Pengertian Tender Secara Umum dan Berdasarkan UU Nomor 5

Tender atau Pengadaan Barang Jasa adalah kegiatan pengadaan barang jasa yang dibiayai dengan APBN atau APBD, baik yang diselenggarakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang jasa. 2 Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tender adalah mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau menyediakan jasa. Jika pengertian tender atau lelang tersebut disimpulkan, maka tender sendiri memiliki cakupan yang lebih luas karena tender merupakan serangkaian kegiatan berupa penawaran mengajukan harga untuk: 1 Memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan; 2 Mengadakan atau menyediakan barang dan atau jasa; 3 Membeli barang dan atau jasa; 4 Menjual barang danatau jasa, menyediakan kebutuhan barang danatau jasa secara seimbang dengan berbagai dengan syarat yang harus dipenuhi, berdasarkan peraturan tertentu yang ditetapkan pihak terkait. Berdasarkan definisi tersebut, maka cakupan dasar penerapan Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 adalah tender atau tawaran mengajukan harga yang dapat dilakukan melalui: 1 tender terbuka; 2 tender terbatas; 3 pelelangan umum; 4 pelelangan terbatas. Mekanisme yang diberikan oleh UU Nomor 5 Tahun 1999 terhadap Keputusan Presiden Keppres Nomor 80 Tahun 2003 merupakan ketentuan normatif yang melarang pelaku usaha bersekongkol dengan pihak lain guna mengatur dan atau menentukan pemenang tender yang dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat. Larangan tersebut mencakup proses pelaksanaan tender secara keseluruhan yang diawali dari prosedur perencanaan, pembukaan penawaran, sampai dengan penetapan pemenang tender. Mekanisme tersebut merupakan payung hukum UU Nomor 5 Tahun 1999 terhadap Keppres Nomor 80 Tahun 2003, meskipun Keppres tersebut tidak menempatkan UU Nomor 5 Tahun 1999 sebagai salah satu landasan hukumnya.

2. Ruang Lingkup Persekongkolan Tender Secara Umum dan

Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1999 Persekongkolan conspiracy dalam Black’s Law Dictionary diartikan sebagai berikut: “A combination or confederacy between two or persons formed for the purpose of commiting by their joint efforts, some unlawful or criminal act or some act, which is innocent itself, but becomes unlawful when done concerted action of the conspirators or for the purpose of using criminal or unlawful means to be commision of an act not in itself unlawful”. 2 Definisi tersebut menegaskan bahwa persekongkolan harus dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang bertujuan untuk melakukan suatu tindakan atau kegiatan kriminal atau melawan hukum secara bersama-sama. Termasuk dalam hal ini adalah persekongkolan dalam penawaran tender, baik untuk pengadaan barang dan atau jasa di sektor 2 Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, 5 th Editon., Minesota: West Publising, 1998, h. 382. publik maupun di perusahaan swasta, karena dianggap dapat menghambat upaya pembangunan suatu negara. Istilah persekongkolan selalu berkonotasi negatif. Hal ini terlihat dari berbagai kamus yang selalu mengartikan sebagai permufakatan atau kesepakatan untuk melakukan kejahatan. 3 Demikian pula menurut Black’s Law Dictionary, kata ’persekongkolan’ atau conspiracy didefinisikan sebagai penyatuan maksud antara dua orang atau lebih yang bertujuan untuk menyepakati tindakan melanggar hukum atau kriminal melalui upaya kerjasama. 4 Hal tersebut terbukti melalui perumusan-perumusan dalam berbagai kamus yang selalu mengartikan sebagai permufakatan atau kesepakatan melakukan kejahatan. Berikut merupakan pengertian tentang persekongkolan, yaitu: Dalam kamus Dictionary of Law – L.B. Curzon, persekongkolan diartikan sebagai conspiracy, yakni: ―conspiracy is if person agrees with any other person that a course of conduct shall be pursued which if the agreement is carried out in accordance with their intentions, either can will necessarily amount to or involve the commision af any offences by one or more of the parties to the agreement or be would do so but for the existence of the facts which render any of the offences impossible, he is guilty of conspiracy to commit the offence or offence question .‖ 5 3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1996, h. 893. 4 Black’s Law Dictionary, Fifth Edition, St. Paul Minn.: West Publishing, 1979, p. 280. 5 L.B Curzon, Conspiracy, sixth edition, England: Pearson Education Limited, 2002, p. 88.