1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan?
2. Apakah ROE perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan?
3. Apakah leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan?
4. Apakah penggunaan aset memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan?
5. Apakah penerbitan saham baru memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan?
6. Apakah komposisi dewan independen memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing
perusahaan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan perumusan masalah diatas adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
Universitas Sumatera Utara
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan.
2. Pengaruh ROE terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan.
3. Pengaruh leverage terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan.
4. Pengaruh penggunaan aset terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan.
5. Pengaruh penerbitan saham baru terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan.
6. Pengaruh komposisi dewan indepeden terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, antara lain:
1. Memberikan penilaian mengenai pengungkapan CG pada website masing-masing perusahaan bagi perusahaan manufaktur.
2. Memberikan informasi bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai analisis pengungkapan CG di website masing-masing perusahaan manufaktur bagi penulis.
4. Memberikan studi literatur bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Corporate Governance CG
Cadbury Committee yang pertama kali menggunakan istilah CG pada laporan mereka yang dikenal sebagai Cadbury Report pada tahun
1992. Istilah ini menjadi popular dan menjadi titik balik yang sangat menentukan bagi praktek CG. Definisi CG menurut Cadbury Committee
adalah “seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka”.
Definisi lain juga diberikan Organization for Economic Co- operation and Development OECD mengenai CG yaitu “sekumpulan
hubungan antara pihak manajemen perusahaan, dewan komisaris dan pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan
perusahaan”. Sedangkan itu, Forum Corporate Governance in Indonesia FCGI 2000 mendefiniskan corporate governance sebagai:
Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintahan,
karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata
lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
OECD mengembangkan lima prinsip Good Corporate Corporate, yaitu: 1. Hak-hak para pemegang saham shareholders
dan perlindungannya.
2. Peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan stakeholders lainnya.
3. Pengungkapan disclosure yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi.
4. Tanggung jawab dewan dewan komisaris maupun direksi terhadap perusahaan, pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya.
Di Indonesia, asas CG ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance 2006 yang tercantum dalam Pedoman Umum Good
Corporate Governance, yaitu: 1. Transparansi
Untuk menjaga objektivitas dalam melanjutkan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil insiatif untuk mengungkapkan tidak
hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh
pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Akuntabilitas Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya
secara transparan dan wajar. Untuk itu, perusahaan harus dikelola secara benar, terukur sesuai kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibilitas Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang
dan mendapatkan pengakuan sebagai good corporate citizen. 4. Independensi
Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing- masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak
diintervensi oleh pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
5. Kewajaran dan Kesetaraan Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
2.1.2. Transparansi
Transparansi transparency secara harafiah adalah jelas obvious, dapat dilihat secara menyeluruh able to be seen through Collins, 1986.
Dengan demikian transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan perusahaan Wardijasa, 2001. Sedangkan menurut
Keputusan Menteri BUMN No. Kep- 117M-MBU2002, “transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang materil dan relevan mengenai perusahaan”.
Menurut FCGI, prinsip disclosure dan transparency transparansi diwujudkan dengan mengembangkan sistem akuntansi accounting system
yang berbasiskan standar akuntansi dan best practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas,
mengembangkan Informasi Technology IT dan Management Information System MIS untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai
dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi, mengembangkan enterprise risk management yang memastikan
bahwa semua risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur, dan dapat dikelola pada tingkat toleransi yang jelasdan mengumumkan jabatan kosong
secara terbuka.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Pengungkapan Corporate Governance dengan Memanfaatkan Internet
Disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak
menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Data
tersebut harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai. Apabila dikaitkan
dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup
mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara tepat
kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut Sihite, 2010.
Ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar dan regulasi yaitu:
1. Pengungkapan Wajib Mandatory Disclosure Pengungkapan Wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan
oleh peraturan yang berlaku. Peraturan tentang standar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan
perusahaan publik yaitu, Peraturan No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No. VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan.
