BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Monosodium Glutamat MSG banyak digunakan dalam kehidapan sehari-hari sebagai bahan penyedap untuk merangsang selera makan. Penggunaan MSG dalam
makanan biasanya dilakukan dalam jangka waktu pemakaian yang cukup lama. Percobaan mengenai efek toksik MSG menunjukkan hasil yang kontroversial. Dari
berbagai macam penelitian yang umumnya dilakukan pada hewan percobaan dalam periode neonatal atau infant dengan pemberian MSG dosis tinggi melalui
penyuntikan, telah ditemukan beberapa bukti bahwa MSG dapat menyebabkan nekrosis pada neuron hipotalamus dan nukleus arkuata hipotalamus, kemandulan
pada jantan dan betina, berkurangnya berat hipofisis anterior, adrenal, tiroid, uterus, ovarium, dan testis, kerusakan fungsi reproduksi, dan berkurangnya jumlah anak
Sukawan, 2008. Food and Drug Association FDA telah mengklasifikasikan MSG sebagai generally recognized as safe GRAS, MSG juga dinyatakan aman untuk
dikonsumsi pada kadar yang normal karena tidak ada bukti bahwa penggunaan MSG dapat menyebabkan masalah yang serius di bidang kesehatan dalam jangka waktu
yang panjang Geha Beiser, 2000.
Laporan mengenai gejala yang muncul akibat mengkonsumsi MSG berupa kebas pada belakang leher yang secara berangsur-angsur menjalar ke lengan dan
punggung, perasaan lemah, jantung berdebar dan sakit kepala. Pada dosis tertentu menyebabkan perasaan terbakar, tekanan pada wajah dan nyeri dada. Terdapat
hubungan antara dosis dan efek yang ditimbulkan serta adanya variasi dosis antar individu dalam menimbulkan efek. Penelitian yang dilakukan di Indonesia juga tidak
menemukan perbedaan gejala yang signifikan antara orang sehat yang mengkonsumsi MSG dengan placebo. Penelitian terhadap 752 orang Cina dewasa yang mengevaluasi
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara konsumsi MSG dengan overweight memperlihatkan bahwa konsumsi MSG ada hubungannya dengan peningkatan resiko overweight, tidak tergantung
aktivitas fisik dan asupan energi total pada manusia. Perlu dilakukan berbagai penelitian pada manusia maupun hewan coba untuk mengetahui efek toksik MSG
Megawati, 2008.
Obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi secara farmakokinetik Agustie, 2006. Monosodium
glutamat yang dikonsumsi akan melalui proses absorbsi di usus, didistribusikan ke seluruh tubuh untuk mengalami proses metabolisme di hepar dan selanjutnya akan
diekskresikan melalui empedu dalam feses maupun melalui ginjal dalam urin. Ginjal merupakan organ ekskresi utama yang sangat penting untuk mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme tubuh, termasuk zat-zat toksik yang tidak sengaja masuk ke dalam tubuh. Hal ini memungkinkan terjadinya suatu efek medik maupun efek toksik yang
disebabkan oleh MSG terhadap organ tersebut diatas, termasuk ginjal.
Radikal bebas bersifat toksik, sangat reaktif, dan merupakan molekul yang tidak stabil karena kehilangan elektron dalam reaksi kimia. Radikal bebas mulai
melakukan serangkaian reaksi kimia untuk menggantikan elektron yang hilang, sehingga menyebabkan kerusakan pada membran sel, mutasi DNA, mempercepat
penuaan, kehancuran kekuatan fungsi sel, dan penumpukan lemak. Pemakaian antioksidan alami secara luas dianjurkan dalam mengobati dan mendetoksifikasi
keadaan tersebut. Vitamin C merupakan antioksidan yang kuat dan pengikat radikal bebas, serta mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh molekul superperoksida,
peroksida, radikal hidroksil dan oksigen singlet. Antioksidan yang larut dalam air, termasuk vitamin C, asam urat, sistein, glutation, sementara antioksidan yang larut
dalam lemak antara lain vitamin E yang berfungsi dalam membran sel Goodman, 1995.
Vitamin C dan E sebagai antioksidan dapat menghentikan reaksi berantai radikal bebas. Vitamin E akan menangkap radikal bebas, tetapi vitamin E ini
kemudian berubah menjadi vitamin E radikal sehingga memerlukan pertolongan vitamin C. Vitamin C bersama-sama dengan vitamin E dapat menghambat reaksi
Universitas Sumatera Utara
oksidasi dengan mengikat vitamin E radikal yang terbentuk pada proses pemutusan reaksi radikal bebas oleh vitamin E menjadi vitamin E bebas yang berfungsi kembali
sebagai antioksidan di dalam tubuh Pavlovic et al., 2005 dalam Iswara, 2009.
1.2 Perumusan Masalah