Perumusan Masalah Penelitian terdahulu

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan? 2. Apakah ROE perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan? 3. Apakah leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan? 4. Apakah penggunaan aset memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan? 5. Apakah penerbitan saham baru memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan? 6. Apakah komposisi dewan independen memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan perumusan masalah diatas adalah untuk mengetahui dan menganalisis: Universitas Sumatera Utara 1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan. 2. Pengaruh ROE terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan. 3. Pengaruh leverage terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan. 4. Pengaruh penggunaan aset terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan. 5. Pengaruh penerbitan saham baru terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan. 6. Pengaruh komposisi dewan indepeden terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, antara lain: 1. Memberikan penilaian mengenai pengungkapan CG pada website masing-masing perusahaan bagi perusahaan manufaktur. 2. Memberikan informasi bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. 3. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai analisis pengungkapan CG di website masing-masing perusahaan manufaktur bagi penulis. 4. Memberikan studi literatur bagi penelitian selanjutnya yang sejenis. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Corporate Governance CG Cadbury Committee yang pertama kali menggunakan istilah CG pada laporan mereka yang dikenal sebagai Cadbury Report pada tahun 1992. Istilah ini menjadi popular dan menjadi titik balik yang sangat menentukan bagi praktek CG. Definisi CG menurut Cadbury Committee adalah “seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka”. Definisi lain juga diberikan Organization for Economic Co- operation and Development OECD mengenai CG yaitu “sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, dewan komisaris dan pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan”. Sedangkan itu, Forum Corporate Governance in Indonesia FCGI 2000 mendefiniskan corporate governance sebagai: Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintahan, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Universitas Sumatera Utara OECD mengembangkan lima prinsip Good Corporate Corporate, yaitu: 1. Hak-hak para pemegang saham shareholders dan perlindungannya. 2. Peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan stakeholders lainnya. 3. Pengungkapan disclosure yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi. 4. Tanggung jawab dewan dewan komisaris maupun direksi terhadap perusahaan, pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Di Indonesia, asas CG ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance 2006 yang tercantum dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance, yaitu: 1. Transparansi Untuk menjaga objektivitas dalam melanjutkan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil insiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. 2. Akuntabilitas Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu, perusahaan harus dikelola secara benar, terukur sesuai kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibilitas Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapatkan pengakuan sebagai good corporate citizen. 4. Independensi Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing- masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak diintervensi oleh pihak lain. Universitas Sumatera Utara 5. Kewajaran dan Kesetaraan Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

2.1.2. Transparansi

Transparansi transparency secara harafiah adalah jelas obvious, dapat dilihat secara menyeluruh able to be seen through Collins, 1986. Dengan demikian transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan perusahaan Wardijasa, 2001. Sedangkan menurut Keputusan Menteri BUMN No. Kep- 117M-MBU2002, “transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang materil dan relevan mengenai perusahaan”. Menurut FCGI, prinsip disclosure dan transparency transparansi diwujudkan dengan mengembangkan sistem akuntansi accounting system yang berbasiskan standar akuntansi dan best practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas, mengembangkan Informasi Technology IT dan Management Information System MIS untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi, mengembangkan enterprise risk management yang memastikan bahwa semua risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur, dan dapat dikelola pada tingkat toleransi yang jelasdan mengumumkan jabatan kosong secara terbuka. Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Pengungkapan Corporate Governance dengan Memanfaatkan Internet

Disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Data tersebut harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara tepat kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut Sihite, 2010. Ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar dan regulasi yaitu: 1. Pengungkapan Wajib Mandatory Disclosure Pengungkapan Wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Peraturan tentang standar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik yaitu, Peraturan No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No. VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan. Peraturan tersebut diperkuat dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep- 17PM1995, yang selanjutnya diubah melalui Keputusan Ketua Bapepem Universitas Sumatera Utara No. Kep-38PM1996 yang berlaku bagi semua perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik. Peraturan tersebut diperbaharui dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02PM2002 yang mengatur tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik untuk setiap jenis industri. 2. Pengungkapan Sukarela Voluntary Disclosure Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen. Pengungkapan Sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Dalam penelitian ini, akan diteliti pengungkapan Corporate Governance berbasis internet melalui website masing-masing perusahaan yang termasuk dalam kategori pengungkapan sukarela. Xiao et al. 2002 dalam Sayogo 2006 mengatakan bahwa internet menawarkan berbagai macam kemudahan dalam mengungkapkan informasi keuangan dalam jumlah yang lebih banyak dan biaya yang lebih rasional serta dapat mencakup pengguna yang lebih luas tanpa harus dirisaukan oleh hambatan geografis. Gandia 2008 mengungkapkan beberapa keuntungan yang didapatkan dari aplikasi dan perkembangan pengungkapan CG yang berbasis internet, yaitu: memfasilitasi komunikasi antara perusahaan dan investor khususnya pemegang saham, mengurangi biaya distribusi dan Universitas Sumatera Utara meningkatkan ketepatwaktuan dari informasi perusahaan, membantu perkembangan keikutsertaan pemegang saham dalam kehidupan perusahaan, mendemokratisasi akses terhadap informasi perusahaan dan menambah kredibilitas terhadap praktek CG. Sayogo 2005 dalam Sayogo 2006 menyatakan penggunaan internet sejalan dalam peningkatkan transparansi yang diberikan oleh perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan CG. 2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance berbasis internet melalui Website Perusahaan

2.1.4.1 Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan variabel yang paling lazim dalam mempengaruhi tingkat pengungkapan Ezat dan Masry, 2008. Perusahaan besar kemungkinan besar lebih banyak menggunakan Teknologi Informasi daripada perusahaan kecil dalam meningkatkan informasi keuangan untuk mencukupi kebutuhan informasi yang besar Ashbaugh et al., 1999 dalam Aly et al., 2009. Perusahaan besar kemungkinan besar lebih mencantumkan laporan keuangan dalam website perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan besar biasanya memiliki lebih banyak produk dan jaringan distribusi yang lebih kompleks yang mengharuskan sistem informasi manajemen dan database yang lebih besar dan lebih Universitas Sumatera Utara kompleks untuk tujuan kontrol managemen Ashbaugh et al., 1999 dalam Aly et al., 2009. Cheung et al. 2006 memiliki hipotesis jika perusahaan besar lebih transparan daripada perusahaan kecil. Alasannya ialah perusahaan besar memiliki basis investor yang lebih luas daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki lebih banyak sumberdaya untuk menyediakan pengungkapan yang lebih baik daripada perusahaan kecil. Hipotesis tersebut terbukti dari hasil penelitian Cheung et al. 2006 yang menyatakan perusahaan besar memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan lebih banyak informasi dan memiliki transparansi yang lebih. Perusahaan besar kemungkinan besar lebih mampu memasuki pasar keuangan apabila mereka mengungkapkan lebih banyak informasi secara online Bonso´n and Escobar, 2002 dalam Ezat dan Masry, 2008.

2.1.4.2 Return on Equity ROE

Terdapat beberapa alasan akan pentingnya penelitian hubungan antara profitabilitas dan pengungkapan secara online Ezat dan Masry, 2008. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan untuk memberikan ukuran tingkat efektivitas perusahaan manajemen suatu perusahaan Kasmir, 2008: 196. Salah satu cara untuk Universitas Sumatera Utara mengukur profitabilitas dengan menilai return on equity ROE. Kinerja masa lalu dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan perusahaan Khanna, Palepu, dan Srinivasan, 2004 dalam Cheung et al., 2006. Contohnya, perusahaan yang memiliki profit tinggi kemungkinan lebih mau mengungkapkan informasi kepada investor eksternal daripada perusahaan yang memiliki profit yang rendah Cheung et al., 2006.