Peraturan tersebut diperkuat dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep- 17PM1995, yang selanjutnya diubah melalui Keputusan Ketua Bapepem
Universitas Sumatera Utara
No. Kep-38PM1996 yang berlaku bagi semua perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik. Peraturan tersebut
diperbaharui dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02PM2002 yang mengatur tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan
emiten atau perusahaan publik untuk setiap jenis industri. 2. Pengungkapan Sukarela Voluntary Disclosure
Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas untuk membantu investor dalam
memahami strategi bisnis manajemen. Pengungkapan Sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan
tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Dalam penelitian ini, akan diteliti pengungkapan Corporate
Governance berbasis internet melalui website masing-masing perusahaan yang termasuk dalam kategori pengungkapan sukarela.
Xiao et al. 2002 dalam Sayogo 2006 mengatakan bahwa internet menawarkan berbagai
macam kemudahan dalam mengungkapkan informasi keuangan dalam jumlah yang lebih banyak dan biaya yang lebih rasional serta dapat
mencakup pengguna yang lebih luas tanpa harus dirisaukan oleh hambatan geografis.
Gandia 2008 mengungkapkan beberapa keuntungan yang didapatkan dari aplikasi dan perkembangan pengungkapan CG yang
berbasis internet, yaitu: memfasilitasi komunikasi antara perusahaan dan investor khususnya pemegang saham, mengurangi biaya distribusi dan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan ketepatwaktuan dari informasi perusahaan, membantu perkembangan keikutsertaan pemegang saham dalam kehidupan
perusahaan, mendemokratisasi akses terhadap informasi perusahaan dan menambah kredibilitas terhadap praktek CG.
Sayogo 2005 dalam Sayogo 2006 menyatakan penggunaan internet sejalan dalam peningkatkan transparansi yang diberikan oleh
perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan CG.
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance berbasis internet melalui Website Perusahaan
2.1.4.1 Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan variabel yang paling lazim dalam mempengaruhi tingkat pengungkapan Ezat dan Masry, 2008.
Perusahaan besar kemungkinan besar lebih banyak menggunakan Teknologi Informasi daripada perusahaan kecil dalam meningkatkan
informasi keuangan untuk mencukupi kebutuhan informasi yang besar Ashbaugh et al., 1999 dalam Aly et al., 2009.
Perusahaan besar kemungkinan besar lebih mencantumkan laporan keuangan dalam website perusahaan. Hal ini dikarenakan
perusahaan besar biasanya memiliki lebih banyak produk dan jaringan distribusi yang lebih kompleks yang mengharuskan sistem
informasi manajemen dan database yang lebih besar dan lebih
Universitas Sumatera Utara
kompleks untuk tujuan kontrol managemen Ashbaugh et al., 1999 dalam Aly et al., 2009.
Cheung et al. 2006 memiliki hipotesis jika perusahaan besar lebih transparan daripada perusahaan kecil. Alasannya ialah
perusahaan besar memiliki basis investor yang lebih luas daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki lebih banyak
sumberdaya untuk menyediakan pengungkapan yang lebih baik daripada perusahaan kecil. Hipotesis tersebut terbukti dari hasil
penelitian Cheung et al. 2006 yang menyatakan perusahaan besar memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan lebih banyak
informasi dan memiliki transparansi yang lebih.
Perusahaan besar kemungkinan besar lebih mampu memasuki pasar keuangan apabila mereka mengungkapkan lebih
banyak informasi secara online Bonso´n and Escobar, 2002 dalam Ezat dan Masry, 2008.
2.1.4.2 Return on Equity ROE
Terdapat beberapa alasan akan pentingnya penelitian hubungan antara profitabilitas dan pengungkapan secara online Ezat
dan Masry, 2008. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan
untuk memberikan ukuran tingkat efektivitas perusahaan manajemen suatu perusahaan Kasmir, 2008: 196. Salah satu cara untuk
Universitas Sumatera Utara
mengukur profitabilitas dengan menilai return on equity ROE. Kinerja masa lalu dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan
perusahaan Khanna, Palepu, dan Srinivasan, 2004 dalam Cheung et al., 2006. Contohnya, perusahaan yang memiliki profit tinggi
kemungkinan lebih mau mengungkapkan informasi kepada investor eksternal daripada perusahaan yang memiliki profit yang rendah
Cheung et al., 2006.
