Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance Melalui Website pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2010

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE MELALUI WEBSITE PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2010

OLEH : CRESTHYNA

080503178

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance Melalui Website pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2010” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, 16 Juli 2012

Yang membuat pernyataan,

NIM : 080503178 Cresthyna


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberi berkat dan penyertaan, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance Melalui Website pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2010”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat banyak pihak yang berperan memberikan bimbingan, bantuan, serta semangat dan doa dari banyak pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orangtua terkasih, Ayahanda D. Simamora dan Ibunda R. Nababan, S.Pd, adikku tersayang Fernando Simamora, motivator setiaku Tulus Maulana Simanjuntak serta Keluarga Besar D. Simamora br. Nababan, terkhusus untuk Kakek G. Simamora, Nenek T. Lumbantoruan, Nenek P. Simanjuntak, Bapaktua L. Simamora, Paman T. Nababan serta sepupu penulis Tota Erfinna Farida Simamora sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dedikasi kepada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Ibu Dr. Rina Bukit, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan senantiasa sabar serta ikhlas dalam memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dra. Narumondang Bulan Siregar, MM, Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberikan saran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat penulis yang telah memberi semangat: Siska, Nova, Lisbet dan Dewinta. Teman-teman penulis: Yossi, Josua, Sahat, Albert dan Ari. Teman lama penulis sewaktu SMA Ratih Widya Astuti, SE sebagai perantara untuk membantu menghubungi peneliti terdahulu serta Mohammad Fajrul Falah, SE dan Ferry Adriawan Pramono, SE yang bersedia membantu mengirimkan file sebagai literatur penulis.

Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penelitian ini. Penulis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan penulis. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, 16 Juli 2012

Penulis

NIM. 080503178 Cresthyna


(5)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE MELALUI WEBSITE PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2010

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate governance dalam website perusahaan manufaktur di Indonesia. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, ROE, leverage, penggunaan aset (asset utilization), penerbitan saham baru, dan komposisi dewan independen.

Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan manufaktur terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2010. Sebanyak 86 perusahaan manufaktur yang digunakan sebagai sampel. Metode analisis yang digunakan adalah regeresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas pengungkapan corporate governance adalah ukuran perusahaan. Akan tetapi, ROE, leverage, penggunaan aset (asset utilization), penerbitan saham baru dan komposisi dewan independen tidak menunjukan pengaruh terhadap tingkat pengungkapan corporate governance di website perusahaan.

Kata kunci: Corporate Governance, Internet, Pengungkapan, Perusahaan Manufaktur


(6)

ABSTRACT

DETERMINANTS ANALYSIS OF CORPORATE GOVERNANCE DISCLOSURE THROUGH WEBSITE FOR MANUFACTURER COMPANIES LISTING IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE ON 2010

The title of this study is “Determinants Analysis of Corporate Governance Disclosure through Website for Manufacturer Companies Listing in Indonesia Stock Exchange on 2010”. This study aims to analyze the factors that affect corporate governance disclosures in a manufaturer company's website in Indonesia. Factors analyzed in this study are the size of the company, ROE, leverage, asset utilization, new share issues and board composition.

Collecting data using a purposive sampling method in manufacturer companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2010. A total of 86 manufacturer companies are used as samples in this study. The analysis method of this study used is multiple regression.

The result of this research showed those independent variables that have significant influence on the quality of corporate governance disclosures is size of the company. However, ROE, leverage, asset utilization, new share issues and board composition do not show significant influence on the quality of corporate governance disclosures.

Key words: Corporate Governance, Internet, Disclosure, Manufacturer Companies


(7)

DAFTAR ISI PERNYATAAN...i KATA PENGANTAR...ii ABSTRAK...iv ABSTRACT... ..v DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah...6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... .. 8

2.1 Tinjauan Pustaka... 8

2.1.1 Corporate Governance (CG)... 8

2.1.2 Transparansi... 10

2.1.3 Pengungkapan Corporate Governance Dengan MemanfaatkanInternet... 11

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance berbasis internet melalui Website Perusahaan...13

2.1.4.1 Ukuran perusahaan... 13

2.1.4.2 Return on Equity (ROE)... 14

2.1.4.3 Leverage... 15

2.1.4.4 Penggunaan aset (Asset Utilization)... 16

2.1.4.5 Penerbitan saham baru...16

2.1.4.6 Komposisi dewan... 17

2.2 Penelitian terdahulu... 18

2.3 Kerangka Konseptual... 22

2.4 Hipotesis... 24

2.4.1 Ukuran perusahaan... 24

2.4.2 Return on Equity (ROE)... ... 25

2.4.3 Leverage... 25

2.4.4 Penggunaan aset (Asset Utilization)... 26

2.4.5 Penerbitan saham baru...27

2.4.6 Komposisi dewan independen... 28

BAB III METODE PENELITIAN...29

3.1 Jenis Penelitian ... 29


(8)

