Pengaruh Stres Kerja, Motivasi dan Komunikasi Terhadap Kenerja Karyawan pada PT Amerta Indah Otsukadi Medan

(1)

SKRIPSI

PENGARUH STRES KERJA, MOTIVASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT AMERTA

INDAH OTSUKADI MEDAN

OLEH :

DEDY M T PANGARIBUAN 090522118

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Stres Kerja, Motivasi dan Komunikasi terhadap kinerja karyawan PT AMERTA INDAH OTSUKA adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar, dan apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 2012

YangMembuat Pernyataan,

Dedy M T Pangaribuan NIM : 090522118


(3)

ABSTRAK

PENGARUH STRES KERJA, MOTIVASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT AMERTA INDAH OTSUKA DI MEDAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh stres kerja, motivasi dan komunikasi terhadap kinerja karyawan. Populasi penelitian ini adalah karyawan pada PT. Amerta Indah Otsuka di Medan. Total sampel penelitian berjumlah 46 orang berasal dari bagian departemen penjualan dan departemen akuntansi.

Variabel yang digunakan yaitu pengaruh stres kerja, motivasi dan komunikasi sebagai variabel independen dan pengukuran kinerja sebagai variabel dependennya. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji signifikansi simultan (uji-F) dan uji signifikansi parsial (uji-T).

Hasil uji F penelitian ini menunjukkan bahwa variabel stres kerja (X1) dan motivasi (X2) dan komunikasi (X3) berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan uji T menunjukkan variabel motivasi (X2) tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan, sedangkan variablestres kerja (X1) dan komunikasi (X3) berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan.

Kata kunci : Stres Kerja (X1), Motivasi(X2), Komunikasi (X3), dan Kinerja Karyawan (Y)


(4)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF WORK STRESS, MOTIVATION AND COMMUNICATION TO EMPLOYEE PERFORMANCE AT PT AMERTA

INDAH OTSUKA IN MEDAN

This study aims to analyze the influence of work stress, motivation and communication to employee performance. This study population were employees at PT. Amerta Indah Otsuka in Medan. The total study sample amounted to 46 people coming from sales and accounting.

Variable used is the influence work stress, motivation and communication as an independent variable and employee performa as the dependent variable. The research data was collected through a quetionnaire and then analyzed using multiple regression analysis method. Testing the hypothesis significance test used was the simultaneous (F-test) and a partial test of significance (T-test).

F test showed that work stress variable (X1) and motivation (X2) and communication (X3) simultaneously influence on employee performance. While the T test showed motivation (X2) has no effect on the performance of partial employees, while the work stress variable (X1) and communication variables (X3) is partially an effect on employee performance.

Keywords: Work Stress (X1), Motivation (X2), Communication i (X3), and Employee Performance (Y)


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan sejak penulis mencari ide, mengajukan, menyusun, hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih yang tulus saya ucapkan kepada mama dan papa yang selalu memberikan doa, dukungan, perhatian, dan pengorbanan yang begitu besar. Terima kasih atas segalanya “Semoga mama dan papa selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa”.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, bantuan, dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak.

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting S., M.A.F.I.S., Ak dan Bapak Drs. H. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., Selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak., sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. M. Utama Nasution, M.M., Ak., selaku Pembaca Penilai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Sangat Teristimewa terima kasih penulis ucapkan kepada Papa Batara Sakti Pangaribuan dan Mama tercinta Kompol Naurma Sihombing beserta keuarga besar saya dan teman teman seperjuangan atas segala doa dan cinta kasih yang telah diberikan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, 2012 Penulis,

Dedy M T Pangaribuan NIM: 090522118


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Teoritis ... 8

2.1.1Pengertian Stres Kerja ... 8

2.1.2 Potensi Sumber Stres ... 8

2.1.3Konsekuensi Stres ... 10

2.1.4 Reaksi Karyawan Terhadap Stres ... 11

2.1.5 Mengelola Stres ... 11

2.1.6 Usaha Untuk Menghadapi Stres ... 12

2.2Motivasi ... 13

2.2.1 Pengertian Motivasi ... 13

2.2.2 Teori Motivasi ... 13

2.2.3 Jenis – jenis Motivasi ... 15

2.3 Komunikasi ... 17

2.3.1Pengertian Komunikasi ... 17

2.3.2Tahap Komunikasi ... 18

2.3.3 Jenis – jenis Komunikasi ... 18

2.4Kinerja Karyawan ... 20

2.5Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

2.6Kerangka Konseptual ... 23

2.7 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 25

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.3Populasi dan Sampel ... 25

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 25


(8)

3.6Definis Operasional dan Pengukuran Variabel ... 26

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 27

3.7.1Uji Validitas ... 28

3.7.2Uji Reliabilitas ... 28

3.8Metode Analisis Data ... 28

3.8.1Uji Asumsi Klasik ... 29

3.8.2 Uji Hipotesis ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 32

4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 32

4.1.1.1 Jenis Usaha ... 35

4.1.1.2 Struktur Organisasi ... 35

4.1.1.3 Uraian Tugas ... 38

4.1.1.4 Areal Sales Manager ... 38

4.1.1.5 Kinerja Usaha Terkini ... 39

4.1.1.6 Rencana Kerja Perusahaan ... 42

4.1.1.7 Profil Responden PT Amerta Indah Otsuka ... 42

4.2 Pembahasan ... 45

4.2.1 Uji Validitas dan Realibilitas Stres Kerja ... 45

4.2.2 Uji Validitas dan Realibilitas Motivasi ... 46

4.2.3 Uji Validitas dan Realibilitas Komunikasi ... 48

4.2.4 Uji Validitas d n Realibilitas Kinerja Karyawan (X) ... 50

4.2.5 Uji Asumsi Klasik ... 51

4.2.6 Uji Regresi Berganda ... 56

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 22

Tabel 4.1 Hasil Penjualan Pocari Sweat pada Bulan April 2010 ... 41

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Usia ... 43

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Gender ... 43

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 44

Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 44

Tabel 4.6 Uji Validitas Pertama Variabel Stres Kerja(X1) ... 45

Tabel 4.7 Uji Reabilitas ... 46

Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Motivasi(X2) ... 47

Tabel 4.9 Uji Reabilitas Variabel Motivasi(X2) ... 48

Tabel 4.10 Uji Validitas Variabel Komunikasi(X3) ... 49

Tabel 4.11 Uji Reabilitas Variabel Komunikasi(X3) ... 50

Tabel 4.12 Uji Validitas Pertama Variabel Kinerja Karyawan(Y) ... 50

Tabel 4.13 Uji Reabilitas Variabel Kinerja Karyawan(Y) ... 51

Tabel 4.14 Uji Kolmogorov - Smirnov ... 52

Tabel 4.15 Uji Multikolonieritas ... 55

Tabel 4.16 Uji Koefisien Determinasi... 57

Tabel 4.17 Uji F ... 58


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 24

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Amerta Indah Otsuka ... 37

Gambar 4.2 Histogram ... 53


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ... 66 Lampiran 2 Output Uji Validitas Dan Reabilitas Untuk X1... 73


(12)

ABSTRAK

PENGARUH STRES KERJA, MOTIVASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT AMERTA INDAH OTSUKA DI MEDAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh stres kerja, motivasi dan komunikasi terhadap kinerja karyawan. Populasi penelitian ini adalah karyawan pada PT. Amerta Indah Otsuka di Medan. Total sampel penelitian berjumlah 46 orang berasal dari bagian departemen penjualan dan departemen akuntansi.

Variabel yang digunakan yaitu pengaruh stres kerja, motivasi dan komunikasi sebagai variabel independen dan pengukuran kinerja sebagai variabel dependennya. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji signifikansi simultan (uji-F) dan uji signifikansi parsial (uji-T).

Hasil uji F penelitian ini menunjukkan bahwa variabel stres kerja (X1) dan motivasi (X2) dan komunikasi (X3) berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan uji T menunjukkan variabel motivasi (X2) tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan, sedangkan variablestres kerja (X1) dan komunikasi (X3) berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan.

Kata kunci : Stres Kerja (X1), Motivasi(X2), Komunikasi (X3), dan Kinerja Karyawan (Y)


(13)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF WORK STRESS, MOTIVATION AND COMMUNICATION TO EMPLOYEE PERFORMANCE AT PT AMERTA

INDAH OTSUKA IN MEDAN

This study aims to analyze the influence of work stress, motivation and communication to employee performance. This study population were employees at PT. Amerta Indah Otsuka in Medan. The total study sample amounted to 46 people coming from sales and accounting.

Variable used is the influence work stress, motivation and communication as an independent variable and employee performa as the dependent variable. The research data was collected through a quetionnaire and then analyzed using multiple regression analysis method. Testing the hypothesis significance test used was the simultaneous (F-test) and a partial test of significance (T-test).

F test showed that work stress variable (X1) and motivation (X2) and communication (X3) simultaneously influence on employee performance. While the T test showed motivation (X2) has no effect on the performance of partial employees, while the work stress variable (X1) and communication variables (X3) is partially an effect on employee performance.

Keywords: Work Stress (X1), Motivation (X2), Communication i (X3), and Employee Performance (Y)


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Duniabisnissekarangdituntutmenciptakankinerjakaryawan yang tinggiuntukpengembanganperusahaan.Perusahaan

harusmampumembangundanmeningkatkankinerja di dalamlingkungannya.Keberhasilanperusahaantersebutdipengaruhiolehbeberapafak

tor, salahsatufaktorpentingadalahsumberdayamanusia, karenasumberdayamanusiamerupakanpelakudarikeseluruhantingkatperencanaansa mpaidenganevaluasi yang mampumemanfaatkansumber-sumberdayalainnya yang dimilikiolehorganisasiatauperusahaan.Setiaporganisasimaupunperusahaanakansela luberusahauntukmeningkatkankinerjakaryawan, denganharapanapa yang menjaditujuanperusahaan yang akantercapai.

