Infrastruktur; Aspek hukum, Sektor swasta: Kelembagaan;

56 Tabel 5.2. Konsensus Prioritas Masalah Potensi Masalah Govo1 Gov02 Gov03 Gov04 Gov05 Gov06 Rata 1 6 6 6 6 6 6 6 2 5 6 6 6 5 6 6 3 6 6 5 6 5 6 6 4 5 4 3 6 3 4 4 5 5 6 6 6 5 6 6 6 5 6 5 5 6 5 5 7 6 5 6 6 6 6 6 Tabel 5.3 Hasil Pengelolaan data Potensi Masalah Rata 1 6 2 6 3 6 4 Eleminate 5 6 6 5 7 6 Tabel 5.4 Hasil Konsensus Prioritas Masalah Berdasarkan Hasil Pengelolaan Data Hasil Akhir Konsensus Masalah Solusi untuk antisipasi 1. Sumber Daya Manusia SDM;  melakukan mapping asesment untuk mengidentifikasi SDM yang tersedia di masing- masing daerah dan melakukan Investment SDM sesuai area prioritas tiap-tiap daerah.  Identifikasi kebutuhan pengembangan kapasitasketrampilan dan Pelatihan pengembangan kapasitas terhadap aparat pemerintahan mulai dari tingkat pimpinan hinga staff di berbagai lembaga pemerintahan daerah.

2. Infrastruktur;

 percepatan pembangunan infrastruktur fisik dasar yang masuk dalam kategori prioritas pada tahap pra kondisi pelaksanaan desentralisasi. Metode Penilaian 1= Tidak berpotensi 2= Potensi rendah 3= Potensi sedang 4= Cukup Berpotensi 5=Berpotensi besar 6=sangat berpotensi Kategori Low Risk kategori High Risk 57 Hasil Akhir Konsensus Masalah Solusi untuk antisipasi 3. Penyalagunaan wewenang;  Mendorong pemerintah daerah utuk menerapkan system Good governance,  Melakukan pemberdayaan kepada masyarakat dan memberi ruang yang besar bagi partisipasi LSM dan media untuk ikut mengontrol jalannya pemerintahan derah.

4. Aspek hukum,

 Perlunya lobi dan advocacy untuk mendorong penyusunan dan pengesahan UU yang yang bersifat mendesak untuk mendukung pelaksanaan desentralisasi sebagai mana yang telah direncanakan, antara lain; a UU organik tentang Kebijakan Desentralisasi Administratif. b UU Pembagian wilayah administratif, c UU desentralisasi administratf dan pemerintahan daerah.

5. Sektor swasta:

 Training pemberdayaan tentang kewirausahaan.  Membentuk kamar dagang municipal  Memberi isentif dalam bentuk kredit dengan bunga kecil.