2.1.4.3 Leverage

Leverage terkait dengan pengunaan dari sumber keuangan seperti debt dan dana pinjaman untuk meningkatkan ROE. Jadi, perusahaan dengan leverage yang tinggi akan bertanggung jawab untuk memuaskan kebutuhan para kreditor dengan menyebarkan informasi yang reliabel dalam website perusahaan untuk membuat para kreditor lebih percaya terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya Ezat dan Masry, 2008. Ketika perusahaan menaikkan debt equity ratio, perusahaan diharuskan untuk menaikkan pengungkapan dengan tujuan untuk meyakinkan kreditor jika perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar utangnya Watts dan Zimmerman, 1990 dalam Gandia, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.1.4.4 Penggunaan aset Asset Utilization

Kemungkinan perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat tinggi memiliki tingkat pengungkapan perusahaan yang lebih tinggi daripada perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat rendah. Alasannya ialah perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat tinggi kemungkinan akan menarik lebih banyak investor dan analis. Oleh karena itu, perusahaan tersebut akan mengungkapkan lebih banyak informasi yang lebih relevan kepada investor eksternal yang pada gilirannya akan meningkatkan pengungkapan perusahaan dan transparansi pada perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat yang tinggi Cheung et al., 2006 .

2.1.4.5 Penerbitan saham baru

Perusahaan yang menaikkan modal di pasar modal memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan praktik CG secara lebih luas dan menyalurkannya dalam laporan tahunan untuk meyakinkan para investor potensial Lang and Lundholm, 1993 dalam Bujaki dan McConomy, 2002. Ezat dan Masry 2008 juga mengungkapkan bahwa sebagian besar perusahaan mencoba meningkatkan modal mereka melalui lebih dari satu sumber dan salah satu sumbernya dengan menerbitkan beberapa saham. Perusahaan yang memerlukan pendanaan baru akan mengungkapkan informasi yang lebih dalam Universitas Sumatera Utara website untuk menarik lebih banyak investor dan untuk meningkatkan kepercayaan mengenai posisi perusahaan yang akan mendorong investor yang lain untuk berinvestasi di dalam perusahaan. Bagi perusahaan yang bermaksud untuk mendapatkan modal akan mengurangi asimetri informasi dan menyediakan akses yang luas mengenai rencana perusahaan dan aktivitas yang bermanfaat Leland Pyle, 1977; Myers Majluf, 1984 dalam Sriram dan Laksamana, 2006. Pengurangan asimetri informasi akan meningkatkan minat investor, dan akan memperluas kemampuan perusahaan untuk mendapatkan lebih banyak modal yang dibutuhkan Fishman Hagerty, 1989; Merton, 1987 dalam Sriram dan Laksmana, 2006.

2.1.4.6 Komposisi dewan

Menurut Haniffa and Cooke 2002 dalam Ezat dan Masry 2008, komposisi dewan independen dikenal sebagai “proporsi dewan komisaris dari luar perusahaan terhadap jumlah total dewan komisaris” yang biasa disebut dengan komisaris independen Ezat dan Masry, 2008. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004. Universitas Sumatera Utara Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif, independen dan untuk menjaga fairness serta memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan stakehorlder lainnya. Dengan adanya komisaris independen, semua pihak yang berkepentingan mendapatkan manfaat yang besar, terutama terbentuknya situasi yang suitable dengan prinsip Good Corporate Governance, dimana komisaris dapat memberikan pandangan dengan tingkat independensi dan akuntabilitas yang lebih tinggi Rifai, 2009. Berdasarkan teori agensi, sebuah dewan akan lebih efektif jika terdiri dari mayoritas komisaris yang tidak memiliki hubungan Amar dan Boujenoui, 2008.