Dengan semakin pesatnya ilmu dan teknologi serta datangnya era bebas sekarang ini, dunia bisnis semakin dipengaruhi dengan persaingan yang cukup ketat dan menimbulkan berbagai macam persoalan, salah satu persoalan yang dihadapi oleh perusahaan adalah bagaimana cara meningkatkan kinerja yang baik dan memenuhi standar. Salah satu faktor yang tidak boleh dilupakan oleh perusahaan adalah faktor SDM. SDM di dalam perusahaan merupakan suatu yang sangat penting untuk menjalankan roda perusahaan untuk mencapai tujuannya. SDM merupakan sumber daya yang paling strategis dan penting diantara sumber-sumber lainnya. Bagaimanapun melimpahnya sumber daya tanpa ada


(15)

dukungan sumber daya manusia yang berkualitas, akan mengganggu kelangsungan perusahaan. SDM yang berkualitas bisa di lihat dari hasil kinerjanya. Dalam kerangka profesional, kinerja yang baik adalah bagaimana seseorang karyawan mampu memperlihatkan perilaku kerja yang mengarah tercapainya maksud dan tujuan perusahaan.

Tingkat keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaan mengelola sumber daya yang dimilikinya. Perusahaan mempunyai kinerja yang baik, mempunyai efektivitas dalam menangani produksi, SDM nya, menentukan sasaran yang dicapai baik secara individual maupun organisasional. Faktor yang diperhatikan oleh perusahaan agar kinerja sumber daya manusianya baik adalah stres kerja karyawan, motivasi dan komunikasi.

Stres merupakan suatu kondisi keadaan seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi yang mempengaruhi dirinya (Robbins, 2006:83). Menurut Robbins (2006:224) terdapat tiga sumber stres yang mengancam individu yaitu lingkungan, organisasi, individual.Menurut alwi (2004:67) dalam penelitiannya tentang pengaruh sumber stres terhadap tingkat kinerja karyawan, menunjukkan bahwa stressor individual yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan, maka diperlukan cara yang efektif dan efisien agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Salah satu caranya adalah dengan memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja karyawan antara lain stres kerja, dengan memperhatikan faktor tersebut diharapkan kinerja karyawan dapat ditingkatkan dan mencapai tujuan perusahaan.


(16)

Motivasi adalah bagaimana menghargai orang dengan martabatnya, yang mana sangat dibutuhkan bagi karyawan yang mengalami stres berat, jadi manajer harus mengetahui bagaimana memotivasi karyawan. Adapun salah satu tujuan penting komunikasi bagi manejer adalah untuk belajar dari karyawan itu sendiri apa yang dapat memotivasi mereka. Para manejer harus mempelajari apa saja kegiatan lain karyawan apabila mempunyai waktu luang, dan kemudian menciptakan kesempatan bagi mereka agar melakukan kegiatan itu secara teratur. Bila perusahaan ingin karyawannya mempunyai kinerja yang baik, maka para manejer harus memperlihatkan pada karyawan bagaimana mereka dapat berkembang dan memberikan kesempatan untuk mempelajari kemampuan-kemampuan baru. Komunikasi adalah suatu pertukaran konsep yang sederhana tapi vital, pentingnya komunikasi manusia tidak dapat dipungkiri begitu juga bagi organisasi dan perusahaan. Dengan adanya komunikasi yang efektif, suatu perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya komunikasi akan berakibat buruk pada perusahaan. Kadang-kadang penyebab rusaknya antar individu dalam organisasi. Misalnya antara manajer dan karyawan atau diantara karyawan itu sendiri. Untuk berkomunikasi dengan baik dibutuhkan keterampilan dan kemampuan dasar untuk mengirim dan menguraikan pesan secara akurat dan efektif, untuk memperlancar dan memahami cara terbaik dalam penyebaran informasi dalam suatu organisasi, serta untuk memahami tindakan-tindakan seseorang sebagai seorang manajer.

Sebagai seorang manajer berperan penting dalam menciptakan suasana yang tertib dan nyaman diantara sesama anggota organisasi. Apalagi di tengah-tengah


(17)

perkembangan zaman yang semakin pesat, setiap perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dan tetap bertahan agar tujuan yang diinginkan tercapai dengan baik. Pencapaian tujuan harus di dukung dengan komunikasi yang baik dan lancar sehingga dapat meningkatkan semangat dan kepuasan sehingga kinerja karyawan juga meningkat.

Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perusahaan di Indonesia mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian perusahaan perusahaan di Indonesia.

Dalam Penelitian Terdahulu yang dilakukan oleh Sutiza (2008:120) hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kinerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan, dan motivasi berprestasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Sedangkan dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Helga (2005:65) hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan dimana semakin baik komunikasi terhadap karyawan maka semakin tinggi pula semangat kerja karyawan pada perusahaan tersebut. Kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau kelompok orang yang sesuai dengan tanggung jawab masing-masing karyawan selama periode tertentu. Penilaian hendaknya memberikan suatu gambaran akurat mengenai


(18)

prestasi karyawan. Untuk tujuan ini sistem-sistem penilaian harus mempunyai standar dan menggunakan berbagai ukuran yang dapat diandalkan.

Untuk mencapai kinerja yang baik akan dipengaruhi beberapa faktor yaitu diantaranya stres kerja, motivasi, komunikasi, pengalaman kerja, sarana prasarana, kepuasan kerja dan suasana dan iklim kerja. Dari beberapa faktor di atas stres kerja, motivasi, dan komunikasi merupakan salah satu faktor yang meningkatkan kinerja karyawan.

Adapun teori ini didukung oleh Istijanto yang menyatakan bahwa setiap karyawan perlu saling berhubungan satu sama lain agar terjadi kesatuan arah dan gerak untuk mengembangkan perusahaan sesuai tujuan yang diharapkan, tujuan tersebut dapat diwujudkan dengan komunikasi. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan Rika Sutiza menyatakan motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan meningkatkan kinerja karyawan, sedangkan masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan, dan posisinya sangat penting dalam kaitannya dengan produktifitas kerja karyawan.

Adapun faktor-faktor yang dinilai pada penilaian karyawan yaitu hasil kerja diantaranya kualitas ,kuantitas pekerjaan dan sifat pribadi, diantaranya orientasi pada pelanggan, kerja sama, kemampuan teknik, akhlak, kedisiplinan, motivasi berprestasi, inisiatif dan pengembangan diri.

Dengan demikian untuk mencapai kinerja seperti yang diinginkan, harus diperhatikan tingkat stres kerja karyawan, motivasi dan komunikasi yang efektif antara atasan dan bawahan dan sesama karyawan. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menulis penelitian yang berjudul:


(19)

Pengaruh Stres Kerja, Motivasi Dan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Amerta Indah Otsuka Di Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: apakah stres kerja, motivasi dan komunikasi berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja karyawan pada PT Amerta Indah Otsuka?

1.3 Batasan Masalah

Peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian ini agar terfokus pada permasalahan yang ada. Penelitian ini dilakukan pada karyawan PT Amerta Indah Otsuka.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh stres kerja, motivasi dan komunikasi secara simultan dan parsial terhadap kinerja karyawan pada PT Amerta Indah Otsuka.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini ada tiga yaitu: bagi penulis, perusahaan yang diteliti dan peneliti selanjutnya.

1. Bagi penulis, untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan berfikir dan mengkaji lebih dalam tentang pengaruh stress kerja, motivasi dan komunikasi terhadap kinerja karyawan pada PT Amerta Indah Otsuka di Medan.


(20)

2. Bagi perusahaan yang diteliti, sebagai bahan masukan didalam pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber daya manusia dalam meningkatkan kinerja karyawannya.

3. Bagi peneliti lain,sebagai bahan reperensi untuk penelitian tentang objek yang sama di masa mendatang maupun sebagai tambahan ilmu pengetahuan.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Stres Kerja

Menurut Robbins dalam bukunya prilaku organisasi (2006:793) Stres adalah ”kondisi dinamik yang didalamnya individu menghadapi peluang,kendala,atau tuntutan yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting”. Sedangkan menurut Malayu Hasibuan (2001:201) dalam bukunya yang berjudul manajemen sumber daya manusia menyatakan “Stres kerja adalah kondisi ketergantungan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dari seseorang.Orang orang yang mengalami stres menjadi gugup dan merasakan kondisi kronis“.

2.1.2 Potensi Sumber Stress

Ada tiga potensi stres yaitu lingkungan, organisasi, dan indivdu. 1. Faktor lingkungan

Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari struktur suatu organisasi, ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres dikalanganpara karyawan dalam organisasi tersebut. Ketidakpastian lingkungan meliputi: ketidakpastian ekonomis, politik dan teknologi.


(22)

a. Ketidakpastian ekonomis, yang disebabkan karena perubahan dalam daur bisnis, sehingga dapat menimbulkan rasa khawatir karyawan ataupekerjaannya.

b. Ketidakpastian politik, yang disebabkan karena kondisi politik suatu negara yang tidak stabil, sehingga dapat berpengaruh kedalam aspekkehidupan karyawan.

c. Ketidakpastian teknologis, adanya inovasi baru yang membuatketerampilan dan pengalaman seorang karyawan menjadi usang dalam waktu yang sangat pendek.

