BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Morfologi Ginjal Mencit Mus musculus L.
Hasil pengamatan morfologi ginjal perlakuan kontrol K- dan K+ dan perlakuan P1, P2, P3 dan P4 dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Gambaran Morfologi Ginjal Mencit Mus musculus L. Setelah
Pemberian Vitamin C dan E yang Dipajankan Monosodium Glutamat MSG.
Keterangan: K- tanpa perlakuan, K+ castrol oil, P1 MSG, P2 MSG + vitamin C, P3 MSG + vitamin E, dan P4
MSG + vitamin C E.
Pada Gambar 5 terlihat warna ginjal yang tidak jauh berbeda baik setelah diberi perlakuan dan yang tidak. Pada perlakuan kontrol K- dan K+ dan pada P1,
P2, P3 dan P4 memiliki warna merah kecoklatan dan permukaan ginjal licin. Menurut Lu 1994, pada dasarnya perubahan morfologi sulit untuk di ukur. Menurut Alboneh
2010, tahapan terjadinya gangguan fungsi organ, dimulai dari gangguan keadaan biokimianya, dilanjutkan dengan gangguan anatomis yang terlihat pada
tahap berikutnya yang didahului dengan gangguan secara histologis dan pada akhirnya akan bermanifestasi pada tampakan makroskopisnya yang diawali dengan kematian
sel dalam jumlah besar.
Universitas Sumatera Utara
Pada hasil penelitian ini tidak terlihat adanya perubahan makroskopis pada ginjal, baik pada warna ginjal Gambar 5 dan berat ginjal Gambar 6 setelah diberi
perlakuan dan yang tidak, namun pada pengamatan mikroskopis ditemukan adanya tubulus prokimal yang mengalami penyempitan Gambar 7 dan untuk persentase
masing-masing kerusakan tubulus proksimal Gambar 8. Menurut Cotran 1995, kerusakan ginjal secara mikroskopis dapat berupa nekrosis tubulus, yang disebabkan
oleh sejumlah racun organik. Hal ini karena pada sel epitel tubulus terjadi kontak langsung dengan bahan yang direabsorbsi, sehingga sel epitel tubulus ginjal dapat
mengalami kerusakan ataupun nekrosis pada inti sel ginjal sehingga warna ginjal
tampak berubah.
4.2 Berat Ginjal Mencit Mus musculus L.
Setelah dilakukan pengamatan pada berat ginjal diperoleh data yaitu rata-rata berat ginjal tidak memiliki perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan kontrol K- dan K+
dan pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4. Rata-rata berat ginjal kontrol dan perlakuan ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Rata-rata Berat Ginjal Mencit Mus musculus L. Kontrol K- dan
K+ dan Perlakuan P1, P2, P3, dan P4. Huruf yang sama pada
pengamatan yang berbeda adalah tidak berbeda nyata pada taraf 5 p0,05.
a a
a a
a a
0,00 0,05
0,10 0,15
0,20 0,25
0,30 0,35
K- K+
P1 P2
P3 P4
B e
r at
G injal
g
Perlakuan
Universitas Sumatera Utara
Dari Gambar 6 dapat dilihat grafik hasil uji statistik Lampiran D menunjukkan bahwa pada perlakuan kontrol K- dan K+, dan perlakuan P1, P2, P3
dan P4 tidak terlihat adanya perbedaan yang nyata. Menurut Syaifuddin 2001, ginjal adalah organ ekskresi utama untuk membuang sisa metabolisme yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh. Kerja ginjal meliputi: ultrafiltrasi, reabsorbsi dan ekskresi. Fungsi ginjal yang paling penting yaitu menyaring plasma dan memindahkan zat dari
filtrat pada kecepatan yang bervariasi tergantung pada kebutuhan tubuh. Ginjal membuang zat yang tidak diinginkan dengan filtrasi darah dan mensekresikanya
dalam urin, sedangkan zat yang dibutuhkan kembali ke dalam darah. Menurut Ummah 2012, peristiwa tersebut menyebabkan ginjal bekerja dengan sangat keras, sehingga
dapat mempengaruhi perubahan berat dan morfologi ginjal. Kemampuan ginjal dalam mentolerir setiap bahan toksikan yang masuk kedalam tubuh sangat berpengaruh,
sehingga perubahan morfologi dan berat ginjal tidak begitu terlihat baik sebelum atau sesudah diberi perlakuan. Hal tersebut dapat kita lihat pada morfologi warna dan berat
ginjal Gambar 5 dan 6, tidak terlihat perubahan warna dan berat ginjal.
Menurut Anggraini 2008, perubahan struktur pada ginjal hewan uji karena terjadinya degenerasi lemak mengakibatkan berat organ ginjal pengalami peningkatan
seiring dengan lamanya perlakuan. Peningkatan berat dapat terjadi karena adanya substansi seperti air dan lemak yang terjadi dalam sel, sehingga volume sel akan
bertambah dan akhirnya akan mempengaruhi berat organ hewan uji. Menurut Lu 1994, bila terjadi perubahan pada berat ginjal saat dibandingkan dengan berat ginjal
hewan kontrol, maka hal tersebut menunjukkan terjadinya lesi ginjal. Lesi ginjal merupakan kerusakan jaringan karena gangguan fisik atau patologis.
Menurut Alboneh 2010, tidak adanya perubahan yang bermakna dari gambaran makroskopis ginjal kemungkinan akibat dari beberapa hal, yaitu: kerusakan
ginjal belum sampai pada tingkat kerusakan anatomi, karena ginjal masih mampu mentolerir kerusakan yang terjadi. Selain itu jumlah sampel juga dapat mempengaruhi
hal tersebut, jika jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian terbatas, maka didapatkan distribusi data yang tidak normal. Pada penelitian ini jumlah ulangan
sampel yang digunakan pada setiap perlakuan K-, K+, P1, P2, P3 dan P4 adalah sebanyak 5 ekor mencit.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Gambaran Histologis Tubulus Proksimal Ginjal Mencit Mus musculus L.