2.1.4.3 Leverage
Leverage terkait dengan pengunaan dari sumber keuangan seperti debt dan dana pinjaman untuk meningkatkan ROE. Jadi,
perusahaan dengan leverage yang tinggi akan bertanggung jawab untuk memuaskan kebutuhan para kreditor dengan menyebarkan
informasi yang reliabel dalam website perusahaan untuk membuat para kreditor lebih percaya terhadap kemampuan perusahaan untuk
membayar utangnya Ezat dan Masry, 2008. Ketika perusahaan menaikkan debt equity ratio, perusahaan
diharuskan untuk menaikkan pengungkapan dengan tujuan untuk meyakinkan kreditor jika perusahaan memiliki kemampuan untuk
membayar utangnya Watts dan Zimmerman, 1990 dalam Gandia, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.4 Penggunaan aset Asset Utilization
Kemungkinan perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat tinggi memiliki tingkat pengungkapan perusahaan yang lebih
tinggi daripada perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat rendah. Alasannya ialah perusahaan yang menggunakan aset dengan
tingkat tinggi kemungkinan akan menarik lebih banyak investor dan analis. Oleh karena itu, perusahaan tersebut akan mengungkapkan
lebih banyak informasi yang lebih relevan kepada investor eksternal yang pada gilirannya akan meningkatkan pengungkapan perusahaan
dan transparansi pada perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat yang tinggi Cheung et al., 2006 .
2.1.4.5 Penerbitan saham baru
Perusahaan yang menaikkan modal di pasar modal memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan praktik CG secara lebih luas
dan menyalurkannya dalam laporan tahunan untuk meyakinkan para investor potensial Lang and Lundholm, 1993 dalam Bujaki dan
McConomy, 2002. Ezat dan Masry 2008 juga mengungkapkan bahwa
sebagian besar perusahaan mencoba meningkatkan modal mereka melalui lebih dari satu sumber dan salah satu sumbernya dengan
menerbitkan beberapa saham. Perusahaan yang memerlukan pendanaan baru akan mengungkapkan informasi yang lebih dalam
Universitas Sumatera Utara
website untuk menarik lebih banyak investor dan untuk meningkatkan kepercayaan mengenai posisi perusahaan yang akan
mendorong investor yang lain untuk berinvestasi di dalam perusahaan.
Bagi perusahaan yang bermaksud untuk mendapatkan modal akan mengurangi asimetri informasi dan menyediakan akses
yang luas mengenai rencana perusahaan dan aktivitas yang bermanfaat Leland Pyle, 1977; Myers Majluf, 1984 dalam
Sriram dan Laksamana, 2006. Pengurangan asimetri informasi akan meningkatkan minat investor, dan akan memperluas kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan lebih banyak modal yang dibutuhkan Fishman Hagerty, 1989; Merton, 1987 dalam Sriram dan
Laksmana, 2006.
2.1.4.6 Komposisi dewan
Menurut Haniffa and Cooke 2002 dalam Ezat dan Masry 2008, komposisi dewan independen dikenal sebagai “proporsi
dewan komisaris dari luar perusahaan terhadap jumlah total dewan komisaris” yang biasa disebut dengan komisaris independen Ezat
dan Masry, 2008. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang
tidak berasal dari pihak terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan
kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu
sendiri Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif, independen dan untuk
menjaga fairness
serta memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap
kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan stakehorlder lainnya. Dengan adanya komisaris independen, semua
pihak yang berkepentingan mendapatkan manfaat yang besar, terutama terbentuknya situasi yang suitable dengan prinsip Good
Corporate Governance, dimana komisaris dapat memberikan pandangan dengan tingkat independensi dan akuntabilitas yang lebih
tinggi Rifai, 2009.
Berdasarkan teori agensi, sebuah dewan akan lebih efektif jika terdiri dari mayoritas komisaris yang tidak memiliki hubungan
Amar dan Boujenoui, 2008.