2. Faktor Organisasi

Banyak faktor dalam organisasi yang mempengaruhi timbulnya stres, di antaranya adalah tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan hubungan antar pribadi, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi, dan tingkat hidup organisasi.

a. Tuntutan tugasmerupakan faktor yang terkait pekerjaan seseorang, Faktor ini mencakup desain pekerjaan individu itu (otonomi, keragaman tugas, tingkat otomatisasi), kondisi kerja, dan taat letak kerja fisik.

b. Tuntutan peranberhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai fungsi dan peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi. Konflik peran menciptakan harapan harapan yang barang kali sulit dirujukkan atau dipuaskan.

c. Tuntutan antar pribadiadalah tekanan yang diciptakan karyawan lain, kurang nya dukungan sosial dari rekan rekan dan hubungan antar pribadi


(23)

yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar, Khususnya karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.

d. Struktur organisasi menentukan tingkat diffrensiasi dalam organisasi, tingkat aturan dan peraturan, dan dimana keputusan diambil.

e. Kepemimpinan organisasi mengambarkan gaya manajerial eksekutif senior organisasi.

3. Faktor Individu karyawan

faktor individu karyawan yang mencakup: faktor ekonomi, faktor keluarga, dan karakteristik bawaan karyawan.

2.1.3 Konsekuensi Stres

Terdapat tiga kategori umum dari konsekuensi stres yaitu Gejala fisiologis, psiologis dan prilaku

1. Gejala fisikologis yaitu gejala fisikologis dasar menyangkut pemenuhan kebutuhan fisikis dan biologis seperti makan,tempat tinggal dan sejenisnya kebutuahan ini dapat dipenuhi dengan : uang, keamanan, kebutuhan sosial.

2. Gejala Psikologis yaitu stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menimbulkan ketidakpuasan yang berkaitan dengan pekerjaan, memang itulah dampak psiologis yang paling sederhana dan paling jelas dari stres itu, tetapi stres juga dapat timbul dalam keadaan psikologis lain misalnya ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan dan suka menunda-nunda.


(24)

3. Gejala prilaku yaitu gejala stres yang terkait dengan prilaku mencakup perubahan produktivitas, absensi,tingkat keluar masuknya karyawan, juga pola kebiasaan makan, gangguan tidur dan lain-lain

Karyawan mempunyai toleransi berbeda dalam mengelola stres. Banyak karyawan yang merasa sedih karena masalah ringan. Dipihak lain, banyak karyawan yang dingin dan tenang terutama mereks yang mempunyai kepercayaan diri dalam menghadapi stres.

2.1.4 Reaksi Karyawan terhadap Stres

Berdasarkan reaksi dalam menghadapi stres Handoko (2001:203) membagi karyawan menjadi dua tipe yaitu:

1. Tipe A yaitu mereka yang agresif dan kompetitif, menetapkan standar tinggi yang menempatkan diri mereka dibawah tekanan waktu yang konstan.

2. Tipe B yaitu tipe yang lebih santai dan tidak suka menghadapi masalah. Dari titik pandang organisasi, manajemen mungkin tidak peduli bila karyawan mengalami tingkat stres rendah sampai sedang, Alasannya, tingkat semacam itu dapat bersifat fungsional dan mendorong kinerja karyawan yang lebih tinggi. Tetapi tingkat stres yang tinggi atau bahkan tingkat rendah tapi berkepanjangan, dapat mendorong penurunan kinerja karyawan, dan menuntut adanya tindakan dari manjemen.

2.1.5 Mengelola Stres

Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengelola stres yaitu : pendekatan individu dan pendekatan organisasi.


(25)

1. Pendekatan Individu

Karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang terbukti efektif untuk mengatasi stres yaitu:

a. Teknik teknik manajemen waktu, b. Meningkatkan latihan fisik, c. Pelatihan pengenduran, d. Perluasan jaringan sosial. 2. Pendekatan Organisasi

Beberapa faktor yang menyebabkan stres yaitu tuntutan tugas, tuntutan peran dan struktur organisasi yang dikendalikan oleh manajemen. Dengan demikian faktor faktor ini dapat dimodifikasi atau diubah. Strategi yang mungkin dilakukan manajemen untuk mengelola stres yaitu:

a. Perbaikan seleksi karyawan dan penempatan kerja, b. Penggunaan penetapan sasaran yang realistis, c. Perancangan ulang pekerjaan,

d. Peningkatan keterlibatan karyawan, e. Perbaikan komunikasi organisasi, f. Penegakan kesejahtraan karyawan. 2.1.6 Usaha untuk menghadapi stress

Untuk menghadapi stres dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Tindakan pencegahan (preventive).


(26)

2.2 Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata Movere yang berarti bergerak. Motivasi adalah hasrat dalam diri seseorang yang menyebabknan orang tersebut melakukan tindakan, jadi motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan. Orang yang mempunyai motivasi tinggi biasanya mempunyai kinerja yang baik (Sudrajad : 2009).

2.2.2 Teori Motivasi

Terdapat beberapa teori tentang motivasi diantaranya adalah teori Maslow, McGregor, Herzberg, Mc Clelland dan teori Room.

1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow dalam Sudrajat: (2009:135) pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :

a. Fisiologis,

b. Keamanan, keselamatan dan perlindungan, c. Sosial, kasih sayang, rasa dimiliki,

d. Penghargaan, rasa hormat internal seperti harga diri, prestasi,

e. Aktualisasi diri, dorongan untuk menjadi apa yang mampu ia lakukan.

Menurut maslow, jika seorang pimpinan ingin memotivasi seseorang, maka ia perlu memahami sedang berada pada anak tangga manakah posisi bawahan dan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu atau kebutuhan dia atas tingkat itu.


(27)

2. Teori Motivasi X dan Y

Teori ini dikemukakan oleh McGregor dalam Sudrajat (2009:186) yang menyatakan bahwa dua pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia, pada dasarnya satu negatif (teori X) yang mengandaikan bahwa kebutuhan order rendah mendominasi individu, dan satu lagi positif (teori Y) bahwa kebutuhan order tinggi mendominasi individu.

3. Teori Motivasi – Higiene

Dikemukakan oleh psikolog Herzberg dalam Sudrajat (2009:197)yang mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor yang membuat orang merasa tidak puas atau faktor-faktor motivator iklim baik atau ekstrinsik-intrinsik tergantung dari orang yang membahas teori tersebut. Faktor-faktor dari rangkaian ini disebut pemuas atau motivator yang meliputi:

a. Prestasi (achievement), b. Pengakuan (recognition),

c. Tanggung Jawab (responsibility), d. Kemajuan (advancement),

e. Pekerjaan itu sendiri ( the work itself),

f. Kemungkinan berkembang (the possibility of growth), 4. Teori Motivasi kebutuhan McClelland

Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan, yaitu :

a. Prestasi (achievement), b. Kekuasaan (power),


(28)

c. Afiliasi (pertalian).

5. Teori Motivasi Harapan - Room

Teori ini berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu, dan pada daya tarik dari keluaran bagi individu tersebut dikemukakan oleh Room dalam Sudrajat (2009:217).Teori pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantarkan ke suatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional, seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut.

2.2.3 Jenis jenis motivasi

Menurut Siagian (2007:46) ada beberapa teori yang dapat memberikan gambaran tentang motivasi yaitu: Content Theory, Process Theory dan Reinforment Theory.

1. Content Theory

Teori ini menekankan arti pentingnya pemahaman faktor faktor yang ada dalam individu yang menyebabkan mereka bertingkah laku tertentu. Bagi seorang manajer yang diperlukannya adalah bagaimana menebak kebutuhan karyawan dengan mengamati perilaku mereka dan kemudian


(29)

memilih dengan cara apa yang biasa digunakan agar mereka bertindak sesuai dengan keinginan manajer.

2. Process Theory

Teori ini menekankan pada isi kebutuhan dan sifat dan dorongan dari kebutuhan tersebut, tetapi pendekatan ini menekankan bagaimana dan dengan tujuan apa setiap individu dimotivasi. Dalam hal ini, kebutuhan hanya salah satu elemen dalam proses tentang bagaimana para individu bertingkah laku. Berdasarkan pendekatan ini, tampak bahwa motivasi ini adalah pengharapan yaitu apa yang dipercaya oleh individu, akan mereka peroleh dari tingkah laku mereka.

3. Reinforcement Theory

Teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi prilaku dimasa lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang akan datang dalam suatu siklus proses belajar. Dalam pandangan teori ini, jelas bahwa individu bertingkah laku tertentu yang akan menghasilkan akibat yang tidak yang menyenangkan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa motivasi positif yaitu proses mencoba mempengaruhi orang lain agar menjalankan suatu yang kita inginkan dengan cara memberikan kemungkinan untuk mendapat hadiah. Motivasi negatif adalah mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang kita inginkan, tetapi teknik dasar yang digunakan lewat kekuatan dan tekanan.


(30)

Menurut Siagian (2007:115) ada beberapa jenis motivasi positif dapat disajikan sebagai berikut :

a. Penghargaan terhadap pekerjaan yang dilakukan, b. Informasi,

c. Pemberian perhatian yang tulus pada karyawan individu, d. Persaingan,

e. Partisipasi, f. Kebanggaan, g. Uang.

2.3 Komunikasi

2.3.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama sama. Menurut Joko Purwanto (2006:10) ada tiga unsur utama dari depenisi komunikasi, yaitu sebagai berikut:

1. Komunikasi diartikan sebagai sutu proses, 2. Pengiriman informasi,arti dan pengertian, 3. Mencakup aspek manusia dan bukan manusia.

Jadi, pengertian atau defenisi komunikasi adalah suatu proses pemindahan atau penyampaian gagasan, harapan, peringatan dan pesan yang disampaikan melalui proses, mengandung arti, untuk membuat seseorang mengerti.


(31)

2.3.2 Tahap komunikasi

Menurut Rahmawan (2009:95) ada enam tahapan dalam komunikasi yaitu: 1. Tahap ideasi,

2. Tahap decoding,

3. Tahap pengiriman, 4. Tahap penerimaan, 5. Tahap ecoding, 6. Tahap tindakan.

2.3.3 Jenis jenis komunikasi

Menurut Rahmawan (2009:67) ada enam jenis komunikasi yaitu: komunikasi verbal, komunikasi nonverbal, komunikasi dari atas kebawah, komunikasi dari bawah keatas, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal.

1. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal merupakan pesan yang diucapkan pengirim. Bentukkomunikasi ini dapat dilakukan dengan lisan maupun tulisan dan memiliki struktur yang terorganisir dan baik. Melalui komunikasi tulisan dan lisan diharapkan orang dapat memahami dengan apa yang disampaikan oleh pengirim pesan.

2. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal memiliki sifat yang kurang terstruktur yang membuat komunikasi nonverbal sulit untuk dipelajari. Jenis komunikasi nonverbal adalah gerak gerik atau sikap dari si pengirim pesan, komunikasi ini bersifat spontan. Komunikasi nonverbal penting artinya bagi pengirim dan penerima pesan, karena sifatnya yang efisien,


(32)

komunikasi ini disampaikan tanpa harus berfikir panjang dan pihak pendengar dapat menangkap artinya dengan tepat.

3. Komunikasi dari atas ke bawah

Komunikasi ke bawah merupakan pesan yang dikirim dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Aliran komunikasi dari atas ke bawah umumnya menyangkut tanggungjawab dan wewenang dalam suatu organisasi. Salah satu kelemahan dari saluran komunikasi dari atas ke bawah adalah kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi yang penting yang ditujukan kebawahannya, dengan kata lain informasi yang diterima bawahan tidak lengkap.

4. Komunikasi dari bawah ke atas

Komunikasi dari bawah ke atas merupakan pesan yang dikirim dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan komunikasi ini, para pemimpin organisasi juga dapat menerima feedback tentang efektifitas keputusan yang diambilnya, Sebab anggota yang lebih rendah mempunyai kesempatan untuk menginformasikan, mengajukan keluhan dan memberikan saran dan pengembangan.

5. Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal disebut juga komunikasi lateral dimana pesan antar sesama atau rekan kerja atau bagian bagian yang mempunyai posisi yang sejajar dalam suatu organisasi yakni manajer ke manejer, karyawan ke karyawan. Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk memberi


(33)

informasi dan memperluas hubungan kerja antara sesama bagian yang mempunyai posisi sejajar.

6. Komunikasi Diagonal

Komunikasi diagonal melibatkan komunikasi antar dua tingkat/ level organisasi yang berbeda. Bentuk komunikasi ini mempunyai keuntungan yaitu penyebaran informasi yang lebih cepat, memungkinan individu dari berbagai bagian ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi. Sedangkan kelemahan komunikasi ini adalah menggangu komunikasi rutin yang telah berjalan dengan normal. Disamping itu, komunikasi ini sulit untuk dikendalikan.

2.4 Kinerja Karyawan

Dalam bahasa indonesia kinerja adalah sebuah kata dari kata dasar kerja, yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi atau hasil kerja. Kinerja karyawan atau prestasi kerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan. Lebih tegas lagi Lawyer dan Poter (2005:189) menyatakan bahwa kinerja adalah “succesfull role achievement yang diperoleh seseorang dari perbutan perbuatannya”.

Adapun untuk mengukur kinerja menurut Gomes (2003:134) adalah sebagai berikut :

1) Quantity of work, 2) Quality of work, 3) Job knowladge,

4) Creativeness,

5) Cooperation,


(34)

7) Initiative, 8) Personal quality.

Menurut Sedarmayanti (2001:51) menyatakan kinerja dapat diukur dari beberapa aspek, yaitu :

1. Quality of work (kualitas kerja), 2. Promtness (ketepatan waktu),

3. Innitiative (inisiatif),

4. Capability (kemampuan), 5. Comunication (komunikasi).

Penilaian kinerja merupakan proses yang dilaksanakan pada setiap karyawan dan setiap karyawan berhak mengetahui bagaimana kinerja mereka dan manajemen berkewajiban memberitahu mereka. Jadi, kinerja karyawan merupakan suatu yang sangat penting dalam usaha perusahaan untuk mencapai tujuannya dan ini berkaitan erat dengan pentingnya penilaian kerja, yang mana karyawan harus didorong untuk meninjau kinerja mereka sendiri dan mamberi pendapat mengenai pekerjaan yang telah dilakukannya.

Adapun manfaat penilaian kinerja yaitu sebagai penyesuaian kompensasi, perbaikan kinerja, kebutuhan latihan dan pengembangan, pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian, perencanaan tenaga kerja, dan untuk kepentingan penelitian pegawai.


(35)

2.5 Tinjauan penelitian terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama peneliti Judul penelitian Varibel penelitian Hasil penelitian Rika Sutiza 2008 Rebecca Helga 2005 Pengaruh komunikasi dan motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Muamalat Indonesia ,Tbk. Cabang medan.

Pengaruh komunikasi terhadap efisiensi kerja karyawan pada PT.Swadharma Sarana Informatika Medan. Komunikasi Motivasi Kinerja karyawan Komunikasi Efisiensi kerja Karyawan Komunikasi antara atasan dan bawahan dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Bank Muamalat Indonesia.Tbk. Komunikasi berpengaruh 22.2% terhadap kinerja karyawan dan selebihnya dipengaruhi faktor lain.

Penelitian yang ada kaitannya dengan variable penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Sutiza dan Helga namun untuk mengkombinasi pengaruh antara stres kerja, motivasi serta komunikasi terhadap kinerja karyawan belum dilakukan. untuk itu, maka perlu adanya suatu penelitian yang menggambarkan pengaruh ketiga variabel (stress kerja, motivasi, komunikasi) terhadap kinerja karyawan.


(36)

2.6 Kerangka konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting.Dalam penelitian ini, peneliti meneliti empat vatiabel yaitu terdiri dari tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Varibel independen terdiri dari stres kerja, motivasi dan komunikasi sedangkan varibel dependennya adalah kinerja karyawan.

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan agar diterima dengan baik oleh penerimanya. Oleh karena itu dibutuhkan media penyampaian pesan dan waktu yang tepat untuk menjamin keakuratan informasinya. Pada sebuah perusahaan, komunikasi memiliki pengaruh terhadap kinerja, teori ini didukung oleh Istijanto yang menyatakan bahwa setiap karyawan perlu saling berhubungan satu sama lain agar terjadi kesatuan arah dan gerak untuk mengembangkan perusahaan sesuai tujuan yang diharapkan, yang mana tujuan tersebut dapat diwujudkan dengan komunikasi. ini sama halnya dengan motivasi dan stres kerja yang sangat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan.Untuk mencapai kinerja yang baik akan dipengaruhi beberapa faktor yaitu diantaranya stres kerja, motivasi, komunikasi, pengalaman kerja, sarana prasarana, kepuasan kerja,disiplin dan suasana dan iklim kerja.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa stres kerja, motivasi dan komunikasi mempunyai peranan dalam meningkatkan kinerja karyawan. Perusahaan pun dapat terus menjalankan kegiatannya secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, semakin kecil tingkat stres karyawan dan


(37)

semakin baiknya motivasi dan komunikasi, maka semakin baik pula kinerja karyawannya. Untuk memberikan gambaran atas masalah yang diteliti, maka peneliti merumuskan kerang konseptual berikut ini.

Gambar 2.1

2.1. Kerangka konseptual

2.7 Hipotesis Penelitian

“Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara impiris.” (Sugiyono, 2006: 51). Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Ha1 : Stres kerja, motivasi dan komunikasi berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan pada PT Amerta Indah Otsuka di Medan ?

Ha2 : Stres kerja, motivasi dan komunikasi berpengaruh secara bersama sama (simultan) terhadap kinerja karyawan pada PT Amerta Indah Otsuka di

Medan ?

Stres kerja (X1)

Motivasi (X2)

Komunikasi (X3)

Kinerja Karyawan (Y)


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini mengacu pada pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka. Dimana kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul, maka dilakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang telah diajukan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Amerta Indah Otsuka cabang medan di jalan Gunung Krakatau Ujung, Komplek Krakatau Multi Center Blok F No.1. Telepon (061) 6645412 dan Fax (061) 6641938. Waktu penelitian dimulai dari bulan maret 2012 sampai dengan april 2012.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua karyawan PT Amerta Indah Otsuka yang ada di Medan yang terdiri dari 46 orang. Sedangkan penetapan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dimana penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria yang dijadikan acuan sampel adalah karyawan yang telah bekerja selama lebih dari 2 tahun, jadi sampelnya terdiri dari 46 orang.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Dalam hal ini data yang digunakan adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dari kuisoner atau pertanyaan. Dimana data tersebut harus


(39)

diolah terlebih dahulu oleh peneliti, yaitu berupa data dari hasil jawaban dari kuisoner.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan kuisoner atau angket, yaitu satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar yang diberikan kepada sampel penelitian tentang stres kerja, motivasi, komunikasi dan kinerja karyawan.

3.6 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Ada dua variabel yang diukur yaitu: variabel independen dan devenden. 1. Variabel Independen

Varibel Indevenden terdiri dari tiga variabel yaitu: stres kerja, motivasi dan komunikasi.

a. Stres kerja

Stres kerja adalah kondisi ketergantungan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dari seseorang. Orang orang yang mengalami stres menjadi gugup dan merasakan kondisi kronis.

b. Motivasi

Motivasi adalah hasrat dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan, jadi motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan.


(40)

c. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses pemindahan atau penyampaian gagasan, harapan, peringatan dan pesan yang disampaikan melaui proses, mengandung arti, untuk membuat seseorang mengerti.

2. Variabel Dependen

Kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau kelompok orang sesuai dengan wewenang/ tanggung jawab masing masing karyawan selama priode tertentu. Penilaian hendaknya memberikan suatu gambaran akurat mengenai prestasi karyawan.Untuk tujuan ini sistem sistem penilaian harus mempunyai standar dan menggunakan berbagai ukuran yang dapat diandalkan. Adapun dalam mengukur variabel penelitian ini menggunakan skala likert yaitu, untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang phenomena sosial yaitu sebagai berikut :

3. Sangat setuju diberi skor 5 4. Setuju diberi skor 4 5. Ragu ragu diberi skor 3 6. Tidak setuju diberi skor 2 7. Sangat tidak setuju diberi skor 1

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk menguji hasil jawaban pada kuisoner maka digunakan uji validitas dan reabilitas.


