Analisis Semiotik Propaganda Perang Amerika-Irak Dalam Film American Sniper

(1)

ANALISIS SEMIOTIK PROPAGANDA PERANG

AMERIKA-IRAK DALAM FILM AMERICAN SNIPER

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh: Nur Ajijah 1111051000128

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/ 1436 H


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK Nur Ajijah

NIM: 1111051000128

Analisis Semiotik Propaganda Perang Amerika-Irak dalam Film American Sniper

Film merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual. Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, politik juga propaganda. American Sniper merupakan film Hollywood yang mengangkat kisah nyata Sniper jitu Amerika. Dalam film ini dikisahkan tentang perjuangan seorang sniper dalam melindungi AS dari serangan terorisme. Di sisi lain, film ini sangat memojokan Irak dan umat Islam yang digembor-gemborkan sebagai teroris. Banyak kalangan menilai bahwa Film

American Sniper adalah film propaganda Anti-Islam. Setelah film ini tayang, terjadi tiga kali peningkatan kekerasan yang dialami Muslim di AS dan Eropa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pesan propaganda Barat terhadap Islam dalam film American Sniper? Apa makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam film American Sniper? Apa teknik propaganda yang digunakan dalam film American Sniper?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika Rolland Barthes, yakni mencari makna denotasi, konotasi, dan mitos. Selain itu, penelitian ini juga meneliti tentang pesan propaganda dan teknik propaganda yang digunakan dalam film tersebut.

Dalam analisis semiotika Roland Barthes, makna denotasi merupakan makna nyata yang ditampilkan oleh penanda terhadap objek. Makna konotasi merupakan kunci dalam analisis semiotika Roland Barthes, di mana tanda memiliki makna lain dari makna yang ditampilkan. Sedangkan mitos adalah bagaimana kebudayaan memaknai tentang realitas yang ditampilkan oleh tanda tersebut.

Makna denotasi dalam film American Sniper adalah kisah penembak jitu AS, Chris Kyle yang ditugaskan dalam perang Irak. Makna konotasinya menggambarkan AS yang anti kekerasan dan sebagai posisi korban perang, sementara Irak dan Islam sebagai teroris. Mitosnya, AS menciptakan tokoh dan cerita fiksi untuk memojokan Irak dan Islam. Islam yang sebenarnya adalah agama yang mencintai kedamaian, Islam tidak mengajarkan keburukan pada umatnya, di mana kekerasan bukanlah ajaran Islam.

Pesan propaganda yang disampaikan film American Sniper kepada penonton terdapat lima poin, yakni Islam sebagai teroris, Chris Kyle sebagai pahlawan yang taat kepada agamanya, Amerika sebagai korban perang, Irak dan Islam sebagai predator dan sebutan-sebutan negatif untuk Irak dan muslim.

Selain itu, film ini banyak menggunakan teknik propaganda Name Calling, pelabelan negatif pada warga Irak dan Islam, serta teknik propaganda Card

Staking, di mana kebohongan diubah sekan-akan itu sebuah kebenaran.

Keyword: Film, Amerika, Sniper, Makna, Irak, Islam, Barat dan Propaganda.


(6)

ii

Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT. Dialah tempat

bersandar, dan sumber kenikmatan hidup tanpa batas, rahman dan rahim tetap menghiasi asma-Nya. Salawat serta salam tetap tercurahkan atas penghulu umat islam, Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah membuka pintu keimanan yang bertauhidan kebenaran, kearifan hidup manusia dan pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatun hasanah yang dijadikan sebuah pelajaran bagi muslim dan muslimah hingga akhir zaman.

Peneliti bersyukur setelah melewati proses yang cukup panjang, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Analisis Semiotik Propaganda Perang Amerika-Irak dalam Film American Sniper

guna memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I).

Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri peneliti, khususnya saat menyelesaikan skripsi ini. Namun, dengan keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya peneliti bisa menyelesaikan penelitian ini. Hal ini tidak akan terwujud dengan sendirinya, melainkan karena dukungan dan bantuan dari banyak pihak, baik moril maupun materil. Sehingga banyak ucapan terimakasih yang peneliti sampaikan kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, MA, beserta jajarannya.


(7)

iii

2. Drs. Masran, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Ade Rina Farida, M.Si, selaku dosen pembimbing penelitian yang telah banyak memberi bimbingan, pelajaran, masukan dan saran kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Jumroni M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan untuk penulis. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.

6. Segenap pemimpin dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani penulis dalam mempergunakan buku-buku dan literatur yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini.

7. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Amsori dan Ibunda Muhana yang selalu memberi doa dan dukungan yang tak henti-hentinya kepada saya sejak awal. Skripsi ini saya persembahkan untuk kalian.

8. Kepada kakak tersayang, Rena Puspita Sari yang telah memberikan banyak kebaikan, masukan dan semangat dalam memnyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat Seperjuangan, KPI D angkatan 2011-2012, yang telah bersama-sama berjuang dari masuk ke Universitas, dan selalu menjadi


(8)

iv

Fitri, Dita, neng Tria dan Uus.

10. Sahabat terkasih Baitsatul Hasanah dan Sifa Fauziah Hasanah yang selalu mengingatkan penulis jika ada ujian tengah dan akhir semester, mengingatkan jika ada tugas kuliah serta memberi semangat dalam menjalani perkuliahan.

11. Untuk Nurlaela yang selalu sabar dan tidak pernah bosan mendengarkan keluh kesah peneliti dari A sampai Z. Kepada teman seperjalanan Gita Nawang Sari yang sudah ikhlas diajak menghabiskan uang jajan untuk melihat keindahan ciptaan-Nya. Mari habiskan uang dan berpetualang. Terimakasih pula pada Gita Juniarti yang sudah bersedia berbagi tempat saat saya bermalam di Ciputat. Kosanmu sungguh nyaman.

12.Saudaraku di LPM INSTITUT yang sudah sama-sama berjuang menyuarakan aspirasi mahasiswa. Begitu banyak pelajaran dan pengalaman berharga yang saya dapatkan selama menjadi bagian dari lembaga ini.

13.Kawan-kawan KKN Valensi yang saat ini tengah berjuang menghadapi skripsi di fakultas masing-masing.


(9)

v

Harapan peneliti semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Demikian pengantar dalam penelitian ini, akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, Juli 2015


(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metodologi Penelitian ... 6

F. Tinjauan Pustaka ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP ... 12

A. Wacana Islamphobia ... 12

B. Teori Propaganda ... 14

1. Pengertian Propaganda ... 14

2. Teknik Propaganda ... 15

3. Film Sebagai Alat Propaganda ... 17

C. Tinjauan Tentang Film ... 19

1. Pengertian Film ... 19

2. Struktur Film ... 20

3. Teknik Pengambilan Gambar Pada Film ... 21

D. Teori Analisis Semiotika ... 22

1. Pengertian Semiotika ... 22

2. Carles Sander Pierce ... 23

3. Ferdinand De Saussure ... 24


(11)

vii

BAB III GAMBARAN UMUM FILM AMERICAN SNIPER ... 29

A. Sinopsis Film American Sniper ... 29

B. Navy Seal ... 31

C. Profil Chris Kyle ... 33

D. Profil Sutradara American Sniper ... 36

E. Profil Pemeran Chris Kyle ... 38

F. Tim Produksi Film American Sniper ... 40

BAB IV ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 41

A. Pesan Propaganda Pada Film American Sniper ... 41

B. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos Pada Film American Sniper ... 42

BAB V PENUTUP ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Kritik dan Saran. ... 93


(12)

viii

TABEL 4.1 ... 43

TABEL 4.2 ... 55

TABEL 4.3 ... 70

TABEL 4.4 ... 78


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Peta Tanda Roland Barthes ... 26

GAMBAR 3.2 Chris Kyle ... 33

GAMBAR 3.3 Clint Easwood ... 36


(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dapat dikatakan dunia perfilman dunia saat ini telah berkembang dengan pesat. Kehadirannya mampu menyedot perhatian masyarakat luas. Seiring berkembangnya waktu dan teknologi, film bukan saja sebagai sarana hiburan untuk masyarakat, tapi juga sudah menjadi alat pemicu opini masyarakat dalam ruang publik. Oleh karena itu, film merupakan media yang ampuh, bukan saja untuk menghibur, tapi juga untuk mempengaruhi, menyebarkan informasi, penerangan pendidikan secara penuh hingga propaganda. Film sebagai alat propaganda tidak saja memiliki kemampuan menjangkau khalayak luas, namun juga lebih sebagai bagaimana realitas dan peristiwa dihadirkan melalui visual. Dengan begitu film dianggap sebagai cermin dari kehidupan nyata.

Menurut Harold D.Lasswell dalam tulisannya Propaganda Technuiqe in

The World War yang dikutip oleh Nurudin dalam buku Komunikasi Propaganda,

menyebutkan propaganda adalah semata-mata kontrol opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan pendapat yang konkrit dan aktual melalui sebuah cara, rumor, laporan, gambar dan bentuk-bentuk lain yang digunakan dalam komunikasi sosial.1 Sedangkan menurut Ensyclopedia Internasional, propaganda merupakan suatu usaha menyakinkan pendapat-pendapat tanpa perlu mengemukakan alasan-alasannya untuk mencari

1

Nurudin, Komunikasi Propaganda (Bandung: PT Remaja Rosda karya, Cetakan ketiga 2008) h. 10


(15)

2

pengikut atau bantuan.2 Dengan demikian propaganda merupakan suatu senjata yang potensial bila dipergunakan tanpa memikirkan atau mempertimbangkan kebenaran terhadap pesan yang disampaikan oleh propagandis.

Salah satu film yang dianggap sarat akan muatan propaganda adalah film

American Sniper. Film yang disutradarai oleh Clint Eastwood diadopasi dari kisah hidup Chris Kyle yang ditulis dalam buku American Sniper: The Autobiography of the Most Lethal Sniper in U.S. Military History.

