebesar jumlah kas, janji pembayaran, atau ekuivalen dengan uang yang diterima.

Dari defenisi ini dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah setiap aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan yang berhubungan dengan pengiriman atau penyerahan baik barang ataupun jasa yang menyebabkan timbulnya kewajiban pembayaran bagi si penerima barang (pembeli) baik secara tunai maupun kredit sebesar kesepakatan kedua pihak. Penjual mencatat nilai penjualan sebesar kesepakatan tersebut.

Dalam kamus istilah akuntansi keuangan dan investasi penjualan diartikan sebagai ”pendapatan yang diterima dari pertukaran barang dan dicatat untuk satu periode akuntansi tertentu, baik berdasarkan kas (sebagaimana diterima) atau berdasarkan akrual (sebagaimana diperoleh)”. Dari arti penjualan ini, dapat disimpulkan bahwa penjualan merupakan pendapatan yang diakui perusahaan selama satu periode akuntansi tertentu dari hasil pertukaran barang, baik dengan dasar basis kas atau basis akurual.


(40)

Untuk dapat dikatakan sebagai penjualan, suatu transakasi harus menyangkut pemindahan risiko-risiko sebagai akibat kepemilikan tersebut. Selanjutnya dikatakan oleh Yadiati & Wahyusdi (2006: 28) ”transaksi penjualan barang dagang dalam perusahaan dagang dapat dilakukan baik secara tunai maupun kredit atau secara tunai dan sisanya dibayar secara kredit”. Oleh karena itu, didalam pendapatan yang diperoleh perusahaan mencakup keseluruhan transaksi yang dilakukan dalam penjualan barang dagang tersebut.

Secara umum ada dua jenis penjualan yaitu :

a. Penjualan tunai

”Penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan kepada pembeli oleh penjual”. (Mulyadi, 2001: 455).

b. Penjualan Kredit.

”Penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut”. (Mulyadi, 2001: 212).

Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK no: 23) menyatakan bahwa: ”Pendapatan merupakan arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu


(41)

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”. (IAI, 2007: 23.2)

Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa pendapatan pada umumnya berasal dari aktivitas normal perusahaan. Aktivitas normal terdiri dari transaksi penjualan dan pembelian. Transaksi penjualan terdiri dari penjualan produk, pemberian jasa, pendapatan dari penggunaan aktiva dan pelepasan aktiva selain barang dagang.

10. Tingkat pertumbuhan Penjualan.

Menurut Swastha & Handoko (2001: 404) , ”Pertumbuhan pendapatan atas penjualan merupakan indikator penting dari produk dan/atau jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan.”

Dengan demikian dapat diketahui bahwa suatu perusahaan dapat dikatakan mengalami pertumbuhan kearah yang lebih baik jika terdapat peningkatan yang konsisten dalam aktifitas utama operasinya. Sehingga pertumbuhan yang terjadi dalam perusahaan dagang sering juga disebut pertumbuhan penjualan.

Higgins (2003: 115-131) menyatakan bahwa: ”growth comes from two sources; increasing volume and rising price. Because of all variabel cost, most current asset, and current liabilities have tendency directly with sales, so it is a good idea to see the growth rate based on the sales of the company”. Berdasarkan pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari pertambahan volume dan peningkatan harga khususnya dalam hal


(42)

penjualan karena penjualan merupakan suatu aktifitas yang umumnya dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu tingkat laba yang diinginkan.

Perhitungan tingkat pertumbuhan penjualan adalah dengan membandingkan antara penjualan akhir periode dengan penjualan yang dijadikan tahun dasar (penjualan periode sebelumnya). Apabila persentase perbandingannya semakin besar, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan semakin baik atau lebih baik dari periode sebelumnya.

Menurut Horne & Machowicz (2005: 285), pertumbuhan penjualan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:

g = 100% 0

0 1

x S

S

S

Keterangan :

g : Growth Sales Rate ( tingkat pertumbuhan penjualan).

S1 : Total Current Sales (jumlah penjualan selama periode berjalan). S0 : Total Sales for Last Period ( jumlah penjualan untuk periode dasar).