2.2 Penelitian terdahulu

Dalam beberapa tahun belakangan ini, terdapat perkembangan penelitian pengungkapan CG perusahaan melalui internet. Gandia 2004 dan 2008 meneliti mengenai pengungkapan corporate governance berbasis internet pada perusahaan-perusahaan publik di Spanyol. Dalam penelitian tersebut, Gandia 2004 dan 2008 dalam Falah 2011 menggunakan tiga perspektif dalam menganalisis pengungkapan CG yaitu: laporan tahunan, pengungkapan dalam website Badan Regulasi Pasar Modal, dan pengungkapan dalam website masing- Universitas Sumatera Utara masing perusahaan. Kesimpulannya ialah pertama, tingkat pengungkapan perusahaan-perusahaan publik di Spanyol masih rendah. Kedua, perusahaan- perusahaan tertentu memperlakukan internet sebagai media yang tepat untuk melengkapi informasi yang diterbitkan secara konvensional annual report. Ketiga, tingkat pengungkapan informasi menunjukan eksistensi perusahaan di media dan hal tersebut menambah keyakinan para investor untuk menanamkan modalnya. Sayogo 2006 dalam Pramono 2011 meneliti tentang determinan- determinan dari pengungkapan CG melalui internet pada perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta. Penelitian Sayogo 2006 dalam Pramono 2011 mengambil sampel perusahaan yang tergolong dalam Liquid 45 LQ-45 Bursa Efek Jakarta, yaitu perusahaan yang sahamnya paling aktif diperdagangkan dalam bursa. Media yang menjadi objek penelitian adalah website perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan jumlah dewan independen memiliki pengaruh signifikan.. Falah 2011 meneliti mengenai analisis pengungkapan Corporate Governance berbasis Internet oleh perusahaan publik di Indonesia tahun 2010. Dalam penelitiannya, Falah 2011 hanya menggunakan satu perspektif yaitu indeks pengungkapan CG website. Kesimpulan dari penelitian Falah 2011 adalah terdapat perbedaan pengungkapan CG di website perusahaan pada tingkat ukuran perusahaan yang berbeda, tingkat umur listing yang berbeda, tingkat keefektifan jumlah dewan komisaris yang berbeda, dan tipe auditor yang berbeda. Sebaliknya, tidak terdapat perbedaan signifikan tingkat pengungkapan CG di Universitas Sumatera Utara website perusahaan pada tingkat profitabilitas yang berbeda dan tingkat floating capital yang berbeda. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Variabel Dependen Variabel Independen Hasil Penelitian 1. Sayogo 2006 Indeks transparansi dari informasi yang terkait dengan Corporate Governance CG di website perusahaan. Ukuran perusahaan, ROE, klasifikasi industry, ukuran dewan direksi, dualitas posisi dan distribusi saham. Ukuran perusahaan dan jumlah dewan independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pengungkapan CG dalam media website perusahaan. 2. Cheung et al. 2006 Indeks pengungkapan dan transparansi. Variabel keuangan: ukuran perusahaan, leverage, ROA, aset jaminan, penggunaan aset dan variabel CG: stuktur kepemilikan, komposisi dewan independen, ukuran dewan 1.Tingkat pengungkapan dan transparansi berhubungan positif dengan ukuran perusahaan, pemanfaatan aset, nilai jaminan di perusahaan Hongkong tapi tidak di Thailand. 2. Struktur kepemilikan tidak mempengaruhi perusahaan di Thai dan Hongkong. Ukuran dewan berpengaruh: positif terhadap perusahaan Thai dan negatif di perusahaan Hongkong, komposisi dewan independen berpengaruh positif pada perusahaan di kedua negara. 