Film yang dirilis 6 Januari 2015 ini disebut-sebut sebagai film propaganda. Aktor Seth Rogen membandingkan film American Sniper dengan Stolz der Nation

(Kebanggaan Bangsa), sebuah propaganda fiksi tentang sniper Nazi Jerman yang ditampilkan di akhir film Inglorious Bastard karya sutradara Quentin Tarantino. Filosof sekaligus pengamat politik Noam Chomsky juga mengatakan Film

American Sniper merupakan film propaganda yang berusaha untuk menutupi

kebohongan AS. Film perang Amerika-Irak ini menggarisbawahi pandangan AS soal siapa yang baik dan buruk.3 Melalui film itu bisa menimbulkan kesan bahwa Muslim adalah teroris yang pantas dibunuh.

Film American Sniper berkisah tentang kehidupan penembak jitu Amerika bernama Chris Kyle yang di tugaskan ke Irak untuk memerangi teroris. Film

American Sniper dimulai dengan kumandang adzan saat belum ada adegan di layar dan diakhiri dengan penayangan film dokumenter kematian Chris. Film selama tiga pekan merajai box office Amerika dan Kanada4 ini banyak mengandung nada-nada penghinaan terhadap warga Irak dan muslim. Di beberapa

2

Nurudin, Komunikasi Propaganda h. 9 3

Fitriyan Zamzami, Pesan Menakutkan American Sniper, diakses pada Minggu, 21 Juni 2015 pukul 10: 18 WIB di www.republika.com

4

Adhie Ichsa, American Sniper Tak Bergeser Sejak Tiga Pekan di akses pada Senin, 9 Maret 2015 pukul 12:03 WIB di www.detik.com


(16)

adegan, Chris menyebut tanah Irak layaknya kotoran anjing. Warga Irak pun secara terus menerus dipanggil dengan sebutan biadab, barbar, jalang dan predator. Dalam beberapa adegan, Irak dan Islam disudutkan sebagai sumber kekecauan dan benih terorisme. Film yang masuk dalam tujuh nominasi piala Oscar 2015 ini menceritakan bahwa Irak dipenuhi oleh orang-orang jahat yang layak dibunuh.

Film yang mengandung propaganda anti-Islam ini diperkuat dengan pernyataan Chris sebelum ia terbunuh. Dalam wawancaranya ia mengatakan, dirinya meyakini bahwa setiap orang yang ia bunuh adalah orang jahat. Musuh-musuh Amerika Serikat sangat buas. Tugas Chris adalah membunuh Musuh-musuh dan ia tidak menyesalinya.5 Ditegaskan pula dalam satu adegan di mana Chris dan istri sedang menyaksikan laporan menakutkan Serangan 11 September dari televisi kemudian dalam adegan selanjutnya Chris berada di Irak untuk memburu teroris. Melalui cara ini, Eastwood seakan menyampaikan bahwa ada keterkaitan antara Serangan 11 September, Irak, al-Qaedah dan Islam. Alhasil, Amerika bebas menyerang negara-negara yang dianggap menjadi tempat pembiakan teroris.

Film yang mendapat pujian dari Michael Obama ini juga banyak menuai kritikan dan kontroversi dari berbagai kalangan, dari aktor hingga politikus. Seperti yang dikutip dari Indonesia-Irian Radio bahwa seorang pemimpin revolusi Islam Irak, Ayatullah Khamenei mengecam keras film American Sniper. Pasalnya, semenjak beredarnya film tersebut terjadi tiga kali peningkatan kekerasan yang dialami muslim Amerika. Serta mendorong seorang pemuda Kristen atau non-Muslim dengan segala daya dan kemampuannya untuk mengganggu umat

5

IRIB Indonesia.ir “Hollywood, Penebar Kekerasan dan Kebencian Terhadap Umat


(17)

4

Muslim.6 Film ini menjadi peringatan serius terkait perluasan Islamphobia di Amerika Serikat dan Eropa. Penyakit Islamfobia, ketakutan atau kebencian terhadap Islam dan kaum Muslimin telah merajalela di belahan penjuru dunia. Dalam kaitan dengan sejarah hubungan Islam-Barat, banyak peristiwa sejarah yang masih menjadi memori kelabu dalam memori kolektif Barat. Jika peristiwa itu diungkit atau dibangkitkan, mereka dengan mudah akan mengingatkan dan membangkitkan kebencian, bahkan kemarahan terhadap Islam.

Penyebar propaganda kebencian bisa dilakukan degan berbagai upaya, seperti dengan cara Name Calling atau pemberian julukan yang bertujuan untuk menjatuhkan seseorang, istilah, atau ideologi dengan konotasi negatif. Card

Stacking, mengangkat atau menekan isu yang lebih menguntungkan dan

mengaburkan isu yang dianggap dengan memunculkan isu baru. Serta upaya

Repuitable Mounthpiece, yakni upaya yang dilakukan dengan mengemukakan

sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. 7

Fenomena film American Sniper sepertinya akan semakin menambah cerita panjang hubungan antara Barat dan Islam yang sudah sejak lama tidak menemui titik terang menuju kedamaian. Masalah ini semakin menarik untuk diteliti, pasalnya film yang nemang dalam kategori Best Editing piala Oscar 2015 ini berdampak pada meningkatnya kekerasan dan diskriminasi yang dialami kaum muslim di AS. Dari latar belakang permasalahan yang dipaparkan di atas, maka penulis tertarik meneliti dengan judul, “Analisis Semiotik Propaganda Perang Amerika-Irak dalam Film American Sniper

6 IRIB Indonesia.ir “

Hollywood, Penebar Kekerasan dan Kebencian Terhadap Umat

Islam”

7


(18)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti dapat membatasi dan merumuskan masalah dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, peneliti membatasi objek penelitian pada potongan adegan yang mengandung unsur propaganda.

Adapun rumusan masalahnya adalah :

1. Apa makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film American Sniper? 2. Pesan dan teknik propaganda apa yang diterdapat pada film American

Sniper?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos yang terdapat dalam film American Sniper.

2. Untuk mengetahui pesan dan teknik propaganda yang terdapat pada film

American Sniper.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembang wacana keilmuan khususnya di bidang media serta komunikasi. Selain itu skripsi ini juga diharapkan mampu menjadi referensi khusunya bagi mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah


(19)

6

Jakarta yang ingin mengetahui mengenai film, maupun propaganda yang dilakukan dalam sebuah film.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi praktisi media massa, seperti pembuat film, wartawan, mahasiswa komunikasi dan kepada pembaca pada umumnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat yang ingin belajar mengenai analisis film dengan pendekatan analisis semiotika Roland Barthes.

E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Lexy J. Moleong yang mengutip pernyataan Bogdan dan Bilken menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan proposisi yang mengarahkan cara berpikir dalam penelitian.8 Ini memiliki arti bahwa paradigma merupakan salah satu metode atau cara berpikir yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian baik itu sebelum maupun sesudah penelitian. Paradigma ini dilakukan supaya penulis tidak keluar dari jalur cara berpikir penelitiannya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis melihat bahwa realitas kehidupan sosial merupakan hasil dari konstruksi, bukan realitas yang alami. Peneliti mencoba

8

Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, Cetakan kedelapan, 1997) h. 30.


(20)

menggungkapkan realitas tersembunyi dibalik film American Sniper karya Clint Eastwood.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian kuallitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris yang bertujuan mengembangkan pengertian tentang individu dan kejadian dengan memperhitungkan konteks yang relevan.9 Penelitian ini digunakan untuk menggambaran aspek tertentu dari sebuah realitas yang dibingkai menjadi sebuah berita yang kemudian dibingkai kembali menjadi sebuah film.

3. Metode Penelitian

Mengingat objek penelitian di sini merupakan aspek sinematografi yaitu tanda-tanda verbal dan non-verbal yang terdiri dari berbagai macam tanda yang tergabung dalam suatu sistem, maka metode analisis yang digunakan adalah analisis semiotika. Semiotika digunakan untuk mengetahui pesan dan makna yang terkandung dibaliknya. Peneliti lebih menekankan pada semiotika milik Roland Barthes yang menekankan bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat di campur adukan dengan mengkomunikasikan (to

communicate).10 Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya

membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem signifikasi dari tanda.

9

Mashuri dan M. Zainuddin, Metodelogi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif

(Malang: Refika Aditama, 2008), hal. 13-14.

10


(21)

8

4. Teknik Pengumpulan Data a. Data Primer

Sumber data yang utama dalam penelitian ini adalah film American Sniper yang berdurasi 134 menit karya Clint Eastwood yang diedarkan melalui Bioskop, CD maupun internet.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari bahan pustaka, referensi-referensi yang menunjang, studi dokumen yang berupa buku-buku, majalah, dan artikel-artikel dari internet yang berhubungan dengan objek permasalahan.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Penulis mengumpulkan data primer dan sekunder yang didapat sesuai dengan film American Sniper, setelah terkumpul kemudian diklarifikasikan sesuai dengan pertanyaan yang ada pada rumusan masalah, kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis semiotik Roland Barthes tentang makna denotasi, konotasi dan mitos.

6. Subjek dan Objek Penelitian

Untuk subjek penelitian dari penelitian ini adalah film American


(22)

mengandung unsur propaganda barat terhadap Islam yang terdapat dalam film tersebut.

7. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan sejak bulan Maret 2015, atau sejak dimulainya proposal dilakukan hingga Juli 2015 atau sampai penelitian ini diselesaikan. Tempat penelitian dilakukan di Perpustakaan UIN Jakarta dan sekitarnya yang menjadi tempat mencari referensi penelitian ini.

F. TINJAUAN PUSTAKA

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh Center for Quality Development and Assurance (CeQDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebelum menyusun skripsi lebih lanjut, maka penulis terlebih dahulu menelusuri penelitian yang sudah dilakukan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan dari Universitas lain. Maksudnya agar penelitian yang akan dilakukan tidak sama dengan skripsi-skripsi sebelumnya dan pemetaan perkembangan penelitian. Adapun beberapa tinjauan pustaka tersebut ialah:

1. Skripsi karya Dahliana Syahri (207051000611) Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) FIDKOM UIN Jakarta Angkatan 2008 dengan judul “Analisis Semiotik Film Freedom Writers” Perbedaan skripsi ini terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Skripsi ini meneliti tentang kehidupan guru


(23)

10

yang pantang menyerah dalam mengajarkan anak-anak kulit hitam. Karya Dahliana menggunakan analisis Semiotik Roland Barthes.