2.2 Penelitian terdahulu
Dalam beberapa tahun belakangan ini, terdapat perkembangan penelitian pengungkapan CG perusahaan melalui internet. Gandia 2004 dan 2008
meneliti mengenai pengungkapan corporate governance berbasis internet pada perusahaan-perusahaan publik di Spanyol. Dalam penelitian tersebut, Gandia
2004 dan 2008 dalam Falah 2011 menggunakan tiga perspektif dalam menganalisis pengungkapan CG yaitu: laporan tahunan, pengungkapan dalam
website Badan Regulasi Pasar Modal, dan pengungkapan dalam website masing-
Universitas Sumatera Utara
masing perusahaan. Kesimpulannya ialah pertama, tingkat pengungkapan perusahaan-perusahaan publik di Spanyol masih rendah. Kedua, perusahaan-
perusahaan tertentu memperlakukan internet sebagai media yang tepat untuk melengkapi informasi yang diterbitkan secara konvensional annual report.
Ketiga, tingkat pengungkapan informasi menunjukan eksistensi perusahaan di media dan hal tersebut menambah keyakinan para investor untuk menanamkan
modalnya. Sayogo 2006 dalam Pramono 2011 meneliti tentang determinan-
determinan dari pengungkapan CG melalui internet pada perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta. Penelitian Sayogo 2006 dalam Pramono
2011 mengambil sampel perusahaan yang tergolong dalam Liquid 45 LQ-45 Bursa Efek Jakarta, yaitu perusahaan yang sahamnya paling aktif diperdagangkan
dalam bursa. Media yang menjadi objek penelitian adalah website perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan jumlah dewan
independen memiliki pengaruh signifikan.. Falah 2011 meneliti mengenai analisis pengungkapan Corporate
Governance berbasis Internet oleh perusahaan publik di Indonesia tahun 2010. Dalam penelitiannya, Falah 2011 hanya menggunakan satu perspektif yaitu
indeks pengungkapan CG website. Kesimpulan dari penelitian Falah 2011 adalah terdapat perbedaan pengungkapan CG di website perusahaan pada tingkat
ukuran perusahaan yang berbeda, tingkat umur listing yang berbeda, tingkat keefektifan jumlah dewan komisaris yang berbeda, dan tipe auditor yang berbeda.
Sebaliknya, tidak terdapat perbedaan signifikan tingkat pengungkapan CG di
Universitas Sumatera Utara
website perusahaan pada tingkat profitabilitas yang berbeda dan tingkat floating capital yang berbeda.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Variabel
Dependen Variabel
Independen Hasil Penelitian
1. Sayogo
2006 Indeks
transparansi dari informasi
yang terkait dengan
Corporate Governance
CG di website
perusahaan. Ukuran
perusahaan, ROE,
klasifikasi industry,
ukuran dewan direksi,
dualitas posisi dan distribusi
saham. Ukuran perusahaan
dan jumlah dewan independen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas pengungkapan CG dalam media
website perusahaan.
2. Cheung et
al. 2006
Indeks pengungkapan
dan transparansi.
Variabel keuangan:
ukuran perusahaan,
leverage, ROA, aset
jaminan, penggunaan
aset dan variabel CG:
stuktur kepemilikan,
komposisi dewan
independen, ukuran dewan
1.Tingkat pengungkapan dan
transparansi berhubungan positif
dengan ukuran perusahaan,
pemanfaatan aset, nilai jaminan di perusahaan
Hongkong tapi tidak di Thailand.
2. Struktur kepemilikan tidak mempengaruhi
perusahaan di Thai dan Hongkong. Ukuran
dewan berpengaruh: positif terhadap
perusahaan Thai dan negatif di perusahaan
Hongkong, komposisi dewan independen
berpengaruh positif pada perusahaan di
kedua negara.
3. Amar dan
Boujenoui Kualitas
pengungkapan Struktur
kepemilikan, Kualitas pengungkapan
CG memiliki hubungan:
Universitas Sumatera Utara
2008 CG
komposisi dewan,
struktur kepemimpinan
dewan, ukuran perusahaan,
leverage, kesempatan
pertumbuhan, kinerja
perusahaan, penerbitan
saham baru, US-cross
listing - positif dengan
komposisi dewan. -negatif dengan struktur
kepemilikan dan dualitas CEO.
- signifnikan dengan ukuran perusahaan.