(43)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul ini dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2. 2 Tinjauan penelitian terdahulu

Nama Peneliti

Judul Penelitian

Variabel Hasil Penelitian

Budi Susanto (2005) Analisis Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan pada Divisi Tempa dan Cor PT Pindad (Persero) Bandung Variabel independen: Biaya pencegahan, Biaya Penilaian, Biaya kegagalan Internal, Biaya Kegagalan Eksternal Variabel dependen: EBIT

Secara simultan biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya

kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal berpengaruh terhadap EBIT.

Secara parsial biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya

kegagalan internal tidak berpengaruh signifikan, namun biaya kegagalan eksternal berpengaruh signifikan terhadap EBIT

Nasiah (2007) Pengaruh biaya kualitas terhadap penjualan tandan buah segar (TBS) pada PT. Syuhbhrasta Medan Variabel independen: Biaya Kualitas Variabel dependen: Penjualan

Biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan

biaya kegagalan eksternal berpengaruh signifikan terhadap penjualan TBS. Dedi Kurniawan (2009) Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan Variabel independen: Biaya Kualitas Variabel dependen: Tingkat Profitabilitas

Secara simultan biaya kualitas berpengaruh terhadap ROI.

Secara parsial hanya biaya pencegahan, yang berpengaruh signifikan terhadap ROI.


(44)

1. Budi Susanto (2005)

Penelitian yang dilakukan oleh Budi Susanto (2005) berjudul Analisis Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan apda Divisi Tempat dan Cor PT Pindad (Persero) Bandung menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara komponen-komponen biaya kualitas, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegaglan eksternal secara simultan terhadap EBIT.

Pengujian hipotesis secara parsial dengn sistem uji statistik anaisis regresi dari penelitian tersebut menujukkan bahwa biaya pencegahan, biaya penilaia, biaya kegaglan internal tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap EBIT. Sedangkan biaya kegaglan eksternal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap EBIT.

2. Nasiah (2007)

Penelitian yang dilakukan oleh Nasiah (2007) mengenai pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Penjualan Tandan Buah Segar (TBS) pada PT. Syuhbarasta Medan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagala internal, dan biaya kegagalan eksternal. Sedangkan variabel dependennya adalah penjualan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan dan biaya kegagalan eksternal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penjualan.


(45)

3. Dedi Kurniawan (2009)

Penelitian yang dilakukan oleh Dedi Kurniawan (2009) mengenai Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagala. Sedangkan variabel dependennya adalah tingkat profitabilitas (ROI).

Berdasarkan berbagai pengujian dan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagalan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROI) perusahaan. Diantara ketiga unsur biaya kualitas, secara parsial hanya biaya pencegahan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROI). Sedangkan dua unsur lainnya yaitu biaya penilaian dan biaya kegagalan tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas (ROI) perusahaan.

C. Kerangka Konseptual

”Kerangka konseptual merupakan sintesa atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis”. (Fakultas Ekonomi, 2004 : 13).


(46)

Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Biaya Kualitas (X)

Gambar 2.3. Kerangka Konseptual

Kualitas merupakan hal krusial yang menyangkut suatu produk, baik barang atau jasa dan menjadi dasar kompetisi dalam lingkungan bisnis kontemporer. Sejauh mana produk sesuai dengan kebutuhan pemakainya ditunjukkan dengan kualitas. Masalah kualitas akan timbul pada saat produk tidak dapat memberikan fungsinya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Kuantifikasi kualitas ke dalam satuan uang memunculkan adanya istilah biaya kualitas.

Produk yang berkualitas tentu merupakan produk yang memiliki nilai (value) yang lebih tinggi dengan ditandai oleh tingkat kepuasan pelanggan yang

Biaya kegagalan internal (X3) Biaya Pencegahan (X1)

Biaya Penilaian (X2)

Tingkat Pertumbuhan

Penjualan (Y)


(47)

tinggi atas produk tersebut. Perusahaan harus sadar bahwa sebenarnya penghasilan (penjualan) yang diperoleh merupakan akibat dari kemampuannya dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan.

