PENDAHULUAN Analisis Semiotik Propaganda Perang Amerika-Irak Dalam Film American Sniper
dan keberadaan mereka sebagai warga tidak diperhatikan.
2
Islamfobia terbagi menjadi dua level yakni, level institusional dan individual. Secara institusional
Islamofobia mewujud pada kebijakan polisi yang melakukan tindakan pengawasan surveillance terhadap individu-individu maupun kelompok-
kelompok muslim, baik di kampus maupun di lingkungan tempat tinggalnya; infiltrasi intelijen oleh FBI terhadap individu, keluarga, maupun organisasi Islam
yang diduga memiliki jaringan dengan kelompok teroris luar negeri; proses pengadilan yang bertentangan dengan konsitutisi terhadap terduga teroris;
penelusuran aliran keuangan individu dan kelompok-kelompok Muslim, serta penggambaran media media profiling yang sangat bias secara intensif dan
sistematis pada tingkat nasional. Sementara itu, secara individual warga Muslim juga mengalami diskriminasi, mulai dari caci-maki hate speech hingga tindakan
pemukulan, pengrusakan masjid, dan penembakan yang berujung kematian.
3
Munculnya propaganda anti-Islam di Barat memiliki hubungan dengan aktivis sayap kanan Amerika Serikat. Ia merupakan kelompok yang menyatakan
bahwa Islam bukanlah Agama dan tidak memiliki hak sebagai warga negara. Mereka juga beranggapan bahwa semua Muslim berbahaya dan kebebasan harus
dipertahankan dengan cara mengambil kebebasan umat Muslim. Laporan dari Center for American Progress, pada tahun 2001 hingga 2009,
tercatat ada tujuh yayasan sayap kanan yang telah memberikan lebih dari 40 juta untuk menyebarkan virus Islamophobia. Tujuh yayasan tersebut berada di bawah
2
P.Thomson, Allen’s Islamphobia and The British New Media: A critical evaluation of
Isamphobia as a concept and its application to the written news media in Britain between 2001 and 2008
University of Wales: Trinity Saint David, 2013 h. 6-7
3
Harian Indoprogress , „Islamphobia dan Politik Imperialistik AS’ diakses pada 13 Mei
2015 pukul 14:37 WIB dari http:indoprogress.com201401Islamophobia-dan-politik-
imperialistik-as
pimpinan Frank Gaffney, David Yerushalmi, Daniel Pipes, Robert Spancer dan Steven Emerson. Biasanya mereka menggunakan cara-cara formal, seperti dengan
menyebar kebencian melalui laman internet, blog, berita ataupun film yang telah dirancang secara sistematis dengan menguatkan pesan anti-Islam.
4
Melalui penyebaran kebencian seperti itulah yang mempengaruhi persepsi warga Amerika Serikat terhadap Islam. Sebelum tahun 2001, 25 orang Amerika
percaya Islam adalah agama yang penuh kekerasan dan membolehkan melakukan tindak kekerasan, sementara 51 persen tidak setuju dengan posisi itu. Namun hal
itu berbalik setelah peristiwa 119 2001, 40 persen mengatakan bahwa Islam mendorong kekerasan, sementara 42 persen tidak melakukan kekerasan.
5