2. Skripsi karya Hani Taqqiya, Mahasiswa Jurusan KPI FIDKOM UIN Jakarta Angkatan 2008 dengan judul “Analisis Semiotik Terhadap Film In The Name of God” Perbedaan skripsi ini terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Skripsi Hani menceritakan tentang pergulatan muslim di tiga negara. Karya Hani menggunakan analisis Semiotik Roland Barthes.

3. Skripsi karya Anggid Awiyat (D 1206583) Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2005 dengan judul “Propaganda Barat Terhadap Islam Dalam Film (Studi Tentang Makna Simbol dan Pesan Film Fitna Menggunakan Analisi Semiologi Komunikasi)”. Perbedaan skripsi ini terletak pada subjek dan objek. Skripsi Anggid meneliti tentang propaganda yang dilakukan Geets Wilders melalui film dokumenter Fitna. Metode penelitian yang digunakan analisis semiotika milik Roland Barthes.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Secara sistematis penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab. Setiap bab terdiri dari sub-sub yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah penelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,


(24)

metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Membahas tentang konsep Islamphobia, propaganda, film dan teori semiotika Roland Barthes.

BAB III GAMBARAN UMUM

Dalam bab ini diuraikan gambaran umum sekilas tentang film American Sniper, sinopsis American Sniper, profil Chris Kyle, profil Navy SEAL, pemeran dan sutradara

American Sniper serta tim produksi American Sniper.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Berisi analisis data semiotik berupa denotasi, konotasi, dan mitos dari temuan data yang berupa tanda-tanda dari film

American Sniper serta teknik propaganda yang digunakan dalam film American Sniper

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan penelitian terhadap beberapa pertanyaan dari rumusan masalah penelitan, serta saran penulis yang bersifat membangun.


(25)

12 BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Wacana Islampohobia

Sejak peristiwa hancurnya menara kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 lalu, kaum muslim di AS menjadi pusat perhatian bahkan kerap mengalami perlakuan diskriminasi. Diskriminasi dan rasisme terhadap Islam inilah yang disebut dengan Islamfobia.

Secara etimologi Islamfobia berasal dari kata Islam and Phobia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fobia adalah sebuah perasaan takut yang tak berdasar dan berlebihan terhadap sesuatu hal. Ketakutan ini kemudian akan menghambat kehidupan si penderitanya.1 Ketakutan tersebut yang akan mendorong seseorang untuk keluar atau menjauh dari situasi, objek, seseorang, atau aktivitas tertentu. Dengan demikian, Islamofobia berarti ketakutan yang tidak mendasar terhadap Islam sehingga keberadaannya harus dijauhi atau disingkirkan. Pada akhirnya ketakutan itu adalah diskriminasi terhadap umat Islam baik sebagai individu dan komunitas, serta menyingkirkan umat Islam dari urusan-urusan sosial dan politik yang lebih luas.

Sementara itu, Chris Allen mendefinisikan Islamphobia sebagai setiap ideologi atau cara berpikir dan atau perilaku di mana kalangan Muslim disingkirkan dari posisinya, hak-haknya diambil, diperlakukan dengan tidak adil

1

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2008) h. 319


(26)

dan keberadaan mereka sebagai warga tidak diperhatikan.2 Islamfobia terbagi menjadi dua level yakni, level institusional dan individual. Secara institusional Islamofobia mewujud pada kebijakan polisi yang melakukan tindakan pengawasan (surveillance) terhadap individu-individu maupun kelompok-kelompok muslim, baik di kampus maupun di lingkungan tempat tinggalnya; infiltrasi intelijen oleh FBI terhadap individu, keluarga, maupun organisasi Islam yang diduga memiliki jaringan dengan kelompok teroris luar negeri; proses pengadilan yang bertentangan dengan konsitutisi terhadap terduga teroris; penelusuran aliran keuangan individu dan kelompok-kelompok Muslim, serta penggambaran media (media profiling) yang sangat bias secara intensif dan sistematis pada tingkat nasional. Sementara itu, secara individual warga Muslim juga mengalami diskriminasi, mulai dari caci-maki (hate speech) hingga tindakan pemukulan, pengrusakan masjid, dan penembakan yang berujung kematian.3

Munculnya propaganda anti-Islam di Barat memiliki hubungan dengan aktivis sayap kanan Amerika Serikat. Ia merupakan kelompok yang menyatakan bahwa Islam bukanlah Agama dan tidak memiliki hak sebagai warga negara. Mereka juga beranggapan bahwa semua Muslim berbahaya dan kebebasan harus dipertahankan dengan cara mengambil kebebasan umat Muslim.

Laporan dari Center for American Progress, pada tahun 2001 hingga 2009, tercatat ada tujuh yayasan sayap kanan yang telah memberikan lebih dari $40 juta untuk menyebarkan virus Islamophobia. Tujuh yayasan tersebut berada di bawah

2

P.Thomson, Allen’s Islamphobia and The British New Media: A critical evaluation of Isamphobia as a concept and its application to the written news media in Britain between 2001 and 2008 (University of Wales: Trinity Saint David, 2013) h. 6-7

3

Harian Indoprogress, „Islamphobia dan Politik Imperialistik AS’ diakses pada 13 Mei 2015 pukul 14:37 WIB dari http://indoprogress.com/2014/01/Islamophobia-dan-politik-imperialistik-as/


(27)

14

pimpinan Frank Gaffney, David Yerushalmi, Daniel Pipes, Robert Spancer dan Steven Emerson. Biasanya mereka menggunakan cara-cara formal, seperti dengan menyebar kebencian melalui laman internet, blog, berita ataupun film yang telah dirancang secara sistematis dengan menguatkan pesan anti-Islam.4

Melalui penyebaran kebencian seperti itulah yang mempengaruhi persepsi warga Amerika Serikat terhadap Islam. Sebelum tahun 2001, 25% orang Amerika percaya Islam adalah agama yang penuh kekerasan dan membolehkan melakukan tindak kekerasan, sementara 51 persen tidak setuju dengan posisi itu. Namun hal itu berbalik setelah peristiwa 11/9 2001, 40 persen mengatakan bahwa Islam mendorong kekerasan, sementara 42 persen tidak melakukan kekerasan.5

B. Teori Propaganda

1. Pengertian Propaganda

Propaganda adalah upaya untuk membentuk, mempengaruhi, mengubah, dan mengarahakan serta mengendalikan sikap dan pendapat masyarakat guna mencapai tujuan tertentu.6 Untuk mendapatkan apa yang diinginkan, biasanya propagandis menyebarkan pikiran atau gagasan, menkontruksi atau bahkan menciptakan sebuah peristiwa lalu ditanamkan dan dilakukan secara berulang-ulang ke dalam hati dan pikiran targetnya. Propaganda kerap dilancarkan oleh individu, kelompok, partai, golongan, atau negara untuk mencapai kepentingan.

4

Palgrave Macmillan, Islamphobia in America, The Anatomy in Tolerance, (United State:

Martim‟s Press, 2013) h. 4 5

Palgrave Macmillan, Islamphobia in America, The Anatomy in Tolerance, h.3

6


(28)

Sementara menurut Harold D. Laswell, propaganda in broadest sense is the technique of insfluencing human action by the manipulation of representations. And Propaganda pen, solely to the control of public opinion by significant symbols, or to speak more concreatly and less accurately, by the stories, rumours, report, pictures, and others form of social communication7

Propaganda tidak hanya mempengaruhi sikap dan pikiran seseorang. Gerak Propaganda juga dapat mempengaruhi kondisi psikologinya, propagandis mencoba masuk untuk mempengaruhi emosi publik sehingga publik tidak punya kesempatan atau dibuat tidak sempat untuk menggunakan akal sehatnya.

Propaganda tidak hanya menonjolkan tampilan yang menarik perhatian dan mengesankan, tetapi juga kerap menghancurkan struktur emosi masyarakat sambil merusak situasi hingga menimbulkan kepanikan. Semua ini sengaja dirancang untuk membuat target berpaling pada nilai, gagasan atau situasi yang ditawarkan propagandis.8 Bahkan tidak sedikit propaganda dilancarkan untuk menjatuhkan lawan dan untuk menebar kebencian serta permusuhan, mengabaikan kebenaran dan melumpuhkan akal sehat.

2. Teknik-teknik Propaganda.

Film bisa menjadi alat propaganda untuk memperluas jangkauan yang dikehendaki dalam memungkinkan untuk membentuk sikap dan sifat banyak orang secara simultan. Untuk melaksanakan propaganda secara efektif, terlebih dahulu harus mengerti penggunaan teknik propaganda.

