15
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian.
Persaingan bisnis yang semakin ketat akan berdampak pada ketatnya seleksi perusahaan yang tetap bertahan atau memenangkan persaingan. Terjadinya
pergeseran kekuasaan pasar dari produsen ke konsumen, menyebabkan konsumen memiliki kekuatan untuk menentukan cara memenuhi kebutuhannya. Perusahaan
harus sadar bahwa sebenarnya penghasilan penjualan yang diperoleh merupakan akibat dari kemampuannya dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Kepuasan pelanggan merupakan jaminan atas loyalitas pelanggan kepada produk perusahaan di masa yang akan datang. Sehingga tingkat pertumbuhan
penjualan perusahaan dipengaruhi oleh tingkat kepuasan pelanggan customer satisfaction yang dapat dicapai perusahaan dengan menciptakan nilai pelanggan
customer value yaitu selisih antara pengorbanan dan manfaat yang diperoleh pelanggan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hansen, Mowen 2001 : 962 yang menyatakan bahwa “dalam dua dekade terakhir, kualitas menjadi dimensi
kompetisi yang penting baik untuk perusahaan manufaktur maupun jasa”. Dalam persaingan usaha yang semakin tajam, setidaknya ada tiga hal yang
harus dicermati oleh perusahaan yang memasarkan produknya yaitu kesementaraan, keanekaragaman, dan inovasi.
Universitas Sumatera Utara
16 Kesementaraan mengacu pada perubahan tren, produk yang telah usang,
maupun selera konsumen yang berubah. Keanekaragaman berarti bahwa ada persaingan dari produk-produk lain yang menjadi kompetitor bagi produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan inovasi berarti lahirnya produk baru, teknologi baru, gaya hidup baru serta harapan baru. Dengan kata lain, kunci untuk
meningkatkan daya saing adalah menghasilkan produk yang dapat memberikan nilai tambah baik dari segi manfaat maupun kualitas, sehingga pada akhirnya
dapat menciptakan kepuasan pelanggan. Bagi produsen, menciptakan produk berkualitas tinggi dengan harga yang
bersaing bukan lagi pilihan, karena program perbaikan kualitas sudah menjadi main issue untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Kualitas telah
menjadi dasar kompetisi dalam lingkungan bisnis kontemporer. Penekanan kualitas merupakan hal yang paling penting dikarenakan oleh dua alasan. Pertama,
meningkatnya kesadaran pelanggan akan pentingnya kualitas produk dan jasa yang mereka pilih. Kedua, peningkatan kualitas mengarah pada peningkatan dan
manfaat-manfaat yang terkait dengannya. Kualitas yang baik akan meningkatkan penjualan. Setiap perusahaan yang menerapkan program perbaikan kualitas perlu
merencanakan, mengukur, mengawasi dan melaporkan kemajuan program tersebut.
Beberapa perusahaan masih memiliki asumsi bahwa semakin tinggi kualitas, semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan. Akibatnya harga jual juga
semakin tinggi. Asumsi ini tidak selamanya benar jika perbaikan kualitas produk dilakukan dengan efektif dan efisien. Disamping itu, menghasilkan produk
Universitas Sumatera Utara
17 berkualitas rendah justru akan menambah biaya karena akan memerlukan biaya
ekstra untuk memperbaiki produk yang cacat. Selain meningkatkan penjualan, kualitas yang tinggi dapat memberikan nilai lebih terhadap kepuasan pelanggan
yang mana dalam jangka panjang akan dapat memperluas market share. Program perbaikan kualitas merupakan aktivitas yang membutuhkan biaya
yang dikenal dengan istilah Biaya Kualitas. Biaya Kualitas didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam upaya meningkatkan kualitas
produk atau mencapai standard kualitas yang telah ditetapkan. Besarnya biaya kualitas tergantung dari desain kualitas produk yang direncanakan. Informasi yang
menyediakan data biaya kulitas secara lengkap disusun dalam bentuk laporan Biaya Kualitas atau tertera secara implisit dalam daftar biaya tanaman, daftar
biaya penjualan, dan daftar biaya administrasi. Laporan Biaya Kualitas merupakan laporan keuangan interim yang dapat dijadikan parameter bisnis bagi
perusahaan dan memberikan informasi penting bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan untuk merencanakan strategi perbaikan kualitas pada
periode selanjutnya. Untuk dapat bertahan dan bersaing dalam persaingan lokal dan
internasional yang semakin ketat ini masalah biaya mendapat perhatian khusus. Untuk itu perlu dicermati antara biaya produksi dengan biaya kualitas mana yang
lebih berpengaruh terhadap kinerja badan usaha yang umumnya diukur melalui tingkat pertumbuhan penjualan.