Pada perusahaan yang menerapkan TQM (total Quality Management) biaya kualitas antar periode cenderung menurun seiring dengan meningkatnya kualitas produk dan kepuasan pelanggan sehingga peningkatan pertumbuhan penjualan antar periode akan naik atau dapat dikatakan biaya kualitas memiliki hubungan negatif dengan tingkat pertumbuhan penjualan . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas berpangaruh pada tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan.

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina, Mulyani (2007 : 14) ”Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, hipotesis yang diperoleh adalah :

Ho : biaya kualitas tidak berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Ha : biaya kualitas berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian .

Penelitian ini menggunakan desain assosiatif kausal, yaitu jenis penelitian yang berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

B.Populasi dan sampel.

”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”, (Sugiyono, 2004: 72). Populasi dalam penelitian ini adalah berupa daftar biaya tanaman, daftar biaya penjualan dan daftar biaya administrasi serta Laporan Laba Rugi per triwulan dari tahun 2001 – 2008 pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan sehingga jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 32 sampel penelitian.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel non-probability sampling dengan cara accidental sampling

yaitu penulis menggunakan sampel yang dapat diakses dengan baik dan diperoleh dengan lengkap.


(49)

C. Variabel Penelitian .

1.Klasifikasi Variabel

a. Variabel independen (bebas) .

Variabel independen disebut juga variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi perubahan dalam variabel terikat dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel terikat lainnya. Dalam hal ini variabel independen adalah biaya kualitas dan selanjutnya disebut “X”, dimana komponen biaya kualitas yaitu :

Biaya Pencegahan dengan simbol X1.

Biaya Penilaian dengan simbol X2.

Biaya Kegagalan Internal dengan simbol X3.

Biaya Kegagalan Eksternal dengan simbol X4.

b. Variabel dependen (terikat).

Variabel dependen disebut juga variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Jadi variabel terikat adalah konsekuensi dari varibel bebas. Dalam hal ini, variabel terikat adalah tingkat pertumbuhan penjualan yang selanjutnya disebut ”Y” .


(50)

2. Defenisi Operasional Variabel

Biaya kualitas adalah segala pengeluaran yang mendukung perbaikan kualitas produk atau merupakan biaya yang timbul apabila produk tingkat dapat memenuhi kepuasan pelanggan atau terjadi pada waktu proses produksi sedang berjalan. Biaya kualitas terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal. Perhitungan biaya kualitas ini merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang tercakup dalam biaya kualitas yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, serta biaya kegagalan eksternal.

Tingkat pertumbuhan penjualan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi dan industri yang dihitung dari nilai penjualan. “Semakin tinggi pendapatan perusahaan atas penjualan maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi dan industri” (Sartono, 2001 : 33).

Rumus pertumbuhan penjualan menurut Horne&Machowicz (2005: 285),

g = 100% 0

0 1

x S

S

S

Keterangan :

g : Growth Sales Rate ( tingkat pertumbuhan penjualan).

S1 : Total Current Sales (jumlah penjualan selama periode berjalan). S0 : Total Sales for Last Period ( jumlah penjualan untuk periode dasar).


(51)

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari September 2009 sampai Januari 2010 di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang berlokasi di Jl. Sei Batanghari No. 2, Medan.

E. Prosedur Pengambilan Data

1. Jenis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data time series. Data time series merupakan sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam mingguan, bulanan, triwulanan, kwartalan, dan tahunan. Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber utama. Dari primer yang peneliti kumpulkan dari perusahaan adalah hasil wawancara berupa tanya jawab langsung dengan pihak yang terkait dalam perusahaan yang memiliki kaitan dengan biaya kualitas.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diolah dan telah menjadi dokumentasi perusahaan. Data sekunder yang peneliti kumpulkan dari perusahaan adalah berupa sejarah singkat perusahaan, Struktur Organisasi, daftar biaya


(52)

tanaman, daftar biaya penjualan dan daftar biaya administrasil serta Laporan Laba Rugi per triwulan untuk periode 2001-2008.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah :

a. Dokumentasi, yaitu memperoleh data yang dilakukan dengan cara menelaah dokumen-dokumen perusahaan yang berhubungan dengan laporan biaya kualitas. Data yang diperoleh berupa daftar biaya tanaman, daftar biaya penjualan dan daftar biaya administrasi serta Laporan Laba Rugi.

b. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai penerapan manajemen mutu total, kendala dalam penerapan biaya kualitas, serta tingkat penjualan dan distribusi produk yang memiliki kaitan dengan biaya kualitas.