3. Amar dan Boujenoui Kualitas pengungkapan Struktur kepemilikan, Kualitas pengungkapan CG memiliki hubungan: Universitas Sumatera Utara 2008 CG komposisi dewan, struktur kepemimpinan dewan, ukuran perusahaan, leverage, kesempatan pertumbuhan, kinerja perusahaan, penerbitan saham baru, US-cross listing - positif dengan komposisi dewan. -negatif dengan struktur kepemilikan dan dualitas CEO. - signifnikan dengan ukuran perusahaan. Perusahaan besar dalam US- cross listing mengungkapkan kua litas informasi yang lebih dalam praktek CG. -tidak signifikan dengan leverage, kesempatan pertumbuhan, kinerja perusahaan, penerbitan saham baru. 4. Gandia 2008 Indeks pengungkapan CG di Spanyol Ukuran perusahaan, ROE, Usia listing, Ukuran dewan, CEO duality, floating capital, visibilitas media, analisis kedepan Pengungkapan CG dipengaruhi oleh perusahaan dengan skor tinggi untuk transparansi juga dan paling mungkin untuk menggunakan internet sebagai saluran untuk pengungkapan CG di internet. 5. Almilia 2008 Indeks pengungkapan Internet Financial and Sustainability Reporting IFSR Ukuran perusahaan, ROA, ROE, leverage, struktur kepemilikan luar. Size perusahaan, profitabilitas perusahaan dan kepemilikan mayoritas merupakan variabel yang menentukan tingkat pengungkapan sukarela perusahaan yang ditunjukkan dengan peningkatan indeks IFSR Internet Financial and Sustainability Reporting. 6. Ezat dan Masry 2008 Corporate Internet Reporting Ukuran perusahaan, tipe aktivitas Ukuran perusahaan, likuiditas, struktur kepemilikan, tipe Universitas Sumatera Utara CIR timeliness index bisnis perusahaan, ROE, leverage, likuiditas, penerbitan saham, struktur kepemilikan, komposisi dewan, dualitas peran, ukuran dewan komisaris. aktivitas bisnis perusahaan, komposisi dewan, dan ukuran dewan komisaris mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan CIR timeliness. 7. Falah 2011 Indeks pengungkapan CG pada laporan tahunan perusahaan Ukuran perusahaan, ROE, listing age, floating capital, ukuran dewan komisaris, ukuran auditor. Terdapat empat variabel yang mempengaruhi tingkat pengungkapan CG di website perusahaan yaitu ukuran perusahaan, lamanya listing, ukuran dewan komisaris, dan audit. Akan tetapi, ROE dan floating capital tidak menunjukan pengaruh terhadap tingkat pengungkapan CG di website perusahaan. Sumber : Berbagai jurnal, 2012 2.3 Kerangka Konseptual Setiap perusahaan yang go public memiliki berbagai stakeholders yang tentunya ingin mengetahui informasi mengenai perusahaan. Biasanya informasi tersebut hanya dapat diketahui secara tahunan dalam laporan tahunan perusahaan. Seharusnya, informasi mengenai perusahaan dapat diketahui setiap saat tanpa terhalang batasan waktu, tempat ataupun biaya. Internet dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Perusahaan dapat membuat website pribadi Universitas Sumatera Utara yang dapat mengungkapkan informasi perusahaan mengenai laporan keuangan dalam skala kuartal maupun tahunan. Perusahaan juga dapat mengungkapkan secara luas mengenai penerapan Corporate Governance di dalam perusahaan. Dengan begitu, investor dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat yang berkaitan dengan perusahaan. Dalam penelitian ini akan diuji faktor-faktor penentu yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Goverance melalui website perusahaan. Variabel yang diteliti ialah ukuran perusahaan, ROE, leverage, penggunaan aset asset utilization, penerbitan saham baru, dan komposisi dewan independen. Gambar 2.1 Model kerangka pemikiran penelitian Indeks pengungkapan corporate governance dalam website perusahaan J Ln Penjualan Total aktiva Jumlah saham baru yang beredar di pasaran Jumlah dewan independen Jumlah total dewan independen komisaris Ln Total aset perusahaan Laba bersih Ekuitas pemegang saham Total utang Total ekuitas Ukuran perusahaan Return on Equity Leverage Penggunaan aset Asset Utilization Penerbitan saham baru Komposisi dewan independen Indeks pengungkapan corporate governance dalam website perusahaan Universitas Sumatera Utara 2.4 Hipotesis 2.4.1 Ukuran perusahaan