Kriteria Ketuntasan Minimal KKM

24 kriteria, yaitu: Tinggi Nilai 1 atau rentang nilai 50 - 65, Sedang Nilai 2 atau rentang nilai 66 - 80, dan Rendah Nilai 3 atau rentang nilai 81 -100. 3. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembela- jaran, yang didasarkan pada ketersediaan tenaga, sarana dan prasarana pendidikan yang sangat dibutuhkan, BOP, manajemen sekolah, kepedulian stakeholders sekolah. Terdiri atas tiga kriteria, yaitu: Tinggi Nilai 3 atau rentang nilai 85 - 100, Sedang Nilai 2 atau rentang nilai 70 - 84, dan Rendah Nilai 1 atau rentang nilai 55 - 69. Jadi kriteria ketuntasan minimal merupakan kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan minimal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah. Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah batas kriteria ideal tetapi secara bertahap harus dapat mencapai kriteria ketuntasan ideal.

E. Kerangka Pikir

Penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok satu mendapatkan pembelajaran audiovisual dan kelompok dua mendapatkan pembelajaran konven- sional. Pada pembelajaran audiovisual tahap pertama adalah menampilkan suatu permasalahan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari. Hal ini melatih siswa untuk mengenali masalah abstrak yang belum dipahaminya, menggali rasa keingintahuannya, dan menggali pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Tahap selanjutnya adalah menampilkan materi pelajaran. Tampilan materi pelajaran dikemas dengan menarik, bervariasi, dan bermakna. Hal ini mendorong siswa untuk berkonsentrasi terhadap isi pelajaran serta dengan visualnya memperlancar memahami dan mengingat materi pelajaran. Selain itu, 25 dapat membantu siswa yang lemah untuk mengetahui dan memahami materi pelajaran. Kemudian siswa berkelompok untuk mengumpulkan, menganalisis, mengevaluasi informasi, dan membuat kesimpulan. Hal tersebut mendorong siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep dari materi pelajaran yang diselidiki, sehingga pemahaman siswa terhadap konsep-konsep tersebut akan lebih bermakna dan lebih baik daripada sekedar hapalan. Pembuatan kesimpulan terhadap materi yang diselidiki bersama menjadikan pemahaman seluruh kelompok terhadap materi tersebut akan lebih terintegrasi dan menjadi lebih baik. Tahap terakhir yaitu mempresentasikan laporan akhir dan evaluasi. Pengetahuan dari salah satu kelompok penyaji akan ditransfer kepada pendengar, sehingga dapat melatih pemahaman konsep siswa. Disamping itu, kemungkinan terjadi debat yang dapat merekam kembali khasanah pemahaman tentang materi tersebut. Selajutnya antara siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan seluruh materi yang telah dipelajari. Pembelajaran konvensional memiliki beberapa tahapan sebagai berikut. Di awal pembelajaran, peran guru adalah memberikan penjelasan materi pelajaran dengan ceramah kepada para siswa. Kemudian siswa memperhatikan penjelasan guru dengan saksama dan mencatat penjelasan tersebut. Pada tahap ini tampak bahwa kegiatan siswa dalam pembelajaran kurang dilibatkan secara aktif untuk menemukan sendiri konsep-konsep dari suatu materi pelajaran, sehingga para siswa hanya memperoleh informasi yang telah dijelaskan oleh guru ataupun yang telah mereka baca di buku. Hal tersebut menyebabkan pemahaman siswa terhadap 26 suatu konsep kurang bermakna dan tertanam dengan baik karena konsep yang telah diperoleh hanya berupa hapalan. Selanjutnya tahapan pembelajaran konvensional adalah pemberian tugas dari guru kepada siswa. Tugas yang diberikan tersebut dikerjakan secara berkelompok. Kemudian berdiskusi untuk memperoleh jawaban dari tugas tersebut. Proses diskusi yang dilakukan tersebut hanya sebuah diskusi untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam tugas yang diberikan dan bukan untuk mengungkap suatu konsep. Para siswa tidak dihadapkan dengan pertanyaan- pertanyaan yang bersifat penemuan, sehingga siswa hanya dikapasitaskan untuk menyalin konsep yang telah ada tanpa tahu bagaimana konsep tersebut ditemukan. Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek yang dinilai dalam hasil belajar. Dengan bantuan audiovisual, siswa diharapkan mampu memahami indikator- indikator pemahaman konsep. Adapun kriteria ketuntasan minimal KKM merupakan kriteria batas ketuntasan belajar ideal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah. Pada penelitian ini KKM untuk standar kompetensi materi vektor, siswa mendapatkan nilai minimal 70 dengan ketuntasan belajar minimal 70 dari seluruh siswa. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran audiovisual yang dalam pembelaja- rannya disampaikan dengan audio dan visual, diduga dapat mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas XI Jurusan Bangunan Semester Ganjil SMK Negeri 2 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 13 60

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP (Studi Pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 53

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 63

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 37

FEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 49

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39

PENGARUH PEMBELAJARAN AUDIOVISUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi Pada Siswa Kelas XI Jurusan Bangunan Semester Genap SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 12 51

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

PENGARUH PENERAPAN MODEL PERAIHAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 13 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 43

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 38