7

Nurudin. Komunikasi Propaganda, h. 10 8

Mohammad Shoelhi, Propaganda dalam Komunikasi Internasional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012) h, 27


(29)

16

Untuk melancarkan propaganda, ada beberapa tekniknya, diantara lain:9

a.Name Calling

Name Calling adalah propaganda dengan memberikan sebuah ide atau label buruk. Tujuannya adalah agar orang menolak dan meyaksikan ide tertentu tanpa mengoreksinya atau memerikasanya terlebih dahulu. Salah satu ciri yang melekat pada teknik ini adalah propaganda menggunakan sebutan-sebutan buruk pada lawan guna menjatuhkan seseorang, kelompok, atau golongan tertentu.

b. Glittering Generalities

Glittering Generalities adalah mengasosiasikan sesuatu dengan

suatu “kata bijak” yang digunakan untuk membuat kita menerima dan

menyetujui hal itu tanpa memeriksanya terlebih terdahulu. Teknik ini digunakan untuk menonjolkan propagandis dengan mengidentifikasi dirinya dengan segala apa yang serba luhur dan agung.

c. Transfer

Transfer meliputi kekuasaan, sanksi dan pengaruh sesuatu yang telah dihormati serta dipuja dari hal lain agar membuat sesuatu lebih bisa diterima. Teknik propaganda ini dengan memakai pengaruh seseorang, tokoh, atau negara tertentu yang disegani.

d. Testimonial

Berisi perkataan manusia yang dihormati atau yang dibenci bahwa ide atau progaram adalah baik atau buruk. Propaganda ini

9


(30)

sering digunakan untuk komersial, meskipun bisa juga digunakan dalam kampaye politik.

e. Plain Folk

Plain Folk adalah propaganda dengan menggunakan cara

memberi identifikasi terhadap suatu ide. Teknik ini mengidentifikasi yang dipropagandakan milik atau mengabdi pada komunikan. Misalnya dengan kata-kata milik rakyat atau dari rakyat yang sering diusung oleh salah satu partai.

f. Card Stacking

Card Stacking meliputi seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan ilustrasi atau kebingunan dan masuk akal atau tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik dalam suatu gagasan. Teknik ini bisanya hanya menonjolkan satu sisi saja, baik atau buruknya saja.

3. Film Sebagai Alat Propaganda

Film memiliki pengaruh yang sangat besar dan paling banyak digunakan sebagai alat propaganda, baik secara terang-terangan maupun secara tersirat. Seorang penguasa biasanya akan melakukan propaganda dengan cara apapun agar namanya selalu diingat publik. Mulai dari pidato di depan khalayak, menyebar brosur, turun langsung ke masyarakat, kampanye di surat kabar, televisi, hingga melalui film.

Menurut Fritz Hippler, dibandingkan dengan seni lainnya, film mampu menimbulkan dampak psikologis dan propagandistik yang abadi dan


(31)

18

pengaruhnya sangat kuat karena efeknya tidak hanya melekat pada pikiran, tetapi pada emosi dan bersifat visual sehingga tertanam lebih lama daripada pengaruh yang di dapat dari gereja, sekolah, buku, surat kabar atau radio. 10

Film yang memiliki daya persuasif emosional paling besar ini banyak dipilih oleh propagandis untuk melancarkan kepentingannya. Dalam konteks strategi propaganda, Film sangat diperlukan dalam kampanye indoktrinisasi dalam bentuk apapun. Ditinjau dari faktanya bahwa efek film lebih bertahan lama karena tidak mengenal aktualitas seperti surat kabar.11

Salah satu negara yang banyak melakukan propaganda malalui film adalah Amerika Serikat. Kepahlawanan tentara Amerika Serikat ditunjukkan dalam perang dengan setting Perang Vietnam. Contoh lainnya, film Coming Home, The Deer Hunter, Rambo, Platon, Apocalypse Now,12 dan film yang terbarunya, American Sniper. Film American Sniper mengesankan kepada publik bahwa Islam identik dengan kekerasan dan teror. Islam adalah momok yang menakutkan dan kerap meresahkan warga dunia. Kaum muslim adalah teroris dan pelaku kekerasan atas nama agama. Sementara Amerika ditampilkan sebagai negara pembasmi kekerasan yang rela membela warganya.

10

Mohammad Soelhi, Propganda dalam Komunikasi Internasional, h. 165

11

Moehammad Soelhi, Propaganda dalam Komunikasi Internasional, h. 166

12


(32)

C. Film

1. Pengertian Film

Film atau motion picture ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama untuk memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif.13

Film adalah bentuk seni yang kini mendapat respon paling kuat dari sebagian besar orang, dan dituju orang untuk memperoleh hiburan, ilham dan wawasan. Film memiliki kekuatan besar dalam segi estetika, kerena film menjajarkan dialog, musik, pemadangan dan tidakan bersama-sama secara visual dan naratif.

Layaknya pisau bermata dua, selain menjadi karya seni, sarana pendidikan dan alat penyebar informasi. Film juga berfungsi sebagai alat propaganda dan politik. Kehadirannya bahkan mampu menjangkau semua golongan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Film yang mampu diterima dengan mudah inilah yang kemudian film memiliki potensi lebih besar untuk mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat.

Sementara Film dalam ranah semiotik, film didefinisikan sebagai sebuah teks yang, pada tingkat penanda, terdiri atas serangkaian imaji yang merepresentasikan aktivitas dalam kehidupan nyata. Pada tingkat petanda, film adalah cermin metaforis kehidupan. Jelaslah bahwa topik tentang film dalah salah satu topik sentral dalam semiotika karena genre-genre dalam film

13

Marcel danesi, pengantar memahami semiotika media. (Jogja: Jalasutra, 2010 ) hal 134


(33)

20

merupakan sistem signifikansi yang mendapat respons sebagian besar orang saat ini dan dituju orang untuk memperoleh hiburan, ilham dan wawasan.14

2. Struktur Film

Seperti halnya sebuah karya literatur yang dapat dipecahkan menjadi bab, alinea, dan kalimat, film jenis apapun, panjang atau pendek juga memiliki struktur fisik. Fisik film dapat dipecah menjadi unsur-unsur yaitu, Shot

merupakan unsur terkecil dari film, yakni proses perekaman gambar atau perekaman gambar (satu kali take) sejak kamera diaktifkan hingga dimatikan. Dalam novel, shot bisa diibaratkan satu kalimat. Sekumpulan shot biasanya dapat dikelompokkan menjadi sebuah adegan. Satu adegan bisa berjumlah belasan hingga puluhan shot. Satu shot bisa terdiri dari kurang dari satu detik, beberapa menit, bahkan jam.15

Selanjutnya, adegan (scene) adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi kesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu isi (cerita), tema, karakter, atau motif, satu adegan umumnya terdiri dari beberapa shot yang saling berhubungan, biasanya film cerita terdiri 30 sampai 50 adegan. Struktur yang terkhir adalah sekuen (sequence) adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh atau sequence adalah sebuah rangkaian adegan. Satu

sequence umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan.

14

Marsel Denesi, Pesan, Tanda dan Makna (Jogjakarta: Jalasutra, 2010) h. 119

15


(34)

Dalam karya literatur, sequence bisa diibaratkan bab atau sekumpulan bab. Film cerita bisanya terdiri dari 8-15 sequence.16

3. Ukuran Gambar (Frame Size) pada Film

Frame size adalah ukuran shot untuk memperlihatkan situasi objek bersangkutan. Frame size yang menjadi kekuatan gambar baik dalam film maupun acara audio visual lainnya. Ada dua belas bagian dalam frame size, yaitu, Extreme Close-up (ECU) pengambilan gambar yang menunjukan detail suatu objek seperti hidung, mata, telinga, atau bibir pemain, Big Close-Up (BCU) menonjolkan objek untuk menimbulkan ekspresi tertentu, seperti pengambilan gambar dari batas kepala hingga bahu objek.

Selanjutnya, Close-up (CU) memberikan gambaran objek secara jelas, seperti dari batas kepala sampai leher bagian bawah. Ada juga,

Medium Close-up (MCU) menegaskan profil seseorang dari batas kepala hingga dada atas, Mid Shot (MS) memperlihatkan seseorang dengan sosoknya yakni pengambilan gambar dari kepala hingga sampai pinggang dan Knee Shot (KS) menampilkan sosok objek yakni dari batas kepala hingga lutut.

Adapun pengambilan gambar secara keseluruhan disebut Full Shot (FS) memperlihatkan objek secara penuh dari batas kepala hingga kaki,

Long Shot (LS) memperlihatkan objek dengan latar belakangnya, Medium

Long Shot (MLS) yakni gambar objek diambil dari jarak yang wajar,

16


(35)

22

misalnya terdapat tiga objek maka semuanya akan terlihat sedangkan jika objeknya hanya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut dan

Extreem Long Shot (ELS) gambar yang diambil dari jarak yang sangat jauh. Sehingga latar belakang terlihat nampak jelas. Dengan demikian terlihat posisi objek dengan lingkungan sekitarnya.

D. Teori Analisis Semiotika

1. Pengertian Analisis Semiotika

Semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda. Maka semiotika berarti ilmu yang mempelajari tentang tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi, serta relasi-relasi tanda dalam penggunaannya di dalam masyarakat.17

Analisis Semiotika adalah sebuah kajian mengenai tanda dan simbol yang merupakan tradisi penting dalam pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotika mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan dan apapun yang berada di luar diri. Namun, analisis Semiotika lebih dikenal hanya dengan sebutan Semiologi atau Semiotika saja.

Semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Tanda adalah stimulus yang menandakan atau menunjukan beberapa kondisi lain- seperti ketika ada asap menandakan adanya api. Konsep dasar teori Semiotika yang kedua adalah simbol, yang biasanya menandakan tanda

17

Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hypersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya Makna


(36)

yang kompleks dengan banyak arti yang sangat khusus. Kebanyakan pemikir Semiotik melibatkan ide dasar triad of meaninng yang menegaskan bahwa arti muncul dari hubungan di antara tiga hal, benda (atau yang dituju), manusia (penafsir) dan tanda.18

Banyak tokoh yang menjelaskan tentang paham semiotika, karena semiotika merupakan ilmu yang menunculkan banyak karakter. Ada tiga tokoh yang cukup terkenal teorinya, yakni Charles Sander Pierce, Ferdinand de Saussure dan Roland Barthes.

a. Charles Sander Pierce

Charles Sander Pierce adalah salah satu Filsuf Amerika yang paling orisinil dan multidimensional. Pierce dikenal sebagai ahli semiotik modern

pertama. Bagi pierce tanda adalalah “Is something whish stand somebody for

something in some respect or capacity, sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Pierce disebut ground.19 Sementara itu, Pierce mendefinisikan semiotik sebagai hubungan tanda-tanda, benda dan arti. Tanda tersebut merepresentasikan benda yang ditujuk dalam pikiran si penafsir. 20

Tampak pada definisi Peirce ini peran penafsir/ subjek sebagai bagian tak terpisahkan dari pertandaan. Model triadic Pierce (representamen+objek+interpretan=tanda) memperlihatkan peran besar subjek

18

Stephen W. Littejohn dan Karen A. Foss. Teori Komunikasi, Theories Of Human Communication.( Jakarta: Salemba Humatika, 2009 ) h. 54.