(53)

F. Model dan Tehnik Analisis Data

1. Metode Analisis Data

Untuk menentukan hubungan yang berlaku antara biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal terhadap tingkat Pertumbuhan Penjualan, analisis statistik yang digunakan adalah persamaan regresi berganda, yang untuk menganalisis besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Model persamaan :

Y = a + b X1 + b X2 + bX3 + b X4+ e

Keterangan :

Y = tingkat pertumbuhan penjualan a = intercept atau konstanta

b = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan varibel dependen yang didasarkan pada variabel independen.

X1 = Biaya Pencegahan X2 = Biaya Penilaian

X3 = Biaya Kegagalan Internal X4 = Biaya Kegagalan Eksternal e = error (penganggu)


(54)

2. Pengujian Data

a. Pengujian Asumsi Klasik

1). Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005:110). Menurut Ghozali (2005:110), ”cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu analisis statistik dan analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya”. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1) jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

”Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali (2005:115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:

Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal


(55)

Bila signifikansi >0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan Ho diterima, sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti distribusi data tidak normal dan Ha diterima.

2). Uji Autokorelasi

Masalah autokorelasi akan muncul bila data yang dipakai adalah data runtut waktu (timeseries). Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode satu dengan periode sebelumnya. Model regresi yang baik tidak terdapat autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan dari Santoso (2002:218) sebagai berikut:

a). angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

b). angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, c). angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3). Uji Heterokedastisitas

Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Menurut Erlina (2007:108) “jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda, maka disebut heterokedasitas”. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot antar nilai prediksi variabel


(56)

independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas, antara lain:

a). jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

b). jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.

b. Pengujian Hipotesis

1). Uji Simultan (Uji F statistik)

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test (ANOVA test). Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Variabel-variabel independen tersebut dikatakan mempunyai pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap variabel independen apabila memiliki nilai signifikansi (sig) dibawah 0,05. (Ghozali, 2005:84).

Bentuk pengujiannya:

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1, b2, b3, b4 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.


(57)

Kriteria pengambilan keputusan:

Jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima atau Ho ditolak Jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak atau Ho diterima

2).Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya:

Ho : b1, b2, b3, b4= 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen,

Ha : b1, b2, b3, b4≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan:

Jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima atau Ho ditolak Jika probabilitas > 0.05, maka Ha ditolak atau Ho diterima

3). Adjusted R2

Pengujian adjusted R2 digunakan untuk mengukur proporsi atau presentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Adjusted R2 berkisar antara nol sampai dengan 1 (0 ≤ adjusted R2 ≤ 1). Hal ini berarti bila adjusted R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila adjusted R2 semakin besar mendekati 1,


(58)

menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila adjusted R2 semakin kecel mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Sejarah Perseroan diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI pada tahun 1958 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN).

PT. Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet.

Riwayat PT Perkebunan Nusantara IV (Persero), dapat disajikan sebagai berikut :

Tahun 1959, Tahap Nasionalisasi

Proses nasionalisasi dimulai dengan mengambil alih perusahaan-perusahaan swasta asing (Belanda) seperti NV HVA (Namblodse Venotschaaf Handels Vereeniging Amsterdam) dan NV RCMA (Namblodse Venotschaaf Rubber Cultuur Maatschappij Amsterdam) pada tahun 1959 dinasionalisasikan oleh


(60)

Pemerintah RI dan kemudian dilebur menjadi Perusahaan Milik Pemerintah atas dasar Peraturan Pemerintah (PP) No. 19.

Tahun 1967, Tahap Regrouping I

Pada tahun 1967 – 1968 selanjutnya Pemerintah melakukan regrouping menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Aneka Tanaman, PPN Karet dan PPN Serat.