3.3 Definisi operasional dan Skala pengukuran... 30

3.3.1 Variabel Dependen... 31

3.3.2 Variabel Independen... 32

3.3.2.1 Ukuran perusahaan...32

3.3.2.2 Return On Equity...33

3.3.2.3 Leverage... 33

3.3.2.4 Penggunaan asset (Asset Utilization)...34

3.3.2.5 Penerbitan saham baru... 34

3.3.2.6 Komposisi dewan independen... 34

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian...36

3.5 Jenis data... 37

3.6 Metode pengumpulan data... 37

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data...37

3.7.1 Uji Asumsi Klasik...38

3.7.1.1 Uji Normalitas... 38

3.7.1.2 Uji Multikolinearitas...39

3.7.1.3 Uji Heterokedasitas... 39

3.7.2 Pengujian Hipotesis Penelitian...40

3.7.2.1 Koefisien Determinasi ( R2)...41

3.7.2.2 Uji Statistik F (uji secara simultan)...42

3.7.2.3 Uji Statistik t (uji secara parsial)...42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 43

4.1 Deskriptif Sampel Penelitian... 43

4.2 Statistik Deskriptif... 44

4.3 Uji Asumsi Klasik... 46

4.3.1 Uji Normalitas... 46

4.3.2 Uji Multikolinearitas... 49

4.3.3 Uji Heteroskedasitas... 50

4.4 Hasil Pengujian Hipotesis... 51

4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)... 51

4.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)... 53

4.4.3 Uji T, Uji secara parsial... 53

4.5 Interpretasi Hasil... 56

4.5.1 Ukuran Perusahaan (Total Aset) terhadap Indeks Pengungkapan Corporate Governance pada Website Perusahaan... 56

4.5.2 Return on Equity terhadap Indeks Pengungkapan Corporate Governance pada Website Perusahaan... 57

4.5.3 Leverage terhadap Indeks Pengungkapan Corporate Governance pada Website Perusahaan... 58

4.5.4 Penggunaan Aset (Asset Utilization) terhadap Indeks Pengungkapan Corporate Governance pada Website Perusahaan... 60 4.5.5 Penerbitan Saham Baru terhadap Indeks


(9)

Website Perusahaan... 61

4.5.6 Komposisi Dewan Independen terhadap Indeks Pengungkapan Corporate Governance pada Website Perusahaan... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 63

5.1 Kesimpulan... 63

5.2 Keterbatasan Penelitian... 65

5.3 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu... 20

3.1 Jadwal Penelitian... 29

3.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran... 35

4.1 Gambaran Umum Pengambilan Sampel... 43

4.2 Statistik Deskriptif... 44

4.3. Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov... 49

4.4 Colinearity Statistic... 50

4.5 Nilai Koefisien Determinasi... 52

4.6 Uji Statistik F... 53

4.7 Uji Statistik T... 53


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Model Kerangka Pemikiran Penelitian ... 23

4.1 Histogram... 47

4.2 Normal P-Plot... 48


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Item Pengungkapan Corporate Governance... 72

2 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel... 74

3 Data Sekunder Variabel-Variabel Penelitian... 77

4 Hasil Statistik Deskriptif... 81

5 Uji Asumsi Klasik... 82


(13)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE MELALUI WEBSITE PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2010

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate governance dalam website perusahaan manufaktur di Indonesia. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, ROE, leverage, penggunaan aset (asset utilization), penerbitan saham baru, dan komposisi dewan independen.

Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan manufaktur terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2010. Sebanyak 86 perusahaan manufaktur yang digunakan sebagai sampel. Metode analisis yang digunakan adalah regeresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas pengungkapan corporate governance adalah ukuran perusahaan. Akan tetapi, ROE, leverage, penggunaan aset (asset utilization), penerbitan saham baru dan komposisi dewan independen tidak menunjukan pengaruh terhadap tingkat pengungkapan corporate governance di website perusahaan.

Kata kunci: Corporate Governance, Internet, Pengungkapan, Perusahaan Manufaktur


(14)

ABSTRACT

DETERMINANTS ANALYSIS OF CORPORATE GOVERNANCE DISCLOSURE THROUGH WEBSITE FOR MANUFACTURER COMPANIES LISTING IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE ON 2010

The title of this study is “Determinants Analysis of Corporate Governance Disclosure through Website for Manufacturer Companies Listing in Indonesia Stock Exchange on 2010”. This study aims to analyze the factors that affect corporate governance disclosures in a manufaturer company's website in Indonesia. Factors analyzed in this study are the size of the company, ROE, leverage, asset utilization, new share issues and board composition.

Collecting data using a purposive sampling method in manufacturer companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2010. A total of 86 manufacturer companies are used as samples in this study. The analysis method of this study used is multiple regression.

The result of this research showed those independent variables that have significant influence on the quality of corporate governance disclosures is size of the company. However, ROE, leverage, asset utilization, new share issues and board composition do not show significant influence on the quality of corporate governance disclosures.

Key words: Corporate Governance, Internet, Disclosure, Manufacturer Companies


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun masih berupa saran (exhortation) dan anekdot. Istilah ini menjadi popular seiring terkuaknya berbagai skandal korporasi yang melibatkan berbagai perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Tyco International, Merck dan lain sebagainya. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007:167), “skandal ini dinilai sebagai kerja sama apik antara manajemen, konsultan, analis, dan akuntan publik yang ingin meraup keuntungan sebanyak-banyaknya melalui rekayasa keuangan yang mempengaruhi sentimen pasar modal”. Pada tahun 2002, di Amerika, dikeluarkanlah UU Sarbanes Oxley Act sebagai respons terhadap berbagai skandal tersebut.

Di Indonesia, isu CG ditanggapi dengan membentuk lembaga Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG). Pembentukan komite ini berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999. Pada bulan November tahun 2004, berdasarkan Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004, KNKCG diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). Dalam pembentukan komite ini menghasilkan pedoman umum good corporate governance tahun 2006 (Rini, 2010).


(16)

Corporate Governance adalah “sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham,

dewan komisaris dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi” (Tjager et al., 2003). Prinsip-prinsip corporate governance terdiri dari: transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban

(responsibility), kemandirian (independency) dan kewajaran (fairness).