19

Alex sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009) h. 41

20

Stephen W. Littejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi, Theories Of Human Communication, h. l54


(37)

24

dalam proses transformasi bahasa. 21 Representamen adalah sesuatu yang merepresentasikan sesuatu yang lain, objek adalag sesuatu yang direpresentasikan sedangkan interpretan, interpetasi seseorang tentang tanda tertentu.

Atas dasar hubungan itu, Pierce mengadakan kualifikasi tanda. Tanda dibaginya menjadi qualisign, sinsign, legisign. Qualisign adalah kullitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, merdu atau lemah lembut.

Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.

b. Ferdinand De Saussure

Ferdinand de Saussure, tokoh besar asal Swiss ini terkenal akan teorinya tentang tanda bahasa. Dalam catatannya yang kemudian dibukukan (1916) disebutkan lima hal penting, yakni (1) tanda terdiri dari penanda (signifiant) dan petanda (signifie) yang hubungan pemaknaannya didasari oleh konvensi sosial. (2) kerena itu, bahasa merupakan gejala sosial yang bersifat arbitrer serta konvensional dan terdiri dari perangkat kaidah sosial yang disadari bersama (langue) dalam praktik sosial (parole). (3) hubungan antar tanda bersifat sintagmatis (in-praesentia) dan asosiatif (in-absentia) dan (4) bahasa dapat didekati secara diakronis (perkembangannya) atau sinkronis

21

Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya Makna, h. 310


(38)

(sistemnya pada kurun waktu tertentu), (5) sebagai gejala sosial, bahasa terdiri dari dua tataran, yakni kaidah sistem internal (langue) dan praktik sosial (parole). 22

Saussure berpendapat bahwa ada yang namanya penanda dan petanda. Dengan kata lain, penanda dikatakan sebagai bunyi atau coretan yang mempunyai makna. Bisa diartikan aspek material dari bahasa. Contohnya adalah apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang dibaca maupun ditulis. Petanda menurutnya adalah gambaran mental, konsep dan pikiran yang bisa disebut aspek mental dan bahasa. Kedua unsur ini tidak bisa dipisahkan. Saussure menyatakan bahwa penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari selembar kertas.23

c. Roland Barthes

Semiotika milik Roland Barthes (1915-1980) menggambarkan kekuatan penggunaan semiotika untuk membongkar struktur makna yang tersembunyi dalam tontonan, pertunjukan sehari-hari, dan konsep-konsep umum. Secara historis tokoh yang lahir dan dibesarkan di sebelah Barat Daya Prancis ini sering disebut sebagai penerus dari teori Saussurean. Barthes mengembangkan sebuah model relasi antara apa yang disebut sistem, yaitu pembendaharaan tanda (kata, visual, gambar, benda) dan sintagma, yaitu cara pengkombinasian tanda berdasarkan aturan main tertentu.24 Cara pengkombinasian tanda serta aturan yang melandasinya memungkinkan untuk

22

Benny H.Hoed. Semiotik dan dinamika SOSIAL Budaya, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2014) H. 5-6

23

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 39-40

24

Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya Makna,


(39)

26

menghasilkan makna sebuah teks. Oleh karena itu terbentuklah hubungan antara sebuah penandan dan petanda secara konvensi.

Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat penandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna eksplisit, langsung dan pasti.25 Makna denotasi dalam hal ini, adalah makna apa yang tampak. Misalnya foto wajah Jokowi berarti wajah Jokowi yang sesungguhnya.

Konotasi adalah hubungan petanda dan penanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti.26

Gambar 2.1

Sumber: Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.69

Konotasi menciptakan makna-makna tingkat kedua, konotasi identik dengan operasi ideologi, disebutnya sebagai mitos yang berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam periode tertentu.27 Barthes menjelaskan bahwa kunci dari

25

Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya Makna.

H. 304

26

Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya Makna.

H. 304-305

27

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.70-71

1. Signifier (Penanda)

2. Signified (Petanda) 3. Denotative sign (Tanda denotatif)

4.Connotative Signifier (Penanda Konotatif)

5.Connotatieve Signified (Petanda konotatif) 6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)


(40)

analisisnya ada pada konotasi dan denotasi, ia mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari sebuah ekspresi (E) atau

signifier dalam hubungan (R) dengan isi (atau signified) C.28

Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif sehingga kehadiranya tidak disadari. Pembaca mudah sekali membaca makna konotatif sebagai makna denotatif.

Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos adalah perkembangan dari konotasi. Mitos merupakan sitem simiologis, yakni sistem tanda tanda yang dimaknai manusia, pemaknaanya bersifat arbitrer sehingga terbuka untuk berbagai kemungkinan.29 Mitos merupakan konotasi yang terbentuk oleh kekuatan mayoritas yang memberikan konotasi tertentu dalam jangka waktu yang lama. Pengertian mitos pada umumnya tidaklah menunjuk pada mitologi dalam pengertian sehari-hari seperti halnya cerita - cerita tradisional melainkan sebuah cara pemaknaan. Mitos menjadi pegangan atas tanda-tanda yang hadir dan menciptakan fungsinya sebagai penanda pada tingkatan yang lain.

28

Alex sobur, Semiotika Komunikasi, h. 70 29


(41)

28

Semiotika menurut Roland Barthes pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to

sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan

(to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya

membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. 30

30


(42)

29 BAB III

GAMBARAN UMUM FILM AMERICAN SNIPER

A. Sinopsis Film American Sniper

Film American Sniper merupakan kisah nyata yang diangkat dari buku biografi seorang tentara Navy SEAL, Amerika Serikat, Chris Kyle yang berjudul

American Sniper: The Autobiography of the Most Lethal Sniper in U.S. Military

History. Film ini memfokuskan pada kehidupan pribadi Chris sebagai penembak

jitu Amerika. Film yang dirilis Januari 2015 ini menggunakan alur maju mundur yang menampilkan kehidupan Chris di masa kecil. Chris dilahirkan dari keluarga koboi yang sederhana yang dididik dengan sangat disiplin. Sejak kecil, Chris selalu diajak ayahnya untuk berburu dan berlatih menembak. Ia pun diajarkan sang ayah untuk menjadi seorang „anjing pejaga” agar bisa melindungi keluarganya.

Film American Sniper dimulai dengan kumandang adzan saat belum ada adegan di layar. Kemudian, tampil sejumlah prajurit Amerika Serikat dengan seragam dan persenjataan lengkap mengawal kendaraan lapis baja di sebuah kota yang sudah hancur lebur di Irak. Lalu adegan selanjutnya, muncul seorang pria Irak yang mencurigakan yang tengah menelepon. Sadar keberadaannya diketahui Chris, pria itu pergi. Tak lama keluar seorang perempuan dengan hijab lebar berwarna hitam mengandeng seorang laki-laki. Kepada sang anak, perempuan itu menyerahkan sebuah granat dan memerintahkannya berlari ke arah prajurut AS. Chris yang telah mengawasi mereka dari atap gedung langsung mengarahkan senapan ke anak yang mengenakan baju gamis hitam itu.


(43)

30

Di adegan selanjutnya, muncul seorang pria muslim yang berperan sebagai pengantar bom yang hendak membunuh para militer AS. Di dalam film itu juga terdapat kelompok laki-laki muslim yang dengan tega mengebor tubuh seorang anak laki-laki dan menembak ayahnya hingga tewas. Dalam adegan lain, Chris dan istrinya sedang menyaksikan laporan menakutkan Serangan WTC 11 September dari televisi. Melihat berita tersebut membuat Chris marah dan berniat untuk melindungi negaranya dengan cara apapun. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk masuk Navy SEAL. Navy SEAL merupakan unit gabungan dari pasukan militer darat, laut dan udara milik Amerika Serikat. Serangkaian latihan ia ikuti hingga akhirnya Chris ditugaskan di Irak untuk memburu teroris.

Di Film American Sniper, selain Chris, ada juga sniper yang tak kalah jitu darinya. Ia adalah seorang penerima mendali emas, atlet tembak jitu asal Suriah. Dalam Film tersebut seorang atasan Chris berkata kepadanya bahwa dengan membunuh seorang sniper musuh, mareka akan memenangi perang. Akhirnya, penembak jitu yang dimiliki Irak itu pun mati di tangan Chris. Dengan jarak yang sangat jauh, Chris mampu menembak sniper Irak yang bersembunyi diatas gedung tinggi. Chris yang sangat mahir menembak dan paling banyak membunuh musuh itu membuat namanya sangat dikenal dan diagung-agungkan negaranya. Dalam empat kali perang di Irak, Chris berhasil membunuh 225 orang dan secara resmi diakui oleh Pentagin sebanyak 160 warga. Itulah yang menyebabkan Chris dianggap sebagai sebagai sniper mematikan dan pahlawan untuk negaranya.

Selain tentang peperangan antara Amerika dan Irak. Film ini juga mengisahkan sisi hidup Chris lainnya. Dalam film yang masuk dalam tujuh nominasi Piala Oscar itu Chris diceritakan sebagai sosok tentara yang sangat


(44)

menyayangi keluarganya. Beberapa kali ia dihadapai dua pilihan, antara keluarga atau membela negaranya. Karena jiwa patriotismenya yang tinggi, Chris pun memutuskan untuk ikut berperang dan meninggalkan istrinya yang sedang hamil tua.