Tahun 1968, Tahap Perubahan menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP)

Sesuai Kepres. No. 144 tahun 1968, Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) yang ada di Sumut dan Aceh di regrouping ulang menjadi PNP I s.d. IX

Tahun 1971, Tahap Perubahan menjadi Perusahaan Perseroan

Dengan dasar Peraturan Pemerintah tahun 1971 dan tahun 1972, Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) dialihkan menjadi Perusahaan Terbatas Persero dengan nama resmi PT Perkebunan I s.d. IX (Persero). Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan VI didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1971, Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan VII didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1971 dan Perusahaan Perseroan (Persero) dan PT. Perkebunan VIII didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1972. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1972 ini PT. Perkebunan Nusantara III menjadi persero.


(61)

Tahun 1996, Tahap Peleburan menjadi PTPN

Guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegitan usaha perusahaan BUMN, Pemerintah merestrukturisasi BUMN subsektor perkebunan dengan melakukan penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1994, 3 (tiga) BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT. Perkebunan III (Persero), PT. Perkebunan IV (Persero) , PT. Perkebunan V (Persero) disatukan pengelolaannya ke dalam manajemen satu manajemen dibawah satu perusahaan bernama PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH, No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-8331.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 yang dimuat di dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 Tahun 1996 Tambahan Berita Negara No. 8674 Tahun 1996.

2. Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara III a. Visi Perusahaan


(62)

Membangun perusahaan agroindustri berbasis perkebunan yang tangguh di pasar global.

b. Misi Perusahaan

Melaksanakan program yang terfokus pada pengembangan industri hilir dan perluasan areal tanaman untuk mengembangkan usaha perkebunan dan industri hilirnya melalui peningkatan kinerja secara optimal atas pangsa pasar, nilai tambah dan pertumbuhan usaha.

c. Tujuan Perusahaan

Meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham dan mensejahterakan karyawan melalui pelaksanaan program secara sinergis dari semua pihak yang terkait terutama dukungan dan peran serta segenap karyawan melelui kerja keras, disiplin, kesungguhan dan ketekunan, kerjasama yang serasi dan terpadu, penuh dedikasi dan loyalitas, serta sikap proaktif yang konsisten dan berkesinambungan. Sejak Program Transformasi Bisnis diluncurkan pada tahun 2003, Economic Value Added (EVA) dari PTPN III telah memasuki wilayah positif dan bergerak ke atas. Target-target dari Program Transformasi Bisnis tercapai lebih cepat dari yang dicanangkan. PTPN III yang menjadi pokok bahasan dalam buku "Beyond Book Value : Lesson Learned From PTPN III in Creating Value" selama dua tahun terakhir ini telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut :


(63)

• Membangun Team Work dan Integritas melalui sistem kerja yang di landasi dengan values/tata nilai organisasi yang di sepakati bersama.

• Membangun kepercayaan bawahan dengan memelihara komitmen dan konsistensi dari pelaksanaan yang telah dibangun.

• Meningkatkan kompetensi personil melalui suatu sistem pelatihan yang selaras dengan kompetensi dari posisi masing-masing sesuai dengan yang diharapkan.

• Membangun suatu iklim kerja yang sehat melalui pembinaan konsisi internal dan lingkungan usaha.

• Membangun suatu sistem informasi manajemen yang efektif dan efesien.

3. Aktivitas PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

PTPN III mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, dan kakao dengan areal konsesi seluas 166.909,94 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 88.287 ha, karet 45.327 ha dan kakao seluas 8.761 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri + inti, PTPN III juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 19.553,94 ha untuk tanaman kelapa sawit seluas 10.403,14 ha dan tanaman karet 9.150,80 ha.

a.Kebun-kebun


(64)

1. Sungai Putih 17.Bandar Selamat 2. Tanah raja 18. Batang toru 3. Sarang Ginting 19. Membang Muda 4. Silau Dunia 20. Labuhan Haji 5. Rambutan/ Sei Bamban 21. Rantau Parapat 6. Gunung Pamela 22. Merbau Selatan 7. Gunung Monako 23. Aek Nabara Utara 8.Gunung Para 24. Aek Nabara Selatan

