Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tinjauan Review Kajian Terdahulu

yang disusun oleh Maulana Ichsan Setiadi, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi tersebut memberikan penjelasan mengenai prakek persekongkolan tender dalam pengadaan jasa kebersihan di lingkungan Bandara Soekarno Hatta. Skripsi tersebut lebih menitik beratkan pada aspek undang-undang, yaitu dengan melihat rumusan pasal-pasal terhadap kasus yang terjadi di lapangan. Adapun skripsi lainnya yang berjudul ‖Analisis Perilaku Conscious Parallelism dalam Pembuktian Persekongkolan Tende r‖, yang disusun oleh Kristiono Utomo, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Universitas Indonesia. Skripsi tersebut menjelaskan tentang doktrin Conscious Pararllelism yang membantu proses pembuktian pelanggaran dalam praktek persekongkolan tender yang ditangani oleh KPPU. Skripsi tersebut lebih menitik beratkan pada aspek pelaksanaan doktrin hukum, yaitu melakukan pembuktian dengan melihat fakta hukum yang dikaitkan juga dengan doktrin hukum. Adapun buku terkait yang berjudul ‖Larangan Persekongkolan Tender Perspektif Hukum Persaingan Usaha ‖, yang ditulis oleh L. Budi Kagramanto yang dicetak oleh Penerbit Srikandi tahun 2008. Buku tersebut membahas aspek persekongkolan tender yang dilihat dari perspektif hukum persaingan usaha di Indonesia. Sehingga yang membedakan skripsi dan buku tersebut dengan skripsi yang sedang penulis angkat adalah dalam skripsi ini penulis fokus membahas mengenai aspek sanksi denda yang akan dijatuhi apabila tindakan persekongkolan tender terbukti, sehingga penulis merasa tidak ada kesamaan antara skripsi dan buku tersebut dengan skripsi yang penulis sedang teliti.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pedoman yang lebih konkrit dari teori, yang berisikan definisi operasional yang menjadi pegangan dalam proses penelitian yaitu pengumpulan, pengelolaan, analisis dan kontruksi data dalam skripsi ini. Adapun beberapa pengertian yang menjadi konseptual skripsi ini akan dijabarkan dalam uraian dibawah ini: a. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan hukum, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha ekonomi. b. Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang, dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. c. Persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar yang bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol. Konsep persekongkolan selalu melibatkan dua pihak atau lebih untuk melakukan kerjasama. Pembentuk UU memberi tujuan persekongkolan secara limitatif, yaitu untuk menguasai pasar bagi kepentingan pihak-pihak yang bersekongkol. d. Pasar bersangkutan adalah pasar yang terkait dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang, dan atau jasa tersebut. Penguasaan pasar merupakan perbuatan yang diantisipasi dalam persekongkolan, termasuk dalam kegiatan tender. 12 e. Persekongkolan dalam kegiatan tender menurut pengertian di beberapa Negara merupakan perjanjian beberapa pihak untuk memenangkan pesaing dalam suatu kegiatan tender. f. Tender adalah tawaran untuk mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa. Pengertian tender mencakup tawaran untuk mengajukan harga untuk memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan, mengadakan barang dan atau jasa, membeli suatu barang dan atau jasa, menjual suatu barang dan atau jasa. 13 12 Yakub Adi Krisanto, ―Analisis Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 dan Karakteristik Putusan tentang Persekongkolan Tender‖, Jurnal Hukum Bisnis, vol. 24 No. 2, 2005, h. 42. 13 KPPU RI, Pedoman Pasal 22 tentang Larangan Persekongkolan dalam Tender, Jakarta:KPPU, 2005, h. 7.