Kali ini akan dibahas khusus mengenai prinsip transparansi. Menurut OECD, “transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang materil dan relevan mengenai perusahaan”. Menurut Almilia dan Retrinasari (2007) dalam Rini (2010), pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas manajemen perusahaan kepada stakeholders. Keterbukaan informasi dari perusahaan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi stakeholders dalam pengambilan keputusan.

Berbagai penelitian telah dilakukan dalam mengkaji prinsip transparansi. Transparansi yang dibicarakan di sini adalah transparansi yang menggunakan perkembangan teknologi yaitu internet. Internet memberikan manfaat bagi perusahaan maupun badan pengawas utuk meningkatkan keterbukaan dan tata kelola perusahan. Manfaat lain juga dinikmati oleh para stakeholder yaitu memperoleh informasi yang valid, dapat dipercaya, cepat dan dengan biaya yang murah tentang kondisi perusahaan.


(17)

Gandia (2004) meneliti mengenai pengungkapan corporate e-governance dalam era digital pada perusahaan Spanyol yang go public. Variabel yang diteliti ialah ukuran perusahaan, utang, ROE perusahaan, klasifikasi industri, keberadaan perusahaan di bursa saham asing, visibilitas perusahaan dan lamanya listing. Pada tahun 2008, Gandia kembali melakukan penelitian yang sejenis yang berjudul determinan pengungkapan corporate governance yang berbasis internet pada perusahaan Spanyol yang go public. Terdapat beberapa perbedaan variabel yang diteliti. Pada penelitian tersebut variabel yang diteliti Gandia (2008) yaitu ukuran perusahaan, ROE perusahaan, lamanya listing, ukuran dewan komisaris, CEO-chairman duality, floating capital, visibilitas media dan analyst following.

Dalam dua penelitian (2004 dan 2008) tersebut, Gandia dalam Falah (2011) menggunakan tiga perspektif untuk menganalisis pengungkapan corporate governance, yakni: laporan tahunan, pengungkapan dalam website Badan

Regulasi Pasar Modal, dan pengungkapan dalam website masing-masing perusahaan. Kesimpulan dari kedua penelitian tersebut sama, yaitu: pertama, tingkat pengungkapan perusahaan-perusahaan publik di Spanyol masih rendah. Kedua, perusahaan-perusahaan tertentu memperlakukan internet sebagai media yang tepat untuk melengkapi informasi yang diterbitkan secara konvensional (annual report). Ketiga, tingkat pengungkapan informasi menunjukan eksistensi perusahaan di media dan hal tersebut menambah keyakinan para investor untuk menanamkan modalnya.


(18)

ialah ukuran perusahaan (total asset dan harga saham), profitabilitas, klasifikasi industri, jumlah dewan independen, dualitas posisi internal dan persebaran saham. Sayogo (2006) menemukan bahwa ukuran perusahaan ((yang diproksikan dengan total aset) dan jumlah dewan independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CG. Sedangkan, profitabilitas, persebaran saham dan ukuran perusahaan (yang diproksikan dengan harga saham), klasifikasi dan dualitas dewan independen tidak berpengaruh secara signifikan.

Falah (2011) meneliti mengenai analisis pengungkapan Corporate Governance berbasis Internet oleh perusahaan publik di Indonesia tahun 2010.

Dalam penelitiannya, Falah (2011) hanya menggunakan satu perspektif yaitu indeks pengungkapan CG website. Variabel yang diteliti ialah ukuran perusahaan, Return of equity (ROE) yang berbeda, lamanya listing, floating capital, ukuran

dewan komisaris dan auditor. Kesimpulan dari penelitian Falah (2011) adalah yaitu pertama, terdapat perbedaan tingkat pengungkapan corporate governance di website perusahaan pada tingkat ukuran perusahaan yang berbeda. Kedua,

terdapat perbedaan tingkat pengungkapan corporate governance di website perusahaan pada tingkat umur listing yang berbeda. Ketiga, tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat pengungkapan corporate governance di website perusahaan pada tingkat floating capital yang berbeda. Keempat, terdapat perbedaan tingkat pengungkapan corporate governance di website perusahaan pada tingkat keefektifan jumlah dewan komisari yang berbeda. Perusahaan dengan jumlah dewan komisaris lebih efektif cenderung melakukan pengungkapan corporate governance lebih baik dibandingkan perusahaan yang


(19)

jumlah dewan komisarisnya kurang efektif. Kelima, terdapat perbedaan tingkat pengungkapan corporate governance di website perusahaan pada tipe auditor yang berbeda.

Sebagai informasi, pengguna interenet di dunia menurut internetworldstats sampai dengan 31 Desember 2011 mencapai 2.267.233.742.000 jiwa dari populasi 6.930.055.154.000 jiwa. Sedangkan, pengguna internet di Indonesia mencapai 55.000.000.000 jiwa dari populasi 245.613.043.000 jiwa. Indonesia menduduki peringkat 4 di Asia setelah China, India dan Jepang. Ini menandakan bahwa internet sangat diandalkan dalam memperoleh informasi.

Penelitian ini menarik untuk dilakukan tehadap perusahaan manufaktur yang go public untuk mengetahui sejauh mana pengungkapan yang dilakukan berbagai perusahaan tersebut dalam website masing-masing sesuai dengan prinsip CG. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur dengan dua variabel yang berbeda yaitu penggunaan aset (asset utilization) dan penerbitan saham baru. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance Melalui Website pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2010”.


(20)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan? 2. Apakah ROE perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan? 3. Apakah leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan?

4. Apakah penggunaan aset memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan? 5. Apakah penerbitan saham baru memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan? 6. Apakah komposisi dewan independen memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan perumusan masalah diatas adalah untuk mengetahui dan menganalisis:


(21)

1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan.