Diakhir cerita, Chris memutuskan untuk berhenti dari Navy SEAL dan kembali kepada isteri dan ketiga buah hatinya. Namun, keputusannya itu mengakibatkan Chris mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Untuk mengisi waktu luangnya, Chris memberikan latihan menembak kapada para veteran perang yang mengalami cedera atau cacat. Di scene paling akhir, Chris dikabarkan mati ditembak oleh salah satu veteran yang juga menjadi anak didiknya. Sayangnya, tim produksi American Sniper memutuskan untuk tidak membuat adegan saat karakter utama Chris menemui ajalnya di lapangan tembak Texas pada 2013. Film ini ditutup dengan menayangkan video dokumenter kematian Chris. Kepergiannya meninggalkan keharuan yang sangat mendalam bagi keluarga, rakyat serta negara Amerika. Ribuan orang terlihat ikut mengiringi Chris saat hendak diberangkatkan ke pemakaman.

Selain mendulang kesuksesan, film ini juga menjadi kontroversi kerena dianggap sebagai bentuk propaganda Amerika terhadap Islam.

B. Navy SEAL

U.S Navy SEAL (The United States Navy Sea, Air, and Land) merupakan unit gabungan dari pasukan militer darat, laut dan udara milik Amerika Serikat. Pasukan itu dibentuk secara khusus untuk melakukan operasi tempur non konvensional, pertahanan dalam negeri, serangan langsung, memburu terorisme,


(45)

32

dan operasi khusus lainnya. Pasukan elit ini merupakan bagian dari Komando Perang Khusus Naval dan juga komponen regu maritim AS; Komando Operasi militer Khusus AS yang dibentuk pada 1943.1

Dalam memerangi aksi teror, Pasukan SEAL telah dipersenjatai dengan peralatan dan senjata super canggih untuk mendukung operasional mereka di lapangan. Termasuk aksi penumpasan langsung, penyelamatan sandera, Anti-Teror, pengintaian dan penyusupan khusus, perang luar biasa, dan operasi pertahanan keamanan di dalam maupun di luar negeri. Pasukan yang dimiliki Amerika ini terkenal dengan operasi militer mereka yang hebat. Kehebatan mereka salah satunya didapat dari latihan yang mereka sebut dengan Hell Week. Latihan ini banyak membuat anggota Navy SEALs berhenti atau menimbulkan dendam. 2

Latihan-latihan mereka antara lain mulai dari membawa kayu besar naik turun sampai dengan berendam di laut dingin dengan tangan diborgol. Mereka dibiarkan di laut kemudian dicek hipotermianya setiap 15 sekali lalu ditinggalkan kembali. Selama latihan ini, mereka didera dengan rentetan bertubi-tubi atau ledakan di mana-mana tanpa mereka tahu kapan dan di mana. Bahkan dalam latihan yang cuma seminggu ini, mereka diberi waktu hanya 4 jam untuk tidur.3

1

Military.com “What is The Navy SEAL?” diakses pada 12 Mei 2015 pukul 14.13 WIB di http://www.military.com/special-operations/what-is-a-navy-seal.html

2Mustiana Lestari, “7 Pasukan Elite Dunia dengan Latihan Paling Sadis”, diakses pada 7

mei 2015 pukul 18:24 WIB, dari http://www.merdeka.com/peristiwa/7-pasukan-elite-dunia-dengan-latihan-paling-sadis/navy-seals.html

3

Mustiana Lestari, “7 Pasukan Elite Dunia dengan Latihan PalingSadis”, diakses pada 7 mei 2015 pukul 18:24 WIB.


(46)

Mereka juga dilatih untuk menjalankan tugas spesifik dalam kondisi dan lingkungan yang tidak bersahabat, dan meyediakan pertempuran di segala medan. Mereka yang terpilih menjadi anggota Navy SEAL dilantik setelah menyelesaikan pendidikan dasar Basic Underwater Demolition SEAL (BUD/S) dan program khusus yang disebut SEAL Qualification Training (STQ), baru kemudian berhak menyandang bed khusus the SEAL Trident. Bed ini merupakan tanda pengenal buat anggota SEAL dalam pertempuran bersama dengan unit pasukan khusus lainnya. Pendidikan BUD/S berlangsung selama 6 bulan. Setelah menyelesaikan pendidikan ini, kandidat Navy SEALs juga akan memperoleh wing terjun. Kandidat yang lulus pendidikan ini otomatis akan melanjutkan ke program SQT selama 15 minggu.4

C. Profil Chris Kyle

Gambar 3.1

American Sniper merupakan film bergendre perang yang diambil dari kisah nyata seorang penembak jitu asal America Serikat, Chris Kyle. Pemilik nama lengkap Chrisopher Scott Kyle merupakan anggota militer dari satuan Navy

4

Military.com “What is The Navy SEAL?” diakses pada 12 Mei 2015 pukul 14.13 WIB


(47)

34

SEAL. Chris lahir pada 8 April 1974 di Odesa, Texas.5 Ia tinggal bersama ayah dan ibunya. Ayahnnya, Wayne Kenneth yang bekerja sebagai guru sekolah minggu dan diakon gereja. Sedangkan Ibunya, Debby Lynn hanya seorang ibu rumah tangga. 6

Sejak kecil, Chris sudah diajari menembak dengan senapan bolt-action 30-06 Springfield milik ayahnya. Setiap akhir pekan, ia selalu diajak berburu burung atau rusa di hutan.7 Dari situlah awal perkenalan Chris dengan senapan laras panjang itu. Chris yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara selalu didoktrin ayahnya untuk menjadi pelindung keluarga. Ayah Chris selalu mengatakan, Chris harus tumbuh menjadi seorang pejaga jika ada sesuatu yang terjadi pada keluarganya.

Chris mengenyam kuliah di Midlothian, Texas, di mana dia memiliki minat yang baik pada dunia olahraga, terlebih sepak bola dan bisbol. Lulus kuliah, Chris mencoba peruntungan sebagai olahragawan Rodeo, alias penunggang kuda liar. Rodeo merupakan olahraga populer di Texas dan sekitarnya. Sayangnya, Chris terpaksa berhenti setelah dia mengalami cidera patah tangan saat sedang bertanding. Di tengah masa-masa perawatannya, Chris terpikir bahwa jika sembuh, dia ingin mendaftarkan diri ke dunia militer. Mengingat selama ini Chris menyukai olahraga dan kerja-kerja fisik. Benar saja, setelah sembuh, Chris mengajukan lamaran ke Korps Marinir dengan spesifikasi operasi khusus. Namun

5Biography.com “Chris Kyle, US Navy SEAL (1974

-2013)” diakses pada 12 Mei 2015 pukul 15: 08 di http://www.biography.com/people/chris-kyle

6Historyorbit.com “The Untold Story of Chris Keyle tha

American Sniper” diakses pada

12 Mei 2015 pukul 15: 19 http://www.historyinorbit.com/the-untold-story-of-chris-kyle-the-american-sniper/

7

Historyorbit.com, “The Untold Story of Chris Keyle tha American Sniper” di


(48)

sayang, dia ditolak karena fisik Chris dianggap tidak sehat karena terdapat logam platina (pen) di dalam lengannya.

Meski ditolak, Chris tidak putus asa. Dia pun tak sengaja bertemu dengan seorang anggota Angkatan Laut yang mengajaknya bergabung dengan Navy SEAL. BUDS (Basic Underwater Demolition SEAL) memanggilnya untuk menjalani test dan kemudian sekolah lanjutan. Masa camp pelatihannya, Chris banyak mendapat sorotan, terutama dalam hal keahlian menembak. Tahun 1999, Chris resmi bergabung di Angkatan Laut Amerika.8

Pada tahun 2001, Chris berkenalan dengan Taya Renae, seorang perempuan cantik asal Lake Oswego, Oregon. Tak lama berpacaran, mereka pun langsung memutuskan untuk menikah. Pernikahan mereka menghasilkan dua anak laki-laki dan satu anak perempuan.

Dinas pertamanya di SEAL, Chris masuk dalam team III Sniper Elemen Charlie, sebuah team yang masuk dalam pleton Warfare Command Naval Special. Pleton ini kemudian bertugas dalam perang Irak.9 Incaran senapan jitunya dihitung sejak pertama kali menembak seorang perempuan yang berjalan cepat mendekati posisi sekelompok Marinir sembari membawa geranat di tangannya.

Ramadi adalah kota yang paling membuat reputasi penembakannya meningkat pesat. Di kota itu, senapannya banyak memakan korban. Membunuh bagi Chris merupakan hal yang sangat mudah. "After the first kill, the others come easy." Pihak musuh menamai Chris sebagai "The Devil of Ramadi". Pada tahun 2008, di pinggiran kota Sadr, Chris menembak seorang pejuang Irak yang hampir

8

ChrisKyleamericansniper.info “Chris Kyle American Sniper” diakses pada 12 Mei 2015 pukul 15:26 WIB di http://www.chriskyleamericansniper.info/

9 “Chris Kyle

American Sniper” diakses pada 12 Mei 2015 pada 15:32


(49)

36

meluncurkan granat ke arah tentara Amerika hanya dengan satu tembakan dari 0,338 Lapua Magnum-Chambered McMillan TAC-338. Padahal jarak sasaran berada di posisi sekitar 2.100 meter.10

Menurut hitungan pentagon, Chris telah membunuh sedikitnya 160 orang pihak lawan. Jumlah tersebut belum termasuk yang tidak dapat dihitung karena kondisi tertentu.11 Chris tewas tertembak di usianya yang menginjak 38 tahun. Chris tewas ditembak di tangan seorang veteran marinir yang juga anak didiknya di lapangan tembak Texas, pada 2 Februari 2013 silam.