6. Kelembagaan;

 Penataan kelembagaan yang baik, efisien dan efektif  Mengadopsi e-Goverment untuk meningkatkan efisiensi: ICT membantu meningkatkan efisiensi tugas pemrosesan massal dan operasi administrasi publik.  Pengembangan Kapasitas aparatur pemerintah daerah  Membangun infrastruktur sarana prasarana untuk menfasilitasi kinerja lembaga pemerintahan daerah. Dari hasil konsensus tersebut maka Sumber Daya Manusia SDM menjadi prioritas utama dalam pandangan para aktor selaku pengambil kebijakan di pemerintahan Timor Leste. Informan yang teribat dalam penelitian ini memberikan nilai tertinggi pada permasalahan SDM dengan nilai enam. PandanganProf. Dr. Faustino Cardoso Gomes, B.A, MsiPresiden komisi Pegawai Negeri Sipil menunjukan bahwa kualitas SDM merupakan faktor determinan bagi keberhasilan pembangunan di era desentralisasi, minimnya SDM di Timor Leste apabila dilihat dari aspek kualitas merupakan masalah yang menghambat pelaksanaan pembangunan daerah. Sehingga perlu 58 dilakukan penilaian dan pemetaan untuk mengidentifikasi SDM yang tersedia di setiap daerah dan melakukan investasi SDM di setiap daerah. Selain itu, dapat dilakukan identifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas atau peningkatan keterampilan melalui pelatihan terhadap aparat pemerintahan mulai dari pimpinan maupun karyawan di berbagai institusi pemerintahan. Kondisi infrastruktur merupakan masalah kedua yang penting untuk segera diantisipasi dalam penyelenggaraan desentralisasi di Timor Leste. Sebagaimana pandangan Sir.Nuno ReisStaff Hukum yang menunjukan bahwa minimnya infrastruktur dasar akan berdampak pada lambatnya pelaksanaan desentralisasi sehingga perlu dilakukan percepatan pembangunan infrastruktur fisik dasar yang masuk dalam kategori prioritas pada tahap pra kondisi pelaksanaan desentralisasi di Timor Leste. Setelah itu, permasalahan yang perlu diantisipasi selanjutnya ialah penyalahgunaan wewenang. Pandangan Sir. Fransisco Da Costa Soares Sekertaris negaramenunjukan bahwa politik memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembangunan sehingga berpotensi menimbulkan Korupsi Kolusi dan Nepotismme KKN, oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk mendorong pemerintah dalam menerapkan sistem tatakelola yang baik good governance serta melakukan pemberdayaan masyarakat dan memberi ruang yang besar bagi partisipasi Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan media untuk ikut mengendalikan jalannya pemerintahan daerah. Permasalahan selanjutnya yang harus diantisipasi dalam penyelenggaraan desentralisasi di Timor Leste ialah manajemen keuangan daerah. Pandangan Sir. Abilio Jose Caitano CEO Desentralisasi administrasi menunjukan bahwa manajemen keuangan diperlukan agar dapat dipastikan alur penggunaan dana di daerah secara optimal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah daerah dengan memberikan insentif bagi kinerja pegawai yang berprestasi dan menyediakan bantuan untuk pegawai yang dikategorikan kurang mampu serta menekankan implementasi good governance. Selanjutnya, masalah yang patut diantisipasi dalam penyelenggaraan desentralisasi administratif dan pemerintahan daerah 59 di Timor Leste ialah dasar hukum. Pandangan Jacinto Paijo Direktur Executive pusat Logistics National dan hubungan desentralisasi menunjukan bahwa dasar hukum merupakan landasan kekuatan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah sehingga perlu ditetapkan undang-undang yang relevan guna mendukung pelaksanaan desentralisasi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan advokasi dalam penyusunan dan pengesahan undang-undang terutama yang mendukung pelaksanaan desentralisasi yakni kebijakan desentralisasi administratif, undang-undang pembagian wilayah administratif dan pemerintah daerah. Kemandirian ekonomi menjadi bagian yang sangat esensial dalam desentralisasi administratif dan pemerintahan daerah. Pandangan Aderito Manuel Alves Guteres Deputi Perencanaan Nasional Pembangunan Desa menunjukan bahwa pemerintah sulit mencapai kemandirian ekonomi apabila sektor swasta masih sangat rapuh karena keterbatasan akses terhadap modal usaha atau minimnya keterampilan dalam berwirausaha, tidak mandiri serta terbatasanya infrastruktur penunjang yang merupakan bagian penting dalam upaya menumbuhkan perekonomian daerah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pelatihan dalam bentuk pemberdayaan tentang kewirausahaan, menyediakan pasar, membantu pengusaha dalam mengakses modal usaha. Disisi lain, masalah kelembagaan juga perlu mendapat perhatian dalam penyelenggaraan desentralisasi administratif dan pemerintahan daerah. Menurutnya, sumberdaya aparatur pemerintahan yang masih sangat minim serta ketergantungan pada pemerintah pusat, keterbatasan sarana dan prasarana, penetapan sistem birokrasi dan pelaksanaan standar pelayanan minimum yang belum tertata dengan baik sehingga mempengaruhi standar kualitas pelayanan publik serta hubungan kerja antar lembaga, harus dioptimalkan dengan menatakelola kelembagaan yang baik, efisien dan efektif, mengadopsi e-government untuk meningkatkan efisiensi terutama dalam operasi administrasi publik atau proses data yang banyak, serta membangun infrastruktur sarana dan prasarana untuk memobilisasi kinerja lembaga pemerintah. 60 Secara umum, persepsi birokrat menunjukan bahwa hanya beberapa masalah yang disepakati untuk diantisipasi yaitu masalah kapasitas manajemen daerah; sumber daya manusia; infrastruktur fisik; UU penyelenggaraan pemerintah daerah; sektor swasta; penyalagunaan wewenang; dan kelembagaan. Sedangkan masalah yang berdasarkan persepsi birokrat tidak diprioritaskan ialah masalah pendapatan daerah; agenda politik; kebijakan fiskal;perbankan; pembagian wilayah pusat administratif; partisipasi masyarakat; monitoring dan evaluasi; dan blueprint. Masalah yang paling penting untuk di antisipasi berdasarkan skala prioritas adalah sebagai berikut : pertama, sumber daya manusia; kedua, infrastruktur; ketiga, penyalagunaan wewenang; keempat, aspek hukum, kelima, sektor swasta; dan kelembagaan. Dengan demikian berdasarkan persepsi birokrat, sumber daya manusia menjadi prioritas dalam mengantisipasi masalah penyelenggaraan desentralisasi di Timor Leste. Persepsi Akademisi Hasil capaian konsensus bersama kelompok akademsisi dalam menentukan Potensi Masalah dan antisipasi yang dianggap perlu untuk menghindari gagalnya implementasi desentralisasi di Timor Leste. Tabel 5.5 Konsensus Masalah Daftar Masalah atau Isu Solusi untuk antisipasi

1. Sumberdaya manusia SDM dan Kapasitas manajemen

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mengantisipasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah: studi kasus pra kondisi desentralisasi di Timor Leste T2 092014901 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mengantisipasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah: studi kasus pra kondisi desentralisasi di Timor Leste T2 092014901 BAB II

0 0 23

T2 092014901 BAB III

0 1 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mengantisipasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah: studi kasus pra kondisi desentralisasi di Timor Leste T2 092014901 BAB IV

0 3 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mengantisipasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah: studi kasus pra kondisi desentralisasi di Timor Leste T2 092014901 BAB VI

0 0 2

T2 092014901 Daftar Pustaka

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mengantisipasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah: studi kasus pra kondisi desentralisasi di Timor Leste

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Adaptasi Budaya Para Ekspatriat di Timor Leste T2 912010015 BAB V

0 1 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Culture Shock dan Adaptasi Budaya Mahasiswa Timor Leste di Universitas Kristen Satya Wacana T2 912013013 BAB V

0 0 5

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Kerjasama Bilateral Indonesia dan Timor Leste dalam Pembangunan Ekonomi di Timor Leste T1 BAB V

0 0 37