2. Pengaruh ROE terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan.

3. Pengaruh leverage terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan.

4. Pengaruh penggunaan aset terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan.

5. Pengaruh penerbitan saham baru terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan.

6. Pengaruh komposisi dewan indepeden terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance pada website masing-masing perusahaan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, antara lain:

1. Memberikan penilaian mengenai pengungkapan CG pada website masing-masing perusahaan bagi perusahaan manufaktur.

2. Memberikan informasi bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai analisis pengungkapan CG di website masing-masing perusahaan manufaktur bagi penulis. 4. Memberikan studi literatur bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Corporate Governance (CG)

Cadbury Committee yang pertama kali menggunakan istilah CG

pada laporan mereka yang dikenal sebagai Cadbury Report pada tahun 1992. Istilah ini menjadi popular dan menjadi titik balik yang sangat menentukan bagi praktek CG. Definisi CG menurut Cadbury Committee adalah “seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka”.

Definisi lain juga diberikan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mengenai CG yaitu “sekumpulan

hubungan antara pihak manajemen perusahaan, dewan komisaris dan pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan”. Sedangkan itu, Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2000) mendefiniskan corporate governance sebagai:

Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintahan, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.


(23)

OECD mengembangkan lima prinsip Good Corporate Corporate, yaitu: 1. Hak-hak para pemegang saham (shareholders) dan perlindungannya.

2. Peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya.

3. Pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi.

4. Tanggung jawab dewan (dewan komisaris maupun direksi) terhadap perusahaan, pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.

Di Indonesia, asas CG ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) yang tercantum dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance, yaitu:

1. Transparansi

Untuk menjaga objektivitas dalam melanjutkan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil insiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu, perusahaan harus dikelola secara benar, terukur sesuai kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3. Responsibilitas

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapatkan pengakuan sebagai good corporate citizen.

4. Independensi

Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak diintervensi oleh pihak lain.


(24)

5. Kewajaran dan Kesetaraan

Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

2.1.2. Transparansi

Transparansi (transparency) secara harafiah adalah jelas (obvious), dapat dilihat secara menyeluruh (able to be seen through) (Collins, 1986). Dengan demikian transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan perusahaan (Wardijasa, 2001). Sedangkan menurut Keputusan Menteri BUMN No. Kep- 117/M-MBU/2002, “transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang materil dan relevan mengenai perusahaan”.

Menurut FCGI, prinsip disclosure dan transparency (transparansi) diwujudkan dengan mengembangkan sistem akuntansi (accounting system) yang berbasiskan standar akuntansi dan best practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas, mengembangkan Informasi Technology (IT) dan Management Information System (MIS) untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai

dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi, mengembangkan enterprise risk management yang memastikan bahwa semua risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur, dan dapat dikelola pada tingkat toleransi yang jelasdan mengumumkan jabatan kosong secara terbuka.


(25)

2.1.3. Pengungkapan Corporate Governance dengan Memanfaatkan Internet

Disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Data tersebut harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara tepat kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut (Sihite, 2010).

Ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar dan regulasi yaitu:

1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)

Pengungkapan Wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Peraturan tentang standar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik yaitu, Peraturan No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No. VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan. Peraturan tersebut diperkuat dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/1995, yang selanjutnya diubah melalui Keputusan Ketua Bapepem


(26)

No. Kep-38/PM/1996 yang berlaku bagi semua perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik. Peraturan tersebut diperbaharui dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang mengatur tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik untuk setiap jenis industri.

2. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen. Pengungkapan Sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku.

Dalam penelitian ini, akan diteliti pengungkapan Corporate Governance berbasis internet melalui website masing-masing perusahaan

yang termasuk dalam kategori pengungkapan sukarela. Xiao et al. (2002) dalam Sayogo (2006) mengatakan bahwa internet menawarkan berbagai macam kemudahan dalam mengungkapkan informasi keuangan dalam jumlah yang lebih banyak dan biaya yang lebih rasional serta dapat mencakup pengguna yang lebih luas tanpa harus dirisaukan oleh hambatan geografis.

Gandia (2008) mengungkapkan beberapa keuntungan yang didapatkan dari aplikasi dan perkembangan pengungkapan CG yang berbasis internet, yaitu: memfasilitasi komunikasi antara perusahaan dan investor (khususnya pemegang saham), mengurangi biaya distribusi dan


(27)

meningkatkan ketepatwaktuan dari informasi perusahaan, membantu perkembangan keikutsertaan pemegang saham dalam kehidupan perusahaan, mendemokratisasi akses terhadap informasi perusahaan dan menambah kredibilitas terhadap praktek CG.

Sayogo (2005) dalam Sayogo (2006) menyatakan penggunaan internet sejalan dalam peningkatkan transparansi yang diberikan oleh perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan CG.

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance berbasis internet melalui Website Perusahaan

2.1.4.1 Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan variabel yang paling lazim dalam mempengaruhi tingkat pengungkapan (Ezat dan Masry, 2008). Perusahaan besar kemungkinan besar lebih banyak menggunakan Teknologi Informasi daripada perusahaan kecil dalam meningkatkan informasi keuangan untuk mencukupi kebutuhan informasi yang besar (Ashbaugh et al., 1999 dalam Aly et al., 2009).

Perusahaan besar kemungkinan besar lebih mencantumkan laporan keuangan dalam website perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan besar biasanya memiliki lebih banyak produk dan jaringan distribusi yang lebih kompleks yang mengharuskan sistem informasi manajemen dan database yang lebih besar dan lebih


(28)

kompleks untuk tujuan kontrol managemen (Ashbaugh et al., 1999 dalam Aly et al., 2009).