(41)

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah uji untuk mengukur apakah kuisoner yang digunakan dapat mengukur variabel yang akan diukur.Teknik yang digunakan untuk uji validitas adalah teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Pengujian ini menggunakan program SPSS dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing pertanyaan dengan skor total. Nilai korelasi (r) dibandingkan dengan angka kritis dalam tabel korelasi, untuk menguji koefisien korelasi ini digunakan taraf sifnifikansi 5% dan jika r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut valid.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalahuntuk melihat apakah alat yang digunakan menunjukkan konsistensi dalam mengukur gejala yang sama.Pengujian terhadap hasil kuesioner ini hanya dilakukan terhadap butir-butir yang valid, dimana butir-butir yang valid diperoleh melalui uji validitas. Tehnik yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah tehnik Alpha Cronbach.Uji reliabilitas instrumen menggunakan pengujian dengan taraf signifikansi 5%, jika r alpha> 0,6 maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Penghitungan dengan menggunakan komputer program SPSS 16.

3.8 Metode Analisis Data

Untuk mendukung hasil penelitian, data penelitian yang diperoleh akan dianalisis dengan data statistik melalui bantuan program SPSS. Adapun pengujian


(42)

pengujian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah : uji asumsi klasik dan uji hipotesis.

3.8.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas.

1. Uji Normalitas

Uji asumsi klasik normalitas adalah asumsi bahwa nilai-nilai Y atau tiap X tertentu didistribusikan secara normal disekitar rata-ratanya. Dalam model regresi linear, asumsi ini menandakan bahwa distribusi dari error sampling adalah normal. Uji normalitas bertujuan menguji apakah model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur apakah data berdistribusi normal atau tidak adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.

2. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas, istilah multikolonieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linear diantara variable-variabel bebas dalam model regresi. Jika didalam model mengandung multikolonieritas, berarti terjadi korelasi (mendekati sempurna) antar variable bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variable bebas. Jika variable bebas saling berkorelasi, maka


(43)

variable-variabel tidak orthogonal. Variable orthogonal adalah variable bebas yang nilai korelasi antar sesama variable bebas sama dengan nol.

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolonieritas antar variabel, salah satu caranya dengan melihat nilai Variance inflative factor ( VIF ) tidak lebih dari 10 dan tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan bebas dari multikolinieritas.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas.

3.8.2 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS. Peneliti melakukan analisa data dengan menggunakan analisis regresi linear berganda untuk menguji hipotesis yang diajukan. Teknik analisis data ini bertujuan untuk mengukur pengaruh antara dua atau lebih variabel penelitian

Pengujian analisis regresi linear barganda dilakukan dengan persamaan sebagai berukut :

KK= a + b1SK + b2M + b3K + e

Dimana :


(44)

X1 : Stress Kerja (SK) X2 : Motivasi (M) X3 : Komunikasi (K) a : Konstanta

b : Koefisien Regresi

e : Faktor penggangu diluar model (error term )

Kriteria yang digunakan dalam menetukan signifikan atau tidaknya suatu korelasi adalah dengan membandingkan t hitung dengan t tabel pada taraf signifikansi 5% ,jika t hitung lebih besar dari t tabel(t hitung > t Tabel ) maka hipotesis diterima.


(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. Amerta Indah Otsuka merupakan anak perusahaan Otsuka Pharmaceutical Co., Ltd., yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi yang sudah terkenal di Jepang. PT. Amerta Indah Otsuka bergerak di bidang bisnis minuman isotonik, perusahaan ini dulu belum sebesar dan berkembang dibandingkan saudaranya PT. Otsuka Indonesia yang lebih dulu masuk ke Indonesia yang bergerak di bidang farmasi. PT. Amerta Indah Otsuka merupakan sebuah perusahaan yang memasarkan produk minuman Pocari Sweat di Indonesia. Belakangan ini selain memproduksi minuman isotonik dengan merek Pocari Sweat, PT. Amerta Indah Otsuka juga memproduksi makanan ringan berbentuk bar yang terbuat dari tepung kedelai dan buah-buahan asli dengan merek soyjoy.

Pocari Sweat mulai masuk ke pasar Indonesia pada tahun 1990. Pertama kali masuk ke Indonesia hanya 30.000 kaleng setahun. Inipun harus di datangkan dari pabrik minuman Pocari Sweat di Korea Selatan. Pada tahun 1991 Otsuka Pharmaceutical Co., Ltd mendirikan PT. Amerta Indah Otsuka dengan membuka pabriknya di Lawang (Malang, Jawa Timur) yang memproduksi Pocari Sweat dengan dipimpin presiden direkturnya Yoshihiro Bando. Perusahaan ini mempunyai visi “to be a


(46)

brilliant company by giving the most reliable contribution to consumers and societies” dan beberapa misi yaitu :

• To develop and maintain high quality employees in order to ensure high quality product.

• To ensure the needs and walfare of consumers and society as the main priority.

• To develop and maintain mutual relationship with business partners.’ • To become a trustable company.

• To become an effective and efficient company either in operational and financial.

• To catch the oppurtunities in order to create new market for distributed high quality products to more consumers.

Sumber : PT. Amerta Indah Otsuka.

Pada waktu baru didirikan pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 7 juta kaleng per bulan. Tapi sebelum dipasarkan oleh PT. Amerta Indah Otsuka, penjualan Pocari Sweat di bawah kendali PT. Otsuka Indonesia sebagai perusahaan patungan di bidang farmasi dengan Otsuka Pharmaceutical Co., Ltd Jepang. Selama di bawah kendali PT. Otsuka Indonesia distribusi Pocari Sweat dijadikan satu dengan produk farmasi (obat-obatan) PT. Otsuka Indonesia yang menyebabkan pasar Pocari Sweat menjadi kurang jelas dan distribusinya menjadi tidak berjalan dengan baik. Agar lebih fokus, akhirnya diputuskan pemasaran


(47)

dan distribusi Pocari Sweat sepenuhnya diserahkan ke PT. Amerta Indah Otsuka.

Setelah selama 13 tahun beroperasi dari tahun 1991 sampai 2004 pabrik di Lawang diputuskan untuk dipindahkan ke pabrik Sukabumi pada awal tahun 2004. Pertimbangannya adalah untuk lebih menekan biaya produksi dan transportasi serta memberikan kemudahan penyediaan bahan baku. Sejak dipindahkan ke Sukabumi pabrik mampu memproduksi Pocari Sweat dua kali lipat menjadi 14 juta kaleng per bulan.

Pada tahun 2007 dibangun pabrik baru dengan fasilitas produksi PET (minuman kemasan botol) untuk memproduksi Pocari Sweat dalam bentuk botol. Menelan biaya investasi lebih dari Rp. 100 miliar, pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi sebesar 250.000 botol per jam. Produk Pocari Sweat terus berkembang. Hal ini membuat PT. Amerta Indah Otsuka berinisiatif untuk mengembangkan pasarnya ke Sumatera dengan mendirikan kantor cabang di Medan.

PT. Amerta Indah Otsuka cabang Medan didirikan pada bulan September 2004 yang berkantor di jalan Krakatau ujung komplek Krakatau Multi Center Medan. PT. Amerta Indah Otsuka yang ada di Medan diberi tugas untuk memasarkan dan mendistribusikan Pocari Sweat untuk wilayah kota Medan. Kota Medan termasuk wilayah pemasaran Sumatera 1, yaitu area di Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Padang, Pekan Baru, Batam dan Aceh. Sejalan dengan didirikannya kantor cabang di Medan, PT. Amerta Indah Otsuka juga langsung menawarkan


(48)

produknya ke pasaran. Seperti kita ketahui Pocari Sweat sekarang memiliki banyak varian produk, namun pada saat pertama kali ditawarkan ke pasar tidak semua varian produk langsung ditawarkan secara bersamaan.

Pada saat pertama kali memasarkan produk Pocari Sweat di Medan, PT. Amerta Indah Otsuka memasarkan Pocari Sweat dalam bentuk sachet dan kaleng 330 ml yaitu pada tahun 2004. Pada tahun 2007 diperkenalkan Pocari Sweat dalam kemasan botol 500 ml, pada tahun 2009 diperkenalkan dalam kemasan botol 350 ml dan pada tahun 2009 diperkenalkan dalam kemasan botol 2 liter.

4.1.1.1 Jenis Usaha

Setelah masuk ke Indonesia PT. Amerta Indah Otsuka telah menjadi pemain dalam industri minuman dalam kemasan, lebih khusus lagi dalam industri minuman isotonik. Selain itu mereka juga memproduksi makanan ringan dengan merek soyjoy. Sementara PT. Amerta Indah Otsuka Medan melakukan kegiatan dalam distribusi minuman Pocari Sweat dan soyjoy ke distributor dan distributor yang akan menjualnya ke konsumen.

4.1.1.2 Struktur Organisasi

Pihak yang mengelola perusahaan diatur sedemikian rupa dalam suatu struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan suatu kerangkadasar tertentu yang menunjukkan hubungan suatu organisasi dan individu-individu yang berbeda di dalam suatu organisasi, melalui suatu


(49)

struktur organisasi maka tugas dan wewenang dan tanggung jawab setiap pejabat dapat diketaui dengan jelas dan tegas, sehingga diharapkan setiap satuan-satuan organisasi dapat bekerja bersama-sama secara harmonis.

Untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan , struktur organisasi perusahaan merupakan salah satu unsur yang menentukan untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan perusahaan. Struktur organisasi yang baik harus mampu berfungsi sebagai alat pengatur maupun pengawas usaha pelaksanaan pencapaian tujuan perusahaan sehingga usaha-usaha yang dilakukan dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Struktur organisasi yang disusun dengan baik dan jelas akan membantu melaksanakan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan tegas antara suatu bagian dengan bagian lainnya, baik pada tingkat manajemen atas, menengah, maupun tingkat bawah. Suatu perusahaan harus memiliki struktur organisasi yang sesuai dengan sifat dan jenis usahanya.

Pada gambar berikut ini kita akan dapat melihat bentuk struktur organisasi PT. Amerta Indah Otsuka cabang Medan.


(50)

Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT. Amerta Indah Otsuka Medan Sumber : PT. Amerta Indah Otsuka

Administration Supervisor

Area Sales Manager

Kepala Cabang

Leader

Kasir Kepala Gudang Data Entry

Team Sales Canvas Mobil Sales Motor

Assistant Salesman

Kolektor Delivery

k i

Assistant Salesman

Delivery Kolektor

Salesmant Taking Order

Assistant Salesman


(51)

4.1.1.3 Uraian Tugas

Adapun Kegunaan dari pembagian tugas di dalam sebuah organisasi/ perusahaan adalah :

1. Untuk menghemat waktu dan tenaga.

2. Mencegah adanya penumpukan pekerjaan dalam suatu bagian. 3. Mempermudah pengawasan oleh pihak atasan.

4. Mempermudah pelaksanaan kerja.

Berikut ini dapat diuraikan tugas dan tanggung jawab masing-masing komponen organisasi pada PT. Amerta Indah Otsuka Medan:

4.1.1.4 Areal Sales Manager

Merupakan pimpinan pada perusahaan ini yang bertanggung jawab terhadap area pemasaran yang dipimpinnya. Pada PT. Amerta Indah Otsuka Medan areal sales managernya bertanggung jawab pada regional Sumatera 1, yaitu Sumatera Utara, Padang, Pekan Baru, Batam dan Aceh. 1. Kepala Cabang

Jelas kita lihat bahwa posisi kepala cabang berada tepat di bawah posisi areal sales manager. Kepala cabang merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap seluruh bawahannya dan menjalankan apa yang telah ditetapkan perusahaan.

2. Administration Supervisor

Administration supervisor posisinya sejajar dengan leader dan sama-sama berada di bawah kepala cabang. Administration supervisor mempunyai bawahan antara lain kasir, kepala gudang dan data entry, dan


(52)

administration supervisor bertanggung jawab atas seluruh bawahannya tersebut. Selain bertanggung jawab terhadap bawahannya, administration supervisor juga harus bertanggung jawab atas kegiatan operasional kantor. 3. Kasir

Mempunyai tugas untuk mengatur seluruh transaksi pembayaran. 4. Kepala Gudang

Kepala gudang bertugas untuk mengatur seluruh kegiatan arus keluar masuk barang.

5. Data Entry

Data entry merupakan orang yang bertugas untuk memasukkan data-data yang diperlukan bagi kegiatan operasional kantor dan perusahaan. 6. Leader

Posisi leader berada di bawah kepala cabang yang mempunyai tugas bertanggung jawab terhadap hasil kerja bawahannya dan bertanggung jawab pada keseluruhan hasil penjualan produk.

4.1.1.5 Kinerja Usaha Terkini

Kinerja terkini dari PT. Amerta Indah Otsuka adalah saat ini PT. Amerta Indah Otsuka mampu menjadi market leader dalam industri minuman isotonik di Indonesia. Selain itu PT. Amerta Indah Otsuka juga satu-satunya perusahaan minuman isotonik yang memiliki banyak varian produk. Pocari Sweat dipasarkan dalam 5 kemasan yang berbeda yaitu dalam kemasan sachet berupa serbuk, dalam bentuk minuman kaleng


(53)

berisi 330 ml dan dalam kemasan botol berisi 350 ml, 500 ml dan 2 liter. Hal ini cukup membanggakan dan diharapkan mampu memperluas pangsa pasar Pocari Sweat. Dan dari segi penjualan, PT. Amerta Indah Otsuka pusat menargetkan 500 juta kaleng pada tahun 2009-2010 untuk seluruh Indonesia.

Untuk target penjualan Pocari Sweat di regional Sumatera 1 bisa diusulkan oleh PT. Amerta Indah Otsuka yang ada di Medan ke PT. Amerta Indah Otsuka pusat, namun yang menentukan berapa tepatnya target penjualan yang harus dicapai tetap diputuskan oleh PT. Amerta Indah Otsuka pusat (Jakarta). Tapi berdasarkan data dari perusahaan biasanya rata-rata target pertumbuhan penjualan yang ditetapkan berkisar antara 25% sampai 30%, dan target pertumbuhan penjualan tersebut akan terus naik setiap bulannya.

Dalam pemasaran dan target penjualan semua varian produk Pocari Sweat di hitung dalam bentuk satuan kemasan kaleng, jadi pada penjualan kemasan botol dan sachet pun dikonversikan dalam satuan hitung kaleng. Sebagai contoh dapat kita lihat target penjualan Pocari Sweat pada bulan Mei 2009 di regional Sumatera 1 berdasarkan data dari perusahaan, target penjualan yang ditetapkan PT. Amerta Indah Otsuka pusat (Jakarta) sekitar 1.980.287 kaleng.

Untuk melihat hasil pencapaian penjualan Pocari Sweat sebagai contoh bisa dilihat dari hasil penjualan pada bulan sebelumnya yaitu berdasarkan data dari perusahaan pada bulan April 2009. PT. Amerta


(54)

Indah Otsuka Medan pada bulan April 2009 mampu menjual sebanyak 1.196.548 kaleng, bila dibandingkan dengan target penjualannya pada bulan April yang sekitar 1.495.685 kaleng, jadi ini berarti PT. Amerta Indah Otsuka Medan tidak dapat memenuhi target penjualan yang ditetapkan dari pusat. Hasil pencapaian penjualan pada bulan April 2009 hanya mencapai angka sekitar 80% dari target penjualan yang ditetapkan. Tapi walaupun target penjualan dari pusat tidak tercapai seperti yang diharapkan, namun dari hasil penjualan masih menunjukkan hasil yang cukup memuaskan.

Untuk hasil penjualan dan target penjualan yang lebih jelas dan terperinci dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Target dan hasil penjualan Pocari Sweat pada bulan April 2010 Tabel 4.1

Hasil Penjualan Pocari Sweat pada Bulan April 2010

HASIL PENJUALAN

PRODUK JUMLAH

Kaleng 330 ml 527.583 pcs

Botol 350 ml 301.349 pcs

Botol 500 ml 347.559 pcs

Botol 2 liter 1.083 pcs

Sachet 18.974 pcs

Total Penjualan 1.196.548 pcs Target Penjualan 1.495.685 pcs


(55)

4.1.1.6 Rencana Kerja Perusahaan

Untuk saat ini PT. Amerta Indah Otsuka Medan memiliki rencana kerja jangka pendek dan jangka panjang. Dalam rencana kerja jangka pendek PT. Amerta Indah Otsuka Medan, perusahaan memusatkan perhatian pada pemasaran dan penjualan Pocari Sweat kemasan botol 2 liter yang baru saja dikeluarkan untuk pasar kota Medan. Untuk rencana kerja jangka panjang, PT. Amerta Indah Otsuka Medan menjalankan apa yang menjadi visi perusahaan, yaitu untuk menjadi perusahaan yang cemerlang dengan memberikan kontribusi yang sangat dipercayai oleh konsumen dan masyarakat.

4.1.1.7 Profil Responden PT Amerta Indah Otsuka

Responden pada penelitian ini adalah karyawan PT Amerta indah Otsuka yang telah bekerja selama masa percobaan 3 bulan tahun dan memiliki tugas terkait operasional perusahaan,yang berjumlah 46 orang. Adapun profil tersebut dapat dilihat dari gender, usia, jenjang pendidikan, dan masa kerja. Berikut tabel yang menunjukkan profil karyawan PT Amerta Indah Otsuka di medan dilihat dari gender, usia, jenjang pendidikan, dan masa kerja.


(56)

Tabel 4.2

Responden berdasarkan Usia

Usia Jumlah

20-35 36-55 >55

42 orang 4 orang 0 orang

Jumlah 32 orang

Sumber : PT Amerta Indah Otsuka

Tabel 4.2 menunjukkan profil responden berdasarkan usia. Responden yang berusia di bawah 35 tahun berjumlah 42 orang, yang berusia antara 36- 55 adalah 4 orang. Jadi jumlah karyawan 46 orang.

Tabel 4. 3

Responden berdasarkan gender

Jenis Kelamin Jumlah

Pria Wanita

39 orang 7 orang

Jumlah 46 orang

Sumber : PT Amerta Indah Otsuka

Tabel 4.3 menunjukkan menunjukkan profil responden berdasarkan gender. Tabel tersebut menunjukkan terdapat 9 orang responden pria dan 23 orang responden wanita. Jumlah karyawan 32 orang.


(57)

Tabel 4.4

Responden berdasarkan jenjang pendidikan Jenjang Pendidikan Jumlah

SMA D3

S1

29 orang 5 orang 12 orang

Jumlah 46 orang

Sumber : PT Amerta Indah Otsuka

Tabel 4.4 menunjukkan profil responden berdasarkan pendidikan. Dari tabel tersbut terdapat 29 orang responden yang berpendidikan SMA, 5 orang responden yang berpendidikan D3 dan 12 orang reaponden yang berpendidikan S1.

