Film Sebagai Alat Propaganda

merupakan sistem signifikansi yang mendapat respons sebagian besar orang saat ini dan dituju orang untuk memperoleh hiburan, ilham dan wawasan. 14

2. Struktur Film

Seperti halnya sebuah karya literatur yang dapat dipecahkan menjadi bab, alinea, dan kalimat, film jenis apapun, panjang atau pendek juga memiliki struktur fisik. Fisik film dapat dipecah menjadi unsur-unsur yaitu, Shot merupakan unsur terkecil dari film, yakni proses perekaman gambar atau perekaman gambar satu kali take sejak kamera diaktifkan hingga dimatikan. Dalam novel, shot bisa diibaratkan satu kalimat. Sekumpulan shot biasanya dapat dikelompokkan menjadi sebuah adegan. Satu adegan bisa berjumlah belasan hingga puluhan shot. Satu shot bisa terdiri dari kurang dari satu detik, beberapa menit, bahkan jam. 15 Selanjutnya, adegan scene adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi kesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu isi cerita, tema, karakter, atau motif, satu adegan umumnya terdiri dari beberapa shot yang saling berhubungan, biasanya film cerita terdiri 30 sampai 50 adegan. Struktur yang terkhir adalah sekuen sequence adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh atau sequence adalah sebuah rangkaian adegan. Satu sequence umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan. 14 Marsel Denesi, Pesan, Tanda dan Makna Jogjakarta: Jalasutra, 2010 h. 119 15 Himawan Pratista, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2009 h. 29-30 Dalam karya literatur, sequence bisa diibaratkan bab atau sekumpulan bab. Film cerita bisanya terdiri dari 8-15 sequence. 16

3. Ukuran Gambar Frame Size pada Film

Frame size adalah ukuran shot untuk memperlihatkan situasi objek bersangkutan. Frame size yang menjadi kekuatan gambar baik dalam film maupun acara audio visual lainnya. Ada dua belas bagian dalam frame size , yaitu, Extreme Close-up ECU pengambilan gambar yang menunjukan detail suatu objek seperti hidung, mata, telinga, atau bibir pemain, Big Close-Up BCU menonjolkan objek untuk menimbulkan ekspresi tertentu, seperti pengambilan gambar dari batas kepala hingga bahu objek. Selanjutnya, Close-up CU memberikan gambaran objek secara jelas, seperti dari batas kepala sampai leher bagian bawah. Ada juga, Medium Close-up MCU menegaskan profil seseorang dari batas kepala hingga dada atas, Mid Shot MS memperlihatkan seseorang dengan sosoknya yakni pengambilan gambar dari kepala hingga sampai pinggang dan Knee Shot KS menampilkan sosok objek yakni dari batas kepala hingga lutut. Adapun pengambilan gambar secara keseluruhan disebut Full Shot FS memperlihatkan objek secara penuh dari batas kepala hingga kaki, Long Shot LS memperlihatkan objek dengan latar belakangnya, Medium Long Shot MLS yakni gambar objek diambil dari jarak yang wajar, 16 Himawan Pratista, Memahami Film, h.30 misalnya terdapat tiga objek maka semuanya akan terlihat sedangkan jika objeknya hanya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut dan Extreem Long Shot ELS gambar yang diambil dari jarak yang sangat jauh. Sehingga latar belakang terlihat nampak jelas. Dengan demikian terlihat posisi objek dengan lingkungan sekitarnya.

D. Teori Analisis Semiotika

1. Pengertian Analisis Semiotika

Semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda. Maka semiotika berarti ilmu yang mempelajari tentang tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi, serta relasi-relasi tanda dalam penggunaannya di dalam masyarakat. 17 Analisis Semiotika adalah sebuah kajian mengenai tanda dan simbol yang merupakan tradisi penting dalam pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotika mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan dan apapun yang berada di luar diri. Namun, analisis Semiotika lebih dikenal hanya dengan sebutan Semiologi atau Semiotika saja. Semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Tanda adalah stimulus yang menandakan atau menunjukan beberapa kondisi lain- seperti ketika ada asap menandakan adanya api. Konsep dasar teori Semiotika yang kedua adalah simbol, yang biasanya menandakan tanda 17 Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hypersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya Makna Bandung: Matahari Pustaka, 2012 h. 47