Cheung et al. (2006) memiliki hipotesis jika perusahaan besar lebih transparan daripada perusahaan kecil. Alasannya ialah perusahaan besar memiliki basis investor yang lebih luas daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki lebih banyak sumberdaya untuk menyediakan pengungkapan yang lebih baik daripada perusahaan kecil. Hipotesis tersebut terbukti dari hasil penelitian Cheung et al. (2006) yang menyatakan perusahaan besar memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan lebih banyak informasi dan memiliki transparansi yang lebih.

Perusahaan besar kemungkinan besar lebih mampu memasuki pasar keuangan apabila mereka mengungkapkan lebih banyak informasi secara online (Bonso´n and Escobar, 2002 dalam Ezat dan Masry, 2008).

2.1.4.2 Return on Equity (ROE)

Terdapat beberapa alasan akan pentingnya penelitian hubungan antara profitabilitas dan pengungkapan secara online (Ezat dan Masry, 2008). Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan untuk memberikan ukuran tingkat efektivitas perusahaan manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2008: 196). Salah satu cara untuk


(29)

mengukur profitabilitas dengan menilai return on equity (ROE). Kinerja masa lalu dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan perusahaan (Khanna, Palepu, dan Srinivasan, 2004 dalam Cheung et al., 2006). Contohnya, perusahaan yang memiliki profit tinggi kemungkinan lebih mau mengungkapkan informasi kepada investor eksternal daripada perusahaan yang memiliki profit yang rendah (Cheung et al., 2006).

2.1.4.3 Leverage

Leverage terkait dengan pengunaan dari sumber keuangan

seperti debt dan dana pinjaman untuk meningkatkan ROE. Jadi, perusahaan dengan leverage yang tinggi akan bertanggung jawab untuk memuaskan kebutuhan para kreditor dengan menyebarkan informasi yang reliabel dalam website perusahaan untuk membuat para kreditor lebih percaya terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya (Ezat dan Masry, 2008).

Ketika perusahaan menaikkan debt/ equity ratio, perusahaan diharuskan untuk menaikkan pengungkapan dengan tujuan untuk meyakinkan kreditor jika perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar utangnya (Watts dan Zimmerman, 1990 dalam Gandia, 2004).


(30)

2.1.4.4 Penggunaan aset (Asset Utilization)

Kemungkinan perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat tinggi memiliki tingkat pengungkapan perusahaan yang lebih tinggi daripada perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat rendah. Alasannya ialah perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat tinggi kemungkinan akan menarik lebih banyak investor dan analis. Oleh karena itu, perusahaan tersebut akan mengungkapkan lebih banyak informasi yang lebih relevan kepada investor eksternal yang pada gilirannya akan meningkatkan pengungkapan perusahaan dan transparansi pada perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat yang tinggi (Cheung et al., 2006 ).

2.1.4.5 Penerbitan saham baru

Perusahaan yang menaikkan modal di pasar modal memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan praktik CG secara lebih luas dan menyalurkannya dalam laporan tahunan untuk meyakinkan para investor potensial (Lang and Lundholm, 1993 dalam Bujaki dan McConomy, 2002).

Ezat dan Masry (2008) juga mengungkapkan bahwa sebagian besar perusahaan mencoba meningkatkan modal mereka melalui lebih dari satu sumber dan salah satu sumbernya dengan menerbitkan beberapa saham. Perusahaan yang memerlukan pendanaan baru akan mengungkapkan informasi yang lebih dalam


(31)

website untuk menarik lebih banyak investor dan untuk

meningkatkan kepercayaan mengenai posisi perusahaan yang akan mendorong investor yang lain untuk berinvestasi di dalam perusahaan.

Bagi perusahaan yang bermaksud untuk mendapatkan modal akan mengurangi asimetri informasi dan menyediakan akses yang luas mengenai rencana perusahaan dan aktivitas yang bermanfaat (Leland & Pyle, 1977; Myers & Majluf, 1984 dalam Sriram dan Laksamana, 2006). Pengurangan asimetri informasi akan meningkatkan minat investor, dan akan memperluas kemampuan perusahaan untuk mendapatkan lebih banyak modal yang dibutuhkan (Fishman & Hagerty, 1989; Merton, 1987 dalam Sriram dan Laksmana, 2006).

2.1.4.6 Komposisi dewan

Menurut Haniffa and Cooke (2002) dalam Ezat dan Masry (2008), komposisi dewan independen dikenal sebagai “proporsi dewan komisaris dari luar perusahaan terhadap jumlah total dewan komisaris” yang biasa disebut dengan komisaris independen (Ezat dan Masry, 2008).

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004).


(32)

Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif, independen dan untuk menjaga fairness serta memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan stakehorlder lainnya. Dengan adanya komisaris independen, semua pihak yang berkepentingan mendapatkan manfaat yang besar, terutama terbentuknya situasi yang suitable dengan prinsip Good Corporate Governance, dimana komisaris dapat memberikan

pandangan dengan tingkat independensi dan akuntabilitas yang lebih tinggi (Rifai, 2009).

Berdasarkan teori agensi, sebuah dewan akan lebih efektif jika terdiri dari mayoritas komisaris yang tidak memiliki hubungan (Amar dan Boujenoui, 2008).