Besterfield 2003 : 173 mengemukakan bahwa “biaya kualitas yang terlalu tinggi menandakan ketidakefektifan manajemen yang pada akhirnya akan
Universitas Sumatera Utara
18 mempengaruhi posisi persaingan perusahaan”. Oleh karena itu, manajemen perlu
merencanakan dan mengendalikan biaya kualitas agar berada pada titik yang optimum. Ketidakefektifan perusahaan dalam memperlakukan biaya-biaya yang
berkaitan dengan kualitas akan menimbulkan masalah bagi perusahaan. Perusahaan mungkin saja telah mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan dengan
perbaikan kualitas dalam jumlah yang besar, namun kualitas yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan, akibatnya penjualan tidak meningkat.
Banyak upaya dilakukan oleh badan-badan usaha untuk dapat menekan biayanya seefisien mungkin, tetapi tidak jarang penekanan biaya tersebut
mempunyai pengaruh buruk terhadap kualitas. Penerapan biaya kualitas juga dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara III Persero. Sejarah Perseroan diawali
dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI pada tahun 1958 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi
perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara PPN. PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III Persero, merupakan salah satu
dari 14 Badan Usaha Milik Negara BUMN Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan.
PTPN III mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao dengan areal konsesi seluas 166.909,94 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal
seluas 88.287 ha, karet 45.327 ha dan kakao seluas 8.761 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri + inti, PTPN III juga mengelola areal Plasma milik
petani seluas 19.553,94 ha untuk tanaman kelapa sawit seluas 10.403,14 ha dan tanaman karet 9.150,80 ha.
Universitas Sumatera Utara
19 Seperti halnya perusahaan-perusahaan lain, PT. Perkebunan Nusantara III
Persero Medan mengikuti program perbaikan kualitas produk guna meningkatkan total penjualan perusahaan. PT. Perkebunan Nusantara III Persero
Medan memiliki tujuan untuk menjadi terdepan dibidangnya dengan menghasilkan produk-produk yang bermutu internasional. Hasil produksi
perusahaan telah menerima Indonesian Industries Standard SII Certificate, international quality certificate ISO 9001 : 2000 dan ISO 14001 : 1996.
Biaya-biaya yang termasuk komponen biaya kualitas tidak dilaporkan secara terpisah di dalam Laporan Biaya Kualitas. Akan tetapi, masih tergabung dalam
daftar biaya tanaman, daftar biaya penjualan dan daftar biaya administrasi. Berikut ini adalah ringkasan data mengenai Biaya penjualan, Biaya administrasi,
Pertumbuhan penjualan dalam setahun dimulai dari tahun 2001 – 2008:
Table 1.1 Daftar Biaya Produksi, Biaya Operasional, dan Pertumbuhan Penjualan
PT.Perkebunan Nusantara III Persero Medan Tahun 2001-2008
Dalam ribuan rupiah
Tahun Biaya penjualan
Biaya Administrasi Pertumbuhan
Penjualan 2001
42.183.214 221.007.879
- 2002
30.807.110 306.947.079
0,213 2003
51.158.840 376.223.272
0,157 2004
35.281.372 703.717.142
0,268 2005
45.285.832 396.788.874
0,103 2006
82.188.543 339.150.668
0,138 2007
79.504.613 624.953.159
0,49 2008
95.740.730 855.595.255
0,18 Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dibandingkan tahun 2005 pada tahun 2006 terjadi peningkatan biaya penjualan dan biaya administrasi
yang didalamnya terkandung biaya kualitas. Kenaikan ini diantaranya disebabkan
Universitas Sumatera Utara
20 oleh adanya beban rehabilitasi tanaman dan pabrik untuk optimalisasi produksi.
Disamping itu penjualan juga mengalami pertumbuhan sebesar 13,8 atau dari total penjualan tahun 2005 sebesar 2.334.949.125 menjadi 2.656.668.117.
Merujuk pada paparan sebelumnya dan data diatas, bahwa biaya kualitas memiliki pengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan, maka peneliti tertarik
untuk membahas dan meneliti lebih lanjut mengenai seberapa besar pengaruh biaya kualitas terhadap tingkat pertumbuhan penjualan serta untuk mengetahui
apakah dengan adanya biaya kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan akan memberikan andil terhadap peningkatan pertumbuhan penjualan atau tidak.
Dengan dasar hal tersebut diatas, dalam penelitian ini peneliti memilih judul
“Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Pertumbuhan Penjualan Pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan. ”
B. Rumusan Masalah Penelitian.