9. Bangun 25. Sei Sumut

10. Bandar Betsy 26. Hapesong

11. Sei Mankei 27. Aek Torop

12. Sei Silau 28.Torgamba

13.Huta Padang 29. Sei Daun

14. Sei Dadap/Hessa 30. Sei Baruhur 15. Pulau Mandi 31. Sie Moranti 16. Ambalutu 32. Bukit Tujuh

b. Unit-unit Kegiatan/Usaha

Selain unit usaha kebun PTPN III juga memiliki sejumlah 26 unit pabrik pengolahan.

1). Pabrik CPO = 10 unit 4). Pabrik Centrifuge Lateks = 3 unit 2). Pabrik RSS = 3 unit 5). Pabrik Crumb Rubber = 4 unit 3). Pabrik Kakao = 5 unit 6). Industri Karet = 1 unit


(65)

c. Kapasitas Produksi per tahun :

1). Kelapa Sawit : 3). Karet :

- CPO : 399.858 ton - RSS : 2.858 ton - Inti sawit : 95.853 ton -. Cutting : 6 ton 2. Industri karet : -. SIR 3 CV : 2.329 ton -. Karet gelang : 2.400 ton -. SIR 3 L : 1.250 ton -. Rubber Articles : 29 ton -. SIR 3 WF : 155 ton -. Rubber fender : 12 ton -. SIR 10 : 12.334 ton -. Rubber cowmats : 24 ton -. SIR 20 : 1.370 ton -. Conveyor belt : 14 ton -. Sediment : 1.496 ton -. Toy balloon : 68 ton

-. Rubber gloves : 400 ton -. Rubber thread : 7.200 ton -. Resiprene : 700 ton

4. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Sebagai salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan, PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki struktur organisasi sebagai berikut

a. Dewan komisaris.


(66)

Komisaris : Deddy Suwandy S. Marbun Herry Sebayang S. Herry Sucipto Herman Hidayat

b. Dewan Direksi

Direktur Utama : Ir. H. Amri Siregar

Direktur Produksi : Ir. H. Amal Bakti Pulungan Direktur Keuangan : Drs. Johanes Sitepu, Ak. Direktur Perencanaan & Pengembangan : Chairul Muluk

Direktur Umum : H. M. Rachmat P., SE, MM

Sero)


(67)

Gambar. 4.1 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

5. Prestasi Perusahaan.

a. Mendapatkan Penghargaan dari Indonesian Quality Award (IQA).

Pada tanggal 4 Desember 2008 di Jakarta, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) meraih Platinum Achievement Award dari IQA dengan skor 503 berada pada level Early Result dan Early Improvement dengan masa berlaku setahun.

b. Memperoleh penghargaan Sawit Nusantara Award Tahun 2008.

Sebagai bentuk apresiasi dari Kementerian Negara BUMN bagi Kebun dan Unit yang mengelola bisnis komoditi kelapa sawit dalam meningkatkan kinerjanya di lingkup BUMN Perkebunan diselenggarakan acara penganugerahan Sawit Nusantara Award. Untuk tahun 2008 dipercayakan kepada PTPN VI sebagai penyelenggara acara yang dilaksanakan pada tanggal 17 dan 18 Juli 2008 di Pengeran Beach Hotel, Padang, dirangkaikan dengan "Rapat Kerja dan Workshop Manajer Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Lingkup BUMN Perkebunan"

Penganugerahan SNA 2008 yang diikuti oleh PTPN I, II, III, IV, V, V, VI, VII, VII, VIII, XII, XIII, XIV dan Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) di dominasi oleh PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dari 15 (lima belas) kategori (15 award) yang diperlombakan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan memperoleh 7 (tujuh) award antara lain :


(68)

Daftar Kebun Penganugrahan SNA 2008

Kategori Kebun/Unit Peringkat

Kebun Inti

Kebun Membang Muda

II (kedua)

Pabrik Kelapa Sawit

PKS. Rambutan I (pertama) PKS. Sei Silau II (kedua) PKS. Sei Mangkei III (ketiga) Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa

