4.2.1. Antiseptik dan antibiotik
Minyak essensial memiliki kerja dan efek yang multipel, misal jika digunakan untuk pengobatan infeksi respiratorius minyak essensial tidak hanya
bersifat antiseptik tetapi juga mukolitik, antiinflamasi Durrafourd, 1987 dikutip oleh Price, 1997. Minyak essensial terutama berkhasiat sebagai antiseptik karena
agresivitasnya terhadap kuman-kuman mikrobial diimbangi oleh keamanan pemakaiannya mengingat minyak essensial tidak berbahaya bagi jaringan tubuh
Valnet, 1980. Penggunaan minyak essensial merupakan cara yang tepat untuk
menghindari timbulnya resistensi pada mikroba seperti yang dialami oleh pemakaian antibiotik karena minyak essensial membunuh secara selektif strain
kuman yang resisten Pellecuer et al, 1974 dikutip oleh Price 1997. Pemakaian minyak essensial sebagai sarana yang menyenangkan dan
efektif untuk desinfeksi udara dalam ruangan tertutup sehingga ideal untuk digunakan dalam kamar pasien,unit luka bakar, resepsionis, ruang tunggu dan
lainnya KelnerKober, 1956 dikutip oleh Price, 1997.
4.2.2. Analgesik
Banyak minyak essensial memiliki sifat analgesik hingga derajat tertentu dan mengapa terjadi demikian tampaknya belum ada keterangan yang dapat
menjelaskannya mengingat nyeri merupakan masalah yang rumit. Sifat analgesik ini diperkirakan terjadi sebagai akibat efek antiinflamasi, sirkulasi serta
detoksifikasi dan akibat efek anastesi dari jenis minyak essensial itu sendiri Price, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Kasus yang ditangani oleh Jeannie membuktikan bahwa lavender bersifat stimulan, pengatur keseimbangan, sedatif dan antibakterisida yang dapat
digunakan sebagai penurun nyeri pada pasien kanker Price, 1997.
4.2.3. Antiinflamasi
Minyak Lavandula angustiofolia dan Chamomilia recucita banyak dipakai untuk mengatasi inflamasi ringan seperti luka bakar akibat sengatan
matahari, gigitan serangga; hal ini diakui oleh banyak orang yang telah menggunakannya Jakvlev et al, 1983 dikutip oleh Price, 1997.
4.2.4. Antitoksik