2.2 Penelitian terdahulu

Dalam beberapa tahun belakangan ini, terdapat perkembangan penelitian pengungkapan CG perusahaan melalui internet. Gandia (2004) dan (2008) meneliti mengenai pengungkapan corporate governance berbasis internet pada perusahaan-perusahaan publik di Spanyol. Dalam penelitian tersebut, Gandia (2004) dan (2008) dalam Falah (2011) menggunakan tiga perspektif dalam menganalisis pengungkapan CG yaitu: laporan tahunan, pengungkapan dalam website Badan Regulasi Pasar Modal, dan pengungkapan dalam website


(33)

masing-masing perusahaan. Kesimpulannya ialah pertama, tingkat pengungkapan perusahaan publik di Spanyol masih rendah. Kedua, perusahaan-perusahaan tertentu memperlakukan internet sebagai media yang tepat untuk melengkapi informasi yang diterbitkan secara konvensional (annual report). Ketiga, tingkat pengungkapan informasi menunjukan eksistensi perusahaan di media dan hal tersebut menambah keyakinan para investor untuk menanamkan modalnya.

Sayogo (2006) dalam Pramono (2011) meneliti tentang determinan-determinan dari pengungkapan CG melalui internet pada perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta. Penelitian Sayogo (2006) dalam Pramono (2011) mengambil sampel perusahaan yang tergolong dalam Liquid 45 (LQ-45) Bursa Efek Jakarta, yaitu perusahaan yang sahamnya paling aktif diperdagangkan dalam bursa. Media yang menjadi objek penelitian adalah website perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan jumlah dewan independen memiliki pengaruh signifikan..

Falah (2011) meneliti mengenai analisis pengungkapan Corporate Governance berbasis Internet oleh perusahaan publik di Indonesia tahun 2010.

Dalam penelitiannya, Falah (2011) hanya menggunakan satu perspektif yaitu indeks pengungkapan CG website. Kesimpulan dari penelitian Falah (2011) adalah terdapat perbedaan pengungkapan CG di website perusahaan pada tingkat ukuran perusahaan yang berbeda, tingkat umur listing yang berbeda, tingkat keefektifan jumlah dewan komisaris yang berbeda, dan tipe auditor yang berbeda. Sebaliknya, tidak terdapat perbedaan signifikan tingkat pengungkapan CG di


(34)

website perusahaan pada tingkat profitabilitas yang berbeda dan tingkat floating

capital yang berbeda.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Nama

Peneliti Variabel Dependen Variabel Independen Hasil Penelitian 1. Sayogo

(2006) Indeks transparansi dari informasi yang terkait dengan Corporate Governance (CG) di website perusahaan. Ukuran perusahaan, ROE, klasifikasi industry, ukuran dewan direksi, dualitas posisi dan distribusi saham. Ukuran perusahaan dan jumlah dewan independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pengungkapan CG dalam media website perusahaan.

2. Cheung et al. (2006) Indeks pengungkapan dan transparansi. Variabel keuangan: ukuran perusahaan, leverage, ROA, aset jaminan, penggunaan aset dan variabel CG: stuktur kepemilikan, komposisi dewan independen, ukuran dewan 1.Tingkat pengungkapan dan transparansi berhubungan positif dengan ukuran perusahaan,

pemanfaatan aset, nilai jaminan di perusahaan Hongkong tapi tidak di Thailand.

2. Struktur kepemilikan tidak mempengaruhi perusahaan di Thai dan Hongkong. Ukuran dewan berpengaruh: positif terhadap perusahaan Thai dan negatif di perusahaan Hongkong, komposisi dewan independen berpengaruh positif pada perusahaan di kedua negara. 3. Amar dan

Boujenoui Kualitas pengungkapan Struktur kepemilikan, Kualitas pengungkapan CG memiliki hubungan:


(35)

(2008) CG komposisi dewan, struktur kepemimpinan dewan, ukuran perusahaan, leverage, kesempatan pertumbuhan, kinerja perusahaan, penerbitan saham baru, US-cross listing

- positif dengan komposisi dewan. -negatif dengan struktur kepemilikan dan

dualitas CEO. - signifnikan dengan ukuran perusahaan. Perusahaan besar dalam US- cross listing

mengungkapkan

kua litas informasi yang lebih dalam praktek CG.

-tidak signifikan dengan leverage, kesempatan pertumbuhan, kinerja perusahaan, penerbitan saham baru.

4. Gandia (2008)

Indeks

pengungkapan CG di Spanyol

Ukuran perusahaan, ROE, Usia listing, Ukuran dewan, CEO duality, floating capital, visibilitas media, analisis kedepan Pengungkapan CG dipengaruhi oleh

perusahaan dengan skor tinggi untuk

transparansi juga dan paling mungkin untuk menggunakan internet sebagai saluran untuk pengungkapan CG di internet.

5. Almilia (2008) Indeks pengungkapan Internet Financial and Sustainability Reporting (IFSR) Ukuran perusahaan, ROA, ROE, leverage, struktur kepemilikan luar. Size perusahaan, profitabilitas perusahaan dan kepemilikan mayoritas merupakan variabel yang menentukan tingkat pengungkapan sukarela perusahaan yang ditunjukkan dengan peningkatan indeks IFSR (Internet Financial and

Sustainability Reporting). 6. Ezat dan

Masry (2008) Corporate Internet Reporting Ukuran perusahaan, tipe aktivitas Ukuran perusahaan, likuiditas, struktur kepemilikan, tipe


(36)

(CIR) timeliness index bisnis perusahaan, ROE, leverage, likuiditas, penerbitan saham, struktur kepemilikan, komposisi dewan, dualitas peran, ukuran dewan komisaris. aktivitas bisnis perusahaan, komposisi dewan, dan ukuran dewan komisaris mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan CIR timeliness.

7. Falah (2011) Indeks pengungkapan CG pada laporan tahunan perusahaan Ukuran perusahaan, ROE, listing age, floating capital, ukuran dewan komisaris, ukuran auditor.