Sawit

Kebun Membang Muda

III (ketiga)

Peningkatan Rendemen Pabrik Kelapa Sawit

PKS. Rambutan

I (per-tama) PKS. Sei Silau III (ketiga) Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Dari anugerah yang diperoleh memberikan motivasi PTPN III untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan kinerjanya.

c. Memperoleh penghargaan berupa Karet Nusantara Award 2008

Karet Nusantara Award 2008 adalah penghargaan yang diberikan oleh Kementerian Negara BUMN kepada BUMN Perkebunan atas reputasinya sebagai penghasil karet yang paling produktif. Atas nama pemegang saham, penghargaan ini diberikan oleh Menteri Negara BUMN di Hotel Semarang Convention pada tanggal 20-21 Nopember 2008. Disamping memotivasi seluruh elemen dari


(1)

Lampiran xviii

Regresi setelah data ditransformasikan

Variables Entered/Removedb Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 LN_Biaya

Kegagalan Eksternal, LN_Biaya Kegagalan Internal, LN_Biaya pencegahan, LN_Biaya Penilaiana

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: LN_Tingkat Pertumbuhan Penjualan

Model Summary

b

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .585a .342 .244 1.1000447488E0 1.889

a. Predictors: (Constant), LN_Biaya Kegagalan Eksternal, LN_Biaya Kegagalan Internal, LN_Biaya pencegahan, LN_Biaya Penilaian


(2)

Collinearity Diagnosticsa Mode l Dime nsion Eigenvalu e Condition Index Variance Proportions (Constan t) LN_Biaya pencegaha n LN_Biaya Penilaian LN_Biaya Kegagalan Internal LN_Biaya Kegagalan Eksternal

1 1 4.552 1.000 .00 .00 .00 .00 .01

2 .446 3.194 .00 .00 .00 .00 .55

3 .001 61.464 .02 .05 .00 .80 .00

4 .000 130.161 .04 .71 .34 .10 .04

5 .000 201.338 .95 .24 .66 .09 .40

a. Dependent Variable: LN_Tingkat Pertumbuhan

Coefficients

a Model Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) 18.212 14.466 1.259 .219

LN_Biaya

pencegahan -.302 .411 -.141 -.735 .469 .661 1.512 LN_Biaya Penilaian -.317 .611 -.108 -.518 .608 .564 1.773 LN_Biaya

Kegagalan Internal -.442 .291 -.277 -1.521 .140 .733 1.365 LN_Biaya

Kegagalan Eksternal

-.040 .330 -.277 -1.339 .192 .570 1.755

a. Dependent Variable: LN_Tingkat Pertumbuhan Penjualan


(3)

ANOVA

b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 16.969 4 4.242 3.506 .020a

Residual 32.673 27 1.210

Total 49.641 31

a. Predictors: (Constant), LN_Biaya Kegagalan Eksternal, LN_Biaya Kegagalan Internal, LN_Biaya pencegahan, LN_Biaya Penilaian

b. Dependent Variable: LN_Tingkat Pertumbuhan Penjualan

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value

-5.12147569 7E0 -2.46341943 7E0 -3.6993847 62E0

.7398498183 32

Std. Predicted Value -1.922 1.671 .000 1.000 32

Standard Error of Predicted

Value .293 .932 .417 .124 32

Adjusted Predicted Value -5.86657190 3E0 -2.56503057 5E0 -3.7321304 30E0

.8301062709 32

Residual

-1.37221920 49E0 3.08827495 57E0 .00000000 00 1.0266239399E

0 32

Std. Residual -1.247 2.807 .000 .933 32

Stud. Residual -1.323 3.015 .011 1.025 32

Deleted Residual

-1.57588422 30E0 3.56149196 62E0 .03274566 85 1.2505109444E

0 32

Stud. Deleted Residual -1.342 3.632 .043 1.120 32

Mahal. Distance 1.232 21.278 3.875 3.656 32

Cook's Distance .000 .529 .047 .104 32

Centered Leverage Value .040 .686 .125 .118 32


(4)

Lampiran xix

Charts

sebelum data ditransformasikan


(5)

(6)