Tabel 4.5

Responden berdasarkan lama bekerja

Jenjang Pendidikan Jumlah

0-1 tahun 1-5 tahun 5-10 tahun

>10 tahun

28 orang 10 orang 7 orang 1 orang

Jumlah 46 orang

Sumber : PT Amerta Indah Otsuka

Tabel 4.5 menunjukkanprofil responden berdasarkan lama bekerja. Tabel tersebut menunjukkan terdapat 28 orang responden bekerja >0 sampai 1 tahun, 10 orang responden bekerja 1 sampai 5 tahun, dan 7 orang responden bekerja diatas 5 sampai 10 tahun dan 1 orang responden bekerja >10 tahun.


(58)

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Uji Validitas dan Reabilitas Stres Kerja 1. Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir butir dalam suatu daftar konstruk pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan ini biasanya mendukung suatu kelompok variabel tertentu, berikut ini dapat dilihat nilai untuk nilai variabel pada tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel. 4.6

Uji Validitas Pertama Variabel Stres Kerja (X1)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

SK1 62.00 74.045 .778 .908

SK2 61.87 75.482 .647 .911

SK3 61.98 71.340 .802 .905

SK4 62.24 70.371 .741 .907

SK5 62.29 71.619 .669 .909

SK6 62.02 70.022 .793 .905

SK7 61.93 74.245 .661 .910

SK8 62.09 75.174 .686 .910

SK9 62.04 72.771 .710 .908

SK10 62.16 73.407 .493 .915

SK11 61.76 74.416 .613 .911

SK12 61.80 77.345 .467 .915

SK13 61.96 74.998 .512 .914

SK14 62.04 73.725 .548 .913

SK15 62.51 76.574 .374 .918

SK16 62.47 73.118 .525 .914

SK17 62.13 77.755 .338 .918


(59)

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.6, dengan data pada corected item total corellation, disimpulkan pada variabel stres kerja X1 ada 17 butir pertanyaan yang valid karena nilainya lebih besar dibanding r tabel, dimana r tabel dapat dicari dengan df = n- 2. Jadi 45-2= 43, maka r- tabel 0,2940

2. Uji reabilitas

Uji reabilitas yaitu dengan melihat apakah alat yang digunakan menunjukkan konsistensi didalam mengukur gejala yang sama. Hasil uji ini akan mencermikan dapat atau tidaknya suatu instrumen penelitian, berdasarkan kemantapan dan ketepatan alat ukur.Berikut ini output SPSS untuk melihat tingkat reabilitas pada variabel Stres kerja (X1) digambarkan pada tabel 4.6.

Tabel. 4.7 Uji Reabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.916 17

Sumber : Diolah dari SPSS 17

Berdasarkan nilai Alpha pada pada kolom Cronbach's Alpha di tabel 4.6 dimana besar reliabelnya 0,916 dinyatakan sangat reliabel karena berada diantara 0,80 – 1,00.

4.2.2 Uji Validitas dan Reabilitas Motivasi 1. Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir butir dalam suatu daftar konstruk pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar


(60)

pertanyaan ini biasanya mendukung suatu kelompok variabel tertentu, berikut ini dapat dilihat nilai untuk nilai variabel X1 pada tabel 4.7 di bawah ini:

Tabel. 4.8

Uji Validitas Variabel Motivasi (X2)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

SK1 62.00 74.045 .778 .908

SK2 61.87 75.482 .647 .911

SK3 61.98 71.340 .802 .905

SK4 62.24 70.371 .741 .907

SK5 62.29 71.619 .669 .909

SK6 62.02 70.022 .793 .905

SK7 61.93 74.245 .661 .910

SK8 62.09 75.174 .686 .910

SK9 62.04 72.771 .710 .908

SK10 62.16 73.407 .493 .915

SK11 61.76 74.416 .613 .911

SK12 61.80 77.345 .467 .915

SK13 61.96 74.998 .512 .914

SK14 62.04 73.725 .548 .913

SK15 62.51 76.574 .374 .918

SK16 62.47 73.118 .525 .914

SK17 62.13 77.755 .338 .918

Sumber : Diolah dari SPSS 17

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.8, dengan data pada corected item total corellation, disimpulkan pada variabel motivasi (X2) semua pertanyaan valid karena nilainya lebih besar dibanding r tabel, dimana r tabel dapat dicari dengan df = n-2. Jadi 45-2 = 43, maka r- tabel 0,2940.


(61)

2. Uji reabilitas

Uji reabilitas yaitu dengan melihat apakah alat yang digunakan menunjukkan konsistensi didalam mengukur gejala yang sama. Hasil uji ini akan mencermikan dapat atau tidaknya suatu instrumen penelitian, berdasrkan kemantapan dan ketepatan alat ukur. Berikut ini dapat dilihat nilai reabilitas untuk nilai variabelX2 pada tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel. 4.9

Uji Reabilitas Variabel Motivasi ( X2 )

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.916 17

Sumber : Diolah dari SPSS 17

Beradasarkan nilai Alpha pada pada kolom Cronbach's Alpha di tabel 4.8 dimana besar reliabelnya 0,916 dinyatakan sangat reliabel karena berada diantara 0,80 – 1,0.

4.2.3 Uji Validitas dan Reabilitas Komunikasi 1. Uji Validitas

Berikut ini dapat dilihat nilai validitas untuk variabel X3 pada tabel 4.9 di bawah ini:


(62)

Tabel. 4.10

Uji Validitas Variabel Komunikasi (X3)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

K1 40.64 32.598 .429 .919

K2 40.60 32.609 .495 .916

K3 40.51 29.710 .746 .904

K4 40.56 31.071 .697 .907

K5 40.71 29.165 .739 .904

K6 40.80 27.936 .808 .900

K7 40.51 29.710 .746 .904

K8 40.56 31.071 .697 .907

K9 40.71 29.165 .739 .904

K10 40.80 27.936 .808 .900

K11 40.71 33.074 .469 .917

Sumber: Diolah dari SPSS 17

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.10, dengan data pada corected item total corellation, disimpulkan pada variabel komunikasi (X3)semua pertanyaan valid karena nilainya lebih besar dibanding r tabel, dimana r tabel dapat dicari dengan df = n-2. Jadi 45-2 = 43, maka r- tabel 0,2940.

2. Uji reabilitas

Uji reabilitas yaitu dengan melihat apakah alat yang digunakan menunjukkan konsistensi didalam mengukur gejala yang sama. Hasil uji ini akan mencermikan dapat atau tidaknya suatu instrumen penelitian, berdasarkan kemantapan dan ketepatan alat ukur. Berikut ini dapat dilihat nilai reabilitas untuk nilai variabel X3pada tabel 4.10 di bawah ini:


(63)

Tabel. 4.11

Uji Reabilitas Variabel Komunikasi (X3 )

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.916 11

Sumber : Diolah dari SPSS 17

Berdasarkan nilai Alpha pada pada kolom Cronbach's Alpha di tabel 4.10 dimana basar reliabelnya 0,916 dinyatakan sangat reliabel karena berada diantara 0,80 – 1,00.

4.2.4 Uji Validitas dan Reabilitas Kinerja Karyawan (Y)

Berikut ini dapat dilihat nilai validitas untuk nilai variabel Y pada tabel 4.11 berikut ini:

Tabel. 4.12

Uji Validitas Pertama Variabel Kinerja Karyawan (Y)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

KK1 36.56 28.116 .469 .914

KK2 36.27 25.064 .765 .898

KK3 36.31 26.174 .744 .900

KK4 36.47 24.573 .755 .898

KK5 36.56 23.843 .772 .897

KK6 36.44 29.707 .218 .924

KK7 36.27 25.064 .765 .898

KK8 36.31 26.174 .744 .900

KK9 36.47 24.573 .755 .898

KK10 36.56 23.843 .772 .897


(64)

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.12, dengan data pada corected item total corellation, disimpulkan pada variabel komunikasi (X3)semua pertanyaan valid karena nilainya lebih besar dibanding r tabel, dimana r tabel dapat dicari dengan df = n-2. Jadi 45-2 = 43, maka r- tabel 0,2940.

b. Uji reabilitas

Berikut ini dapat dilihat nilai reabilitas untuk nilai variabel Y pada tabel 4.12 di bawah ini.

Tabel. 4.13

Uji Reabilitas Variabel Kinerja Karyawan (Y)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.912 10

Sumber : Diolah dari SPSS 17

Berdasarkan nilai Alpha pada pada kolom Cronbach's Alpha di tabel 4.14 dimana basr reliabelnya 0,912 dinyatakan sangat reliabel karena berada diantara 0,80 – 1,00.

4.2.5 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik terdiri dari : uji normalitas, dan uji multikolonieritas, a. Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan kolmogorov- simirnov, histogram dan grafik scatter plot.


(65)

1. Pendekatan Kolmogorov - smirnov

Setelah dilakukan uji validitas dan reabilitas terhadap kuisoner, maka dilakukan uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui data memiliki distribusi normal. Uji ini dapat diketahui dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov Test, yang mana data dikatakan mempunyai distribusi normal apabila p- value pada kolom Asimp.sig (2-Tailed) lebih besar dibandingkan dengan tingkat

signifikansi α = 0.05. Adapun tabel uji Kolmogorov – smirnov dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. 4.14

Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Stres Kerja Motivasi Komunikasi

Kinerja Karyawan

N 45 45 45 45

Normal Parametersa,,b Mean 65.96 44.51 44.71 40.47

Std. Deviation 9.110 5.961 6.036 5.607

Most Extreme Differences Absolute .182 .189 .164 .156

Positive .129 .134 .102 .111

Negative -.182 -.189 -.164 -.156

Kolmogorov-Smirnov Z 1.222 1.268 1.102 1.045

Asymp. Sig. (2-tailed) .101 .080 .176 .225

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Diolah dari SPSS 17

Dari tabel 4.14 diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada variabel Stres Kerja sebesar 0,101 lebih besar dari 0,05 (0,101 > 0,05), variabel motivasi sebesar 0,080 lebih besar dari 0,05 (0,080 > 0,05), variabel komunikasi sebesar 0,176 lebih besar dari 0,05 (0,176 > 0,05), dan variabel kinerja karyawan sebesar 0,225 lebih besar


(66)

dari 0,05 (0,225 > 0,05), yang berarti bahwa keempat variabel tersebut berdistribusi normal.