D. Profil Surtadara Film American Sniper

Gambar 3.2

Pria pemilik nama Clinton Eastwood Jr. Ini lahir di San Francisco, California, AS, 31 Mei 1930. Nama Eastwood semakin terkenal sebagai aktor setelah berperan sebagai Harry Callahan dalam film serial Dirty Harry (1977) juga perannya sebagai Man with No Name dalam film Dollars Trilogy. Selain pandai berakting, Eastwood juga mampu menjadi seorang sutradara, banyak film

10

Biography.com. diakses pada 12 Mei 2015 pukul 15:47 WIB

11 “Chris Kyle

American Sniper” diakses pada 12 Mei 2015 pada 15:32


(50)

yang sudah ia sutradarai, diantaranya Unforgiven, Mystic River, Million Dollar Baby dan The Changeling. Eastwood mengawali karirnya dengan membintangi film berbuget rendah, Revenge Of The Creature, Tarantula dan Francis In The Navy. Berikutnya pada 1956, ia disibukan dengan syuting serial TV, Rawhide (1959-1966). Menyusul kemudian film-film suksesnya, di antaranya The Outlaw Josey Wales, Escape From Alcatraz (1979), Play Misty For Me (1971), In The Line Of Fire (1993) dan lain-lain.12

Filmnya buatannya pun banyak diapresiasi warga AS, kesuksesan itu pula yang membawa karya-karya Eastwood meraih piala Oscar. Beberapa film di antaranya, Unforgiven (1992) yang memenangkan kategori Best Picture, Best Director dan nominasi Best Actor di Piala Oscar. Begitupun filmnya Million Dollar Baby (2004), juga berhasil meraih Best Picture, Best Director dan nominasi Best Actor Oscar.13

Sementara filmnya Letters From Iwo Jima (2006) berhasil masuk nominasi Oscar untuk Best Picture dan Best Director Oscar dan Mystic River

(2003) hanya berhasil masuk nominasi Best Director Oscar. Kesuksesan Easwood

pun kembali pada April 2015. Film American Sniper yang ia sutradarai itu mampu masuk dalam tujuh kategori penghargaan Oscar dan memenangkan beberapa kategori dalam banyak penghargaan. 14

Sebagai sutradara, pria berusia 84 tahun ini sudah menerima bannyak penghargaan antara lain dua piala Oscar, dua Directors Guild of America (DGA)

12 “Clint Easwood” diakses pada 7 Mei 2015 pukul 16: 07 WIB dari

http://www.biography.com/people/clint-eastwood-9283502

13Reino Ezra, “Lihat Film

-film Tersukses Eastwood Sebelum American Sniper” diakses

pada 18 Mei pukul 15:26 WIB dari http://www.muvila.com/movies/featu red/lihat-film-film-tersukses-clint-eastwood-sebelum-american-sniper -150311b-page1.html

14Kapanlagi.com “Profil Clint Easwood” diakses pada 7 Mei

2015 pukul 16:21 WIB di http://www.kapanlagi.com/hollywood/c/clint_eastwood/


(51)

38

Award, tiga Golden Globe Award, juga sebuah penghargaan khusus Golden Coach Award dari Cannes Film Festival. Itu belum dihitung nominasi yang didapatnya di berbagai ajang di negara lain, seperti Cesar Award di Perancis dan Japan Academy Prize.15

E. Profil Pemeran Chris Kyle (Bradley Cooper) Gambar 3.3

Bradley Charles Cooper merupakan artis film dan serial televisi Amerika Serikat yang lahir di Philadelphia, Pennsylvanis pada 5 Januari 1975. Ibu Bradley Cooper yang bernama Gloria adalah seorang campuran Italia-Amerika sedangakan Ayahnya, Charlie Cooper masih memiliki darah Iran-Amerika.16 Setelah lulus dari Germantown Academy pada 1993 dia melanjutkan pendidikannya ke Villanova University selama satu tahun kemudian pindah ke Georgetown University dan lulus pada 1997. Dia pernah tinggal di perancis selama 6 bulan. Setelah itu dia belajar di Actor Studio Drama School dan

15Reino Ezra, “Lihat Film

-film Tersukses Eastwood Sebelum American Sniper” diakses

pada 18 Mei pukul 15:26 WIB

16 Kapanlagi.com, “Bradley Cooper” diakses pada 12 Mei 2015 pukul 15. 35 WIB di


(52)

berakting dalam episode-episode Inside The Actor Studio sebagai Steven Spielberg, Ron Howard, Robert De Niro, Jack Lemmon, dan Clint Eastwood.17

Cooper memulai debut karirnya sebagai bintang tamu di serial televisi Sex

and the City pada tahun 1998. Ia pun semakin terkenal setelah membintangi film

berjudul Cooper. Kemampuan akting Cooper pun meningkat setelah membintangi film Wedding Crashers. Tak hanya pandai berakting, Cooper pun menjajal kemampuannya sebagai pembawa acara Globe Trekker. Seakan tak pernah puas dalam berakting, ia mencoba berperan dalam film komedi berjudul Wedding Crashesh dan Failure to Launch sebagai Matthew McConaughey. Maret 2006 , Cooper mengasah kembali kemampuan aktingnya dalam Three Days Of Rain

bersama Julia Roberts dan Paul Rudd di teater Bernard B Jacobs. Tak hanya berakting, Cooper pun mulai membuat sebuah film, film pertamanya rilis pada tahun 2001 dengan judul Wet Hot American Summer.18

Kerja kerasnya dalam berakting pun membuahkan hasil, Cooper mampu membawa namanya masuk dalam tujuh nominasi piala Oscar pada tahun 2013, beberapa diantaranya sebagai Aktris pendukung terbaik dan Actrees in a Leading role. Ia pun berhasil membawa pulang Aktor pendukung terbaik dalam film Silver Linings Playbook. Kesuksesannya juga terjadi pada film American Hustle di era 70-an. Ia juga berhasil memenangkan kategori Aktor pendukung terbaik. Di April 2015, ia kembali menerima penghargaan bergengsi tersebut. Aktingnya sebagai Chris dalam film American Sniper masuk dalam kategori Aktor terbaik.19

17

Kapanlagi.com , “Bradley Cooper” diakses pada 12 Mei 2015 pukul 15. 35 WIB 18

Biography.com “Bradley Cooper” diakses pada 7 Mei 2015 pukul 15:03 WIB di http://www.biography.com/people/bradley-cooper-547062


(53)

40

F. Tim Produksi American Sniper

Film American Sniper merupakan film drama perang yang diambil dari buku biografi seorang anggota militer Navy SEAL, Chris Kyle yang berjudul

American Sniper: The Autobiography of the Most Lethal Sniper in U.S. Military History yang ditulis pada tahun 2012. Berikut tim produksi film American Sniper:

Jenis Film : Action, Biografi

Produser : Andrew Lazar, Clint Easwood, Robert Lorenz, Peter Morgan, Bradley Cooper

Produksi : Warner Bros Picture Homepage : americansnipermovie.com Sutradara : Clint Easwood

Penulis Cerita : Janson Dean Hall20 Music editor : Joseph S. DeBeasi

Pemain : Bradley Cooper sebagai Chris Kyle Sienna Miller sebagai Taya Kyle Luke Grimes sebagai Marc Lee Kyle Gallner sebagai Goat-Winston Sam Jaeger sebagai Kapten Martens

Jake McDorman sebagai Ryan “Biggles” Job

Cory Hardrict sebagai „D‟ atau Dandridge

Navid Negahban sebagai Sheikh Al-Obodi Eric Close sebagai Agen DIA Snead

20

21 cinaplex.com “American SniperMovie” diakses pada 7 Mei 2015 pukul 13.48 WIB


(54)

41 BAB IV

ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Film merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual. Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, juga politik dan propaganda. Film dapat mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan pesan dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas alasan bahwa film adalah potret dari masyarakat di mana film itu dibuat.1

Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti mencoba mencari pesan propaganda yang tersirat dalam film American Sniper, mencari makna denotasi, konotasi dan mitos, serta mencoba mencari tahu teknik propaganda apa yang digunakan film American Sniper dalam menyebarkan pesan ke penontonnya.

A. Pesan Propaganda dalam Film American Sniper

Dibandingkan dengan seni lainnya, film mampu menimbulkan dampak psikologis dan propagandistik yang abadi dan pengaruhnya sangat kuat karena efeknya tidak hanya melekat pada pikiran, tetapi pada emosi dan bersifat visual sehingga tertanam lebih lama daripada pengaruh yang di dapat dari tempat ibadah, sekolah, buku, surat kabar atau radio.

Adapun pesan propaganda yang disampaikan dalam film tersebut adalah Islam sebagai teroris, Chris Kyle sebagai pahlawan yang taat pada negara dan

1


(55)

42

agamanya, Amerika sebagai korban perang, Warga Irak dan Islam sebagai predator dan sebutan-sebutan negatif untuk orang Islam lainnya.

B. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos Pada Film American Sniper.

Pesan propaganda pada film American Sniper dapat dijelaskan dengan menggunakan pisau analisis Semiotik Roland Barthes yang menunjukan pada makna denotatif, konotatif, dan mitos yang terkandung dalam film yang diteliti. Berikut penjelasannya:

a. Islam adalah teroris

Potongan-potongan adegan dalam film American Sniper ini menggambarkan Islam sebagai teroris atau agama yang melahirkan teroris. Sutradara maupun pembuat skenario film mencoba menyebarkan propaganda bahwa Islam maupun muslim adalah agama yang menganut kekerasan. Pesan propaganda itu sudah bisa dilihat dari awal film tersebut melalui visual maupun percakapan. Berikut potongan-potongan adegan pada Film American Sniper yang mengandung pesan bahwa Islam adalah teroris.


(56)

Tabel 4.1

Pesan Visual Dialog/Suara Type of Shot

Gambar 1: Seorang wanita memberikan granat pada anak laki-lakinya.

Chris Kyle: aku melihat ada seorang wanita dan anak kecil jalan 180 meter menuju konvoi. Dia membawa granat. Granat RKG Rusia. Dia memberikannya pada anak itu.

Medium long

shot. Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut hingga ke atas. Tubuh manusia dengan

lingkungan sekitar relatif seimbang.

Gambar 2: anak kecil berlari ke arah tentara Amerika setelah diberikan granat oleh ibunya

Tidak ada dialog. (suara sunyi)

Long shot,

menunjukan tempat atau kondisi di mana adegan ini berada, fisik manusia dan latar terlihat. Fungisnnya memperlihatkan objek dengan latar

belakangnya. Gambar 3 : Kyle menyaksikan siaran berita

di televisi. Berita tersebut menayangkan hancurnya kantor kedutaan AS di Tanzania dan Kairobi, Kenya.