Terdapat empat variabel yang mempengaruhi tingkat pengungkapan CG di website

perusahaan yaitu ukuran perusahaan, lamanya listing, ukuran dewan komisaris, dan audit. Akan tetapi, ROE dan floating capital tidak menunjukan pengaruh terhadap tingkat pengungkapan CG di website

perusahaan.

Sumber : Berbagai jurnal, 2012

2.3 Kerangka Konseptual

Setiap perusahaan yang go public memiliki berbagai stakeholders yang tentunya ingin mengetahui informasi mengenai perusahaan. Biasanya informasi tersebut hanya dapat diketahui secara tahunan dalam laporan tahunan perusahaan. Seharusnya, informasi mengenai perusahaan dapat diketahui setiap saat tanpa terhalang batasan waktu, tempat ataupun biaya. Internet dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Perusahaan dapat membuat website pribadi


(37)

yang dapat mengungkapkan informasi perusahaan mengenai laporan keuangan dalam skala kuartal maupun tahunan. Perusahaan juga dapat mengungkapkan secara luas mengenai penerapan Corporate Governance di dalam perusahaan. Dengan begitu, investor dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat yang berkaitan dengan perusahaan. Dalam penelitian ini akan diuji faktor-faktor penentu yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Goverance melalui website perusahaan. Variabel yang diteliti ialah ukuran perusahaan, ROE,

leverage, penggunaan aset (asset utilization), penerbitan saham baru, dan

komposisi dewan independen.

Gambar 2.1

Model kerangka pemikiran penelitian

Indeks pengungkapan corporate governance dalam website perusahaan

J

Ln Penjualan Total aktiva Jumlah saham baru yang beredar di pasaran

Jumlah dewan independen Jumlah total dewan Ln (Total aset perusahaan)

Laba bersih Ekuitas pemegang saham

Total utang Total ekuitas

Ukuran perusahaan

Return on Equity

Leverage Penggunaan aset (Asset Utilization) Penerbitan saham baru Komposisi dewan independen Indeks pengungkapan corporate governance dalam website perusahaan


(38)

2.4 Hipotesis

2.4.1 Ukuran perusahaan

Beberapa argumentasi yang mendasari hubungan ukuran perusahaan dengan tingkat pengungkapan. Pertama, perusahaan besar yang memiliki sistem informasi pelaporan yang lebih baik cenderung memiliki sumber daya untuk menghasilkan lebih banyak informasi dan biaya untuk menghasilkan informasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki keterbatasan dalam sistem informasi pelaporan. Kedua, perusahaan besar memiliki insentif untuk menyajikan pengungkapan sukarela, karena perusahaan besar dihadapkan pada biaya dan tekanan politik yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil. Ketiga, perusahaan kecil cenderung untuk menyembunyikan informasi penting dikarenakan competitive disadvantage (Almilia, 2008).

Bukti empiris dari penelitian terhadap pengungkapan secara online (Craven dan Marston, 1999; Pirchegger dan Wagenhofer, 1999; Bonso´n dan Escobar, 2002; Debreceny et al., 2002; Ettredge et al., 2002; Bollen et al., 2006) menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara ukuran perusahaan dan tingkat pengungkapan (Gandia, 2008). Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut:

H1: Terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance.


(39)

2.4.2 Return on Equity (ROE)

ROE merupakan salah satu bagian dalam mengukur kinerja perusahaan. Saat kinerja perusahaan dalam kondisi baik, perusahaan akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak untuk menunjukan keberhasilannya. Di samping itu, perusahaan dengan performa yang baik mempunyai dana yang berlebih untuk membiayai penyediaan informasi. Website perusahaan diasumsikan akan lebih update saat perusahaan dalam

kondisi yang baik. Sebaliknya, perusahaan yang dalam kondisi yang kurang sehat, akan membatasi informasi yang diberikan kepada publik (Falah, 2011). Para manajer termotivasi untuk mengungkapkan informasi yang lebih lengkap untuk mendukung kontinuitas dari posisi dan gaji mereka serta untuk memberikan kepercayaan institusional (Gandia, 2008). Terdapat bukti empris yang menyatakan tingkat pengungkapan perusahaan memiliki hubungan positif dengan kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROE perusahaan (Meek et al., 1995; Ettredge et al., 2002; Haniffa dan Cooke, 2002 dalam Gandia, 2004). Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut:

H2: Terdapat pengaruh signifikan ROE perusahaan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance.

2.4.3 Leverage

Perusahaan memiliki insentif untuk meningkatkan pengungkapan sukarela kepada stakeholder baik berupa media pengungkapan tradisional


(40)

maupun media lain yaitu pengungkapan informasi perusahaan melalui website perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Almilia, 2008).

Ainun Na'im dan Fuad Rakhman (2000) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) membuktikan bahwa rasio leverage mempunyai hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan. Tetapi, Fitriani (2001) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) mengungkapkan bahwa rasio leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela. Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut:

H3: Terdapat pengaruh signifikan leverage terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance.

2.4.4 Penggunaan aset (Asset Utilization)

Penggunaan aset dikaitkan dengan rasio aktivitas yang merupakan rasio untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Jenis-jenis rasio aktivitas yaitu: perputaran piutang, hari rata-rata penagihan piutang, perputaran sediaan, hari rata-rata penagihan sediaan, perputaran modal kerja, perputaran aktiva tetap dan perputaran aktiva. Dalam penelitian ini, penggunaan aset diproksikan dengan perputaran aktiva (assets turnover).