Perusahaan besar dalam US- cross listing
mengungkapkan kua litas informasi yang
lebih dalam praktek CG.
-tidak signifikan dengan leverage, kesempatan
pertumbuhan, kinerja perusahaan, penerbitan
saham baru.
4. Gandia
2008 Indeks
pengungkapan CG di Spanyol
Ukuran perusahaan,
ROE, Usia listing, Ukuran
dewan, CEO duality,
floating capital,
visibilitas media, analisis
kedepan Pengungkapan CG
dipengaruhi oleh perusahaan dengan skor
tinggi untuk transparansi juga dan
paling mungkin untuk menggunakan internet
sebagai saluran untuk pengungkapan CG di
internet.
5. Almilia
2008 Indeks
pengungkapan Internet
Financial and Sustainability
Reporting IFSR
Ukuran perusahaan,
ROA, ROE, leverage,
struktur kepemilikan
luar. Size perusahaan,
profitabilitas perusahaan dan
kepemilikan mayoritas merupakan variabel
yang menentukan tingkat pengungkapan
sukarela perusahaan yang ditunjukkan
dengan peningkatan indeks IFSR Internet
Financial and Sustainability
Reporting.
6. Ezat dan
Masry 2008
Corporate Internet
Reporting Ukuran
perusahaan, tipe aktivitas
Ukuran perusahaan, likuiditas, struktur
kepemilikan, tipe
Universitas Sumatera Utara
CIR timeliness
index bisnis
perusahaan, ROE,
leverage, likuiditas,
penerbitan saham, struktur
kepemilikan, komposisi
dewan, dualitas peran,
ukuran dewan komisaris.
aktivitas bisnis perusahaan, komposisi
dewan, dan ukuran dewan komisaris
mempunyai hubungan positif yang signifikan
dengan CIR timeliness.
7. Falah
2011 Indeks
pengungkapan CG pada
laporan tahunan
perusahaan Ukuran
perusahaan, ROE, listing
age, floating capital, ukuran
dewan komisaris,
ukuran auditor. Terdapat empat variabel
yang mempengaruhi tingkat pengungkapan
CG di website perusahaan yaitu
ukuran perusahaan, lamanya listing, ukuran
dewan komisaris, dan audit. Akan tetapi, ROE
dan floating capital tidak menunjukan
pengaruh terhadap tingkat pengungkapan
CG di website perusahaan.
Sumber : Berbagai jurnal, 2012 2.3 Kerangka Konseptual
Setiap perusahaan yang go public memiliki berbagai stakeholders yang tentunya ingin mengetahui informasi mengenai perusahaan. Biasanya informasi
tersebut hanya dapat diketahui secara tahunan dalam laporan tahunan perusahaan. Seharusnya, informasi mengenai perusahaan dapat diketahui setiap saat tanpa
terhalang batasan waktu, tempat ataupun biaya. Internet dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Perusahaan dapat membuat website pribadi
Universitas Sumatera Utara
yang dapat mengungkapkan informasi perusahaan mengenai laporan keuangan dalam skala kuartal maupun tahunan. Perusahaan juga dapat mengungkapkan
secara luas mengenai penerapan Corporate Governance di dalam perusahaan. Dengan begitu, investor dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat yang
berkaitan dengan perusahaan. Dalam penelitian ini akan diuji faktor-faktor penentu yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Goverance melalui
website perusahaan. Variabel yang diteliti ialah ukuran perusahaan, ROE, leverage, penggunaan aset asset utilization, penerbitan saham baru, dan
komposisi dewan independen.
Gambar 2.1 Model kerangka pemikiran penelitian
Indeks pengungkapan corporate governance dalam website perusahaan
J
Ln Penjualan Total aktiva
Jumlah saham baru yang beredar di pasaran
Jumlah dewan independen Jumlah total dewan
independen komisaris Ln Total aset perusahaan
Laba bersih Ekuitas pemegang saham
Total utang Total ekuitas
Ukuran perusahaan
Return on Equity
Leverage
Penggunaan aset Asset Utilization
Penerbitan saham baru
Komposisi dewan independen
Indeks pengungkapan
corporate governance dalam
website perusahaan
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis 2.4.1 Ukuran perusahaan