Anchor: Malam

tadi terjadi sebuah ledakan. Ledakan tersebut menghancurkan keduataan AS di Tanzania dan Kairobi, Kenya. Mereka jelas ingin menyatakan perang kepada Amerika Serikat. Dalam ledakan tersebut, lebih dari 80 orang

Close-up

berfungsi memperlihatkan ekspresi wajah atau bentuk benda atau

detail gambar.

Close-up

bisanya digunakan untuk adegan dialog yang lebih intim.


(57)

44

tewas dan 170 orang mengalami luka.

Gambar 4: salah satu anggota siap diturunkan di medan peperangan, Irak. Hal itu ia lakukan untuk melindungi AS dari serangan teroris.

Instuktur:

beberapa hari lagi kita akan perang. Apa kalian siap? Anggota militer: siap instuktur Tony. Negara ini luas. Aku ke sini untuk membunuh Teroris!

Medium Close-up, tipe shot

jenis ini paling sering

digunakan dalam adegan percakapan. (salah satu anggota Navy SEAL ditanyai kesiapannya menjelang perang Irak)

Gambar 5: Chris Kyle dan Istri menyaksikan berita hancurnya menara kembar, World Trade Center pada 11

September 2001.

Anchor: terlihat pesawat pertama dari sisi timur.

Dan dia

menghantam gedung. Asap keluar dari sisi lain menara. Sementara, gedung

pemerintahan di Washington di evakuasi.

Close-up

berfungsi memperlihatkan ekspresi wajah atau bentuk benda atau

detail gambar.

Close-up

biasanya digunakan untuk adegan dialog yang lebih intim Gambar 6: terjadi pengulangan. Seorang

wanita dengan jilbab hitam memberikan sebuah granat pada seorang anak laki-laki.

Tidak ada dialog Medium long shot. Pada jarak ini, tubuh manusia terlihat dari bawah lutut hingga ke atas. Tubuh manusia dengan

lingkungan sekitar relatif seimbang.


(58)

Gambar 7: Chris Kyle menembak seorang anak laki-laki yang hendak melempar granat ke arah barisan militer Amerika Serikat.

Tidak ada dialog. (Terdengar suara tembakan dari senapan Chris)

Medium long

shot. Pada jarak ini, tubuh manusia terlihat dari bawah lutut hingga ke atas. Tubuh manusia dengan

lingkungan sekitar relatif seimbang.

Gambar 8: Setelah anaknya mati tertembak, perempuan berjilbab itu mengambil granat dari anak laki-laki dan berlari ke arah militer Amerika Serikat

Tidak ada dialog. (suata senyap)

Medium long

shot. Pada jarak ini, tubuh manusia terlihat dari bawah lutut hingga ke atas. Tubuh manusia dengan

lingkungan sekitar relatif seimbang.

Gambar 9: Chris Kyle melepaskan tembakan ke perempuan yang hendak melemparkan granat ke militer Amerika Serikat.

Tidak ada dialog. (terdengar suara tembakan dari Chris)

Extreme long

shot,

menggambarka n sebuah objek yang sangat jauh.


(1)

11/9 dengan invasi Amerika terhadap Irak. Teknik ini digunakan agar penonton percaya bahwa invasi AS bukanlah tanpa alasan, apa yang AS lakukan semata-mata untuk mencari teroris yang bersembunyi di Irak. Padahal, alasan tersebut hanya cara AS agar bisa masuk ke Irak dan melakukan menginvasi besar-besaran.

Dalam film ini, penggambaran Irak dan Islam banyak sekali yang menyimpang. Film ini dengan sengaja membuat Chris Kyle dan Amerika sebagai tokoh protagonis, sementara Irak dan Islam sebagai tokoh yang antagonis. Film ini secara tidak langsung menyampaikan pesan buruk di mata penonton terhadap Irak dan Islam

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran agar dapat dijadikan bahan pertimbangan serta evaluasi terhadap film American Sniper. Saran-saran ini ditujukan penulis kepada:

1. Pembuat Film

Sebuah film tidak seharusnya tidak menyinggung sebuah suku, ras, budaya, apalagi agama. Karena penonton atau audience dari sebuah film bersifat heterogen, maka pembuat film harus hati-hati dalam memasukkan unsur-unsur suku, ras, budaya, maupun agama ke dalam film tersebut. Selain itu, sebaiknya film tidak memiliki unsur politik apapun dan film harus memberikan porsi yang seimbang jika film tersebut menyangkut tentang dua pihak.


(2)

94

2. Penonton/Audience

Sebelum menonton sebuah film, penonton harus siap disuguhi dengan penggambaran akan sebuah realitas yang dibuat oleh pihak pembuat film. Penonton juga tidak boleh menelan bulat-bulat apa yang disuguhkan film tersebut. Alangkah baiknya penonton mengkaji ulang pesan-pesan yang ada dalam sebuah film. Karena sejatinya film bukanlah pemindahan realitas yang ada ke dalam layar karena pembuat film selalu memasukkan nilai-nilai ideologi yang dimilikinya ke dalam realitas-realitas tersebut.

3. Universitas

Pihak universitas sebagai lembaga akademik seharusnya mampu menyediakan sarana yang memadai untuk mendukung perkuliahan khususnya di bidang perfilman. Baik itu dari segi pengajar, buku-buku, maupun fasilitas perlengkapan dalam membuat film jika diperlukan. Agar mahasiswa yang tertarik dalam dunia perfilman memiliki wadah untuk menyalurkan hobi maupun bakatnya untuk dapat membuat film-film yang berkualitas.


(3)

95

DAFTAR PUSTAKA

Baskin, Askurifai, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.

Danesi, Marcel, pengantar memahami semiotika media. Jogja: Jalasutra, 2010. Al-Anshari, Fauzan, Terorisme dan Konspirasi Anti Islam, Jakarta:Al

Kautsar,2002

Hedropriyono, Terorisme, Fundamentalisme, Kristen, Yahudi, Islam, Jakarta:Kompas Gramedia, 2009.

H.Hoed, Benny. Semiotik dan dinamika Sosial Budaya, Jakarta: Komunitas Bambu, 2014.

Macmillan, Palgrave, Islamphobia in America, The Anatomy in Tolerance, United State: Martim‟s Press, 2013.

Moelong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda karya,1997.

M. Zainuddin, Mashuri dan, Metodelogi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif Malang: Refika Aditama, 2008.

Nurudin, Komunikasi Propaganda. Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2008. Piliang, Yasraf Ami, Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya dan Matinnya

Makna, Bandung:Pustaka Matahari,2012.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2008.

P.Thomson, Allen’s Islamphobia and The British New Media: A critical evaluation of Isamphobia as a concept and its application to the written news media in Britain between 2001 and 2008, University of Wales: Trinity Saint David, 2013.

Shoelhi, Mohammad, Propaganda dalam Komunikasi Internasional, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012.

Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009. Pratista, Himawan, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2009.

Siroj, Said Aqil, Tasawuf Sebagai Keritik Sosial mengedepankan Islam sebagai Inspirasi bukan aspirasi, Bandung : Mizan Pustaka, 2006.


(4)

96

W. Littejohn, Stephen dan Karen A. Foss. Teori Komunikasi, Theories Of Human Communication. Jakarta: Salemba Humatika, 2009.

Sumber Lain:

21 cinaplex.com “American Sniper Movie” diakses pada 7 Mei 2015 pukul 13.48

WIB di

http://www.21cineplex.com/american-sniper-movie,3788,15ASNR.htm

Biography.com “Chris Kyle, US Navy SEAL (1974-2013)” diakses pada 12 Mei

2015 dari http://www.biography.com/people/chris-kyle

ChrisKyleamericansniper.info “Chris Kyle American Sniper” diakses pada 12 Mei 2015 dari http://www.chriskyleamericansniper.info/

“Clint Easwood” diakses pada 7 Mei 2015 dari

http://www.biography.com/people/clint-eastwood-9283502

Duckworth, Courtney, How Accurate Is American Sniper? Diakses pada Sabtu, 19 Juni 2015 pukul 11: 17 WIB di www.slate.com

Dhani, Arman, Kontrovesrsi film American Sniper, diakses pada Sabtu, 19 Juni 2015 pukul 12.13 WIB di www.geotimes.com

Ezra, Reino, “Lihat Film-film Tersukses Eastwood Sebelum American Sniper

diakses pada 18 Mei 2015 dari

http://www.muvila.com/movies/featured/lihat-film-film-tersukses-clint-eastwood-sebelum-american-sniper-150311b-page1.html

Harian Indoprogress, „Islamphobia dan Politik Imperialistik AS‟ diakses pada 13 Mei 2015 dari http://indoprogress.com/2014/01/islamophobia-dan-politik-imperialistik-as/

Historyorbit.com “The Untold Story of Chris Keyle tha American Sniper” diakses pada 12 Mei 2015 dari http://www.historyinorbit.com/the-untold-story-of-chris-kyle-the-american-sniper/

“Hollywood, Penebar Kekerasan dan Kebencian Terhadap Umat Islam” artikel

diakses pada Minggu, 08 Maret 2015

http://indonesian.irib.ir/ranah/sosialita/item/92277-hollywood,-penebar-kekerasan-dan-kebencian-terhadap-umat-islam

Kapanlagi.com “Profil Clint Easwood” diakses pada 7 Mei 2015 pukul 16:21 WIB di http://www.kapanlagi.com/hollywood/c/clint_eastwood/


(5)

Kawilarang, Renne RA., 11-09-2001=Tragedi 9/11 diakses pada Sabtu, 19 Juni 2015 pukul 11:29 WIB di www.vivanews.co.id

Lestari, Mustiana, “7 Pasukan Elite Dunia dengan Latihan Paling Sadis”, diakses pada 7 mei 2015 dari http://www.merdeka.com/peristiwa/7-pasukan-elite-dunia-dengan-latihan-paling-sadis/navy-seals.html

Military.com “What is The Navy SEAL?” diakses pada 12 Mei 2015 dari http://www.military.com/special-operations/what-is-a-navy-seal.html


(6)