Perusahaan yang menggunakan aset tetap dengan tingkat tinggi diasumsikan memiliki pengungkapan yang lebih transaparan melalui internet daripada perusahaan yang menggunakan aset tetap dengan tingkat


(41)

memerlukan lebih banyak modal untuk mendapatkannya yang pada akhirnya akan menarik lebih banyak investor dan analis (Cheung et al., 2006). Dari uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut:

H4: Terdapat pengaruh signifikan penggunaan aset terhadap indeks pengungkapan Corporate governance.

2.4.5 Penerbitan saham baru

Rencana untuk mendapatkan modal melalui penawaran saham adalah faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengungkapan (Clarkson et al., 1994; Frankel, McNichols, & Wilson, 1995; Gibbins, Richardson, & Waterhouse, 1990; Lang & Lundholm, 1993 dalam Sriram dan Laksmana, 2006). Beberapa studi mengungkapkan hubungan yang signifikan antara penerbitan saham dengan pengungkapan secara online (Ettredge et al., 2002; Xiao et al., 2004; Sriram dan Laksamana, 2006 dalam Ezat dan Masry, 2008).

Collet dan Hrasky (2005) dalam Amar dan Boujenoui (2008) juga mengungkapkan terdapat hubungan positif antara pengungkapan sukarela dari praktek CG dan tujuan untuk menerbitkan modal saham di Australia. Namun, Bujaki dan McConomy (2002) dalam Amar dan Boujenoui (2008) tidak melaporkan hubungan signifikan antara penerbitan modal dengan luas informasi CG. Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut:


(42)

2.4.6 Komposisi dewan independen

Cheung et al. (2006) memberikan asumsi jika komposisi dewan independen memberikan pengaruh terhadap tingkat pengungkapan dan transparansi. Alasannya adalah komisaris independen kemungkinan menginginkan pengungkapan informasi yang lebih untuk memberi keuntungan kepada stakeholder yang lain dari perusahaan. Ini dapat memberikan hubungan positif dari proporsi komisaris dari luar perusahaan dengan tingkat pengungkapan dan transparansi perusahaan.

Chen dan Jaggi (2000) dalam Amar dan Boujenoui (2008) memberikan bukti dari hubungan positif antara komisaris eksternal dengan luas pengungkapan laporan keuangan di Hongkong. Chen dan Jaggi (2000) dalam Amar dan Boujenoui (2008) juga melaporkan bahwa dewan independen memiliki hubungan positif dengan tingkat pengungkapan dari sampel perusahaan yang listed di Singapore Stock Exchange. Ezat dan Masry (2008) menemukan hubungan positif yang signifikan antara komposisi dewan dengan ketepatwaktuan Corporate Internet Reporting. Ini menandakan proporsi komisaris independen dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi dengan tepat waktu dalam website perusahaan. Di sisi lain, Eng dan Mak (2003) menemukan hubungan negatif antara komposisi dewan independen dengan tingkat pengungkapan sukarela. Berdasarkan hubungan tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut:

H6: Terdapat pengaruh signifikan antara komposisi dewan independen terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance.


(43)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau satu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Penelitian ini menguji mengenai analisis pengungkapan corporate governance melalui website oleh perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010.

3.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengunjungi situs Bursa Efek Indonesia

pengungkapan perusahaan didapatkan website masing-masing perusahaan dengan jadwal penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian Feb 2012

Mar 2011

Apr 2012

Mei 2012

Jun 2012 Pengajuan dan

Persetujuan Judul

Penyelesaian Proposal

Bimbingan Proposal


(44)

Pengumpulan dan Pengolahan Data

Bimbingan dan Penyelesaian Skipsi

Ujian

Komprehensif

Sumber: Diolah oleh penulis (2012)

3.3 Definisi operasional dan Skala pengukuran

Menurut Husein Umar (2003: 162), definisi operasional adalah

Penentuan suatu construct sehingga ia menjadi variabel atau variabel-variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang dapat digunakan oleh periset dalam mengoperasionalkan construct, sehingga memungkinkan bagi periset lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mencoba untuk mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Dependen (Y)

Dalam penelitian ini akan diuji indeks pengungkapan Corporate Governance yang diukur dari informasi yang disajikan dari website


(45)

2. Variabel Independen (X)

Variabel independen terdiri dari ukuran perusahaan (X1), ROE (X2),

leverage (X3), penggunaan aset (X4), penerbitan saham baru (X5), komposisi

dewan independen (X6).

3.3.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Governance (CG) melalui website perusahaan. Tingkat

pengungkapan CG pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 diukur melalui indeks pengungkapan yang dilihat dari website masing-masing perusahaan. Indeks pengungkapan tersebut diambil dari penelitian Gandia (2008) yang dikembangkan oleh Falah (2011).

Item-item tersebut telah disesuaikan dengan keadaan yang ada di Indonesia. Sehingga terdapat item-item yang dihapus karena tidak dapat diterapkan dengan ketentuan yang ada di Indonesia. Item yang harus diungkapkan terdiri dari 4 klasifikasi, yaitu pengungkapan tentang dewan komisaris, rapat umum pemegang saham, struktur kepemilikan, dan informasi lain tentang corporate governance yang dibagi lagi menjadi 28 item. Jika perusahaan mengungkapkan maka diberi nilai 1 (satu) dan jika tidak 0 (nol) (Falah, 2011).

Berdasarkan penelitian Gandia (2008) dalam Falah (2011), pengukuran indeks pengungkapan CG didapatkan dengan rumus sebagai


(46)

CGI x 10 Dimana:

CGI : indeks pengungkapan GCG perusahaan j nj : jumlah item untuk perusahaan j

nj : 28 item

Xij : 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan.

3.3.2 Variabel Independen

3.3.2.1 