2. Pendekatan Histogram

Pendekatan histogram juga dapat dilakukan untuk menguji nnormalitas suatu data. Data dikatakan normal apabila gambar pada histogram tidak condong ke kiri maupun ke kanan dan membentuk lonceng. Berikut gambar pengujian normalitas berdasarkan pendekatan histogram di bawah ini.

Gambar 4.2 Histogram

Sumber : Diolah dari SPSS 17

Pada grafik histogram di atas terlihat bahwa variabel berdistribusi normal karena tidak condong ke kiri maupun ke kanan dan membentuk lonceng.

3. Pendekatan Grafik scatter plot

Pendekatan grafik scatter plot dapat dilakukan untuk menguji normalitas suatu data. Data dikatakan normal apabila titik titik pada scatter plot mengikuti


(67)

garis data sepanjang garis diagonal. Berikut gambar pengujian normalitas berdasarkan pendekatan histogram di bawah ini.

Gambar : 4.3

Normal P-P Plot of Regresion Standar Residual Sumber : Diolah dari SPSS 17

Pada scatter plot terlihat titik yang mengikuti data sepanjang garis diagonal. Hal ini berarti data berdistribusi normal.


(68)

b. Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas, istilah multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linear diantara variable-variabel bebas dalam model regresi. Jika didalam model mengandung multikolinieritas, berarti terjadi korelasi (mendekati sempurna) antar variable bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variable bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel tidak orthogonal. Variable orthogonal adalah variable bebas yang nilai korelasi antar sesama variable bebas sama dengan nol.Untuk mengetahui ada tidaknya multikolonieritas antar variable, salah satu caranya dengan melihat nilai Variance inflative factor ( VIF ) tidak lebih dari 10 dan tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan bebas dari multikolinieritas. Dengan menggunakan data yang sama dengan data dan variabel yang digunakan pada uji regresi, maka asumsi klasik statistik multikoloniearitas dapat dilihat dari tabel coefficients sebagai berikut:

Tabel. 4.15

Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Correlations Collinearity Statistics

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 Stres Kerja .941 .495 .105 .128 7.828

Motivasi .759 .083 .015 .356 2.809

Komunikasi .974 .840 .285 .171 5.855

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan


(69)

Dari tabel 4.15 diatas, maka uji regresi linear berganda pada penelitian ini terbebas dari multikolonieritas karena nilai VIF dari stres kerja7,828, motivasi 2,809dan komunikasi 5,855 lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance masing masing adalah 0,128, 0,356 dan 0,171 lebih besar dari 0,1.

4.2.6. Uji Regresi Berganda

Regresi berganda adalah analisis regresi dengan menggunakan dua atau lebih variable bebas. Regsesi berganda bertujuan untuk menguji pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya. Regresi yang memiliki satu variabel dependen dan satu variabel independen disebut regresi sederhana. Sedangkan regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen maka disebut regresi berganda. Linearitas hanya dapat diterapkan pada regresi berganda. Karena memiliki variabel independen lebih dari satu, suatu model regresi berganda dikatakan linear jika memenuhi syarat linearitas seperti normalitas data, bebas dari asumsi klasik statistic multikolonieritas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Model regresi linear berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi klasik statistik. Uji regresi berganda terdiri dari: uji koefisien determinasi (R2), uji F dan uji T.

A. Uji Koefisien Determinasi

Uji ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien


(70)

determinasi terletak pada tabel Model Summary dan tertulis R Square. Namun untuk regresi linear berganda menggunakan R Square yang sudah disesuaikan, karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 4.16

Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .983a .966 .964 1.059

a. Predictors: (Constant), Komunikasi, Motivasi, Stres Kerja

b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Sumber : Diolah dari SPSS 16

Dari tabel 4.16 menunjukkan bahwa nilai dari Ajusted R square = 96,4 atau sama dengan 96,4%, berarti sebesar 96,4% kinerja karyawan PT Amerta Indah Otsuka dapat dijelaskan oleh stres kerja, motivasi dan komunikasi sedangkan sisanya 3,6% dijelaskan faktor lainnya. Jadi dapat disimpulkan model regresi linear layak dipakai untuk penelitian, karena sebagian besar variabel dependen dijelaskan oleh oleh variabel variabel independen yang digunakan dalam model.

B. Uji F

Uji F bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh bersama-sama (simultan) variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam hal ini, dasar pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan p- value pada kolom sig dengan nilai level of signifikan atau membandingkan f hitung dengan f tabel,


(71)

dimana p- value lebih kecil dari nilai level of signifikan atau f hitung lebih besar dari f tabel, f tabel dihitung dengan cara df1 = k-1 dan df2= n-k, k merupakan variabel independent dan devenden ,df1= 4-1=3 dan df2 = 45-4 = 41 maka f tabel = 2,8327 level of signifikan 0,05.

Tabel 4.17 Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1313.825 3 437.942 390.743 .000a

Residual 45.953 41 1.121

Total 1359.778 44

a. Predictors: (Constant), Komunikasi, Motivasi, Stres Kerja

b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan Sumber : Diolah dari SPSS 17

Berdasarkan uji F yang dilakukan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa variabel stres kerja (X1) dan Motivasi (X2) dan Komunikasi (X3) berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan karena memiliki F hitung yang lebih besar dari f tabel dan p- valuenya lebih kecil dari level of signifikannya dimana f hitungnya = 390,743 dan p valuenya 0,000.

C. Uji T

Uji T bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing masing variabel independen secara parsial (individual ) terhadap variabel dependen. Dalam hal ini, dasar pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan p-value pada kolom sig dengan nilai level of signifikan atau membandingkan t hitung dengan t tabel,


(72)

dimana p- value lebih kecil dari nilai level of signifikan atau t hitung lebih besar dari t tabel, t tabel = n–k , k merupakan variabel independent dan dependen, t tabel = 45-4 = 41 maka t tabel 2,0195 level of signifikan 0,05.

Tabel 4.19 Uji T

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.869 1.296 -1.443 .157

Stres Kerja .176 .048 .293 3.648 .001

Motivasi .024 .045 .026 .532 .598

Komunikasi .657 .066 .689 9.916 .000

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Sumber : Diolah dari SPSS 17

Berdasarkan Uji T di atas dapat disimpulkan bahwa nilai t hitung untuk variabel stres kerja(X1) adalah 3,648 dan nilai ttabel bernilai 2,0195 sehingga thitung> ttabel (3,648 >2,0195) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel stres kerja berpengaruh positif dan signifikan (0,001< 0,05) secara parsial terhadapkinerja karyawan PT Amerta Indah Otsuka. Dan hasil uji t hitung untuk variabel komunikasi (X3) adalah 9,916 dan nilai ttabel bernilai 2,0195 sehingga thitung> ttabel (9,916>2,0195) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel komunikasi berpengaruh positif dan signifikan (0,000< 0,05) secara parsial terhadapkinerja karyawan PT Amerta Indah Otsuka. Sedangkan variabel motivasi (X2) tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan karena memiliki t hitung


(1)

OUTPUT UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS UNTUK X3 DENGAN

APLIKASI SPSS

17.0 FOR WINDOWS

3

.

Variabel Pengukuran Komunikasi.

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 45 100.0

Excludeda 0 .0

Total 45 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.916 11

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

K1 4.07 .688 45

K2 4.11 .611 45

K3 4.20 .757 45

K4 4.16 .638 45

K5 4.00 .826 45

K6 3.91 .900 45

K7 4.20 .757 45

K8 4.16 .638 45

K9 4.00 .826 45

K10 3.91 .900 45

K11 4.00 .564 45


(2)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

K1 40.64 32.598 .429 .919

K2 40.60 32.609 .495 .916

K3 40.51 29.710 .746 .904

K4 40.56 31.071 .697 .907

K5 40.71 29.165 .739 .904

K6 40.80 27.936 .808 .900

K7 40.51 29.710 .746 .904

K8 40.56 31.071 .697 .907

K9 40.71 29.165 .739 .904

K10 40.80 27.936 .808 .900

K11 40.71 33.074 .469 .917

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(3)

OUTPUT UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS UNTUK Y DENGAN

APLIKASI SPSS

17.0 FOR WINDOWS

1. Variabel Pengukuran Kinerja

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 45 100.0

Excludeda 0 .0

Total 45 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.912 10

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

KK1 3.91 .596 45

KK2 4.20 .757 45

KK3 4.16 .638 45

KK4 4.00 .826 45

KK5 3.91 .900 45

KK6 4.02 .583 45

KK7 4.20 .757 45

KK8 4.16 .638 45

KK9 4.00 .826 45

KK10 3.91 .900 45


(4)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

KK1 36.56 28.116 .469 .914

KK2 36.27 25.064 .765 .898

KK3 36.31 26.174 .744 .900

KK4 36.47 24.573 .755 .898

KK5 36.56 23.843 .772 .897

KK6 36.44 29.707 .218 .924

KK7 36.27 25.064 .765 .898

KK8 36.31 26.174 .744 .900

KK9 36.47 24.573 .755 .898

KK10 36.56 23.843 .772 .897

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(5)

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

TSK TM TK TKK

N 45 45 45 45

Normal Parametersa,,b Mean 65.96 44.51 44.71 40.47 Std. Deviation 9.110 5.961 6.036 5.607 Most Extreme Differences Absolute .182 .189 .164 .156

Positive .129 .134 .102 .111

Negative -.182 -.189 -.164 -.156

Kolmogorov-Smirnov Z 1.222 1.268 1.102 1.045

Asymp. Sig. (2-tailed) .101 .080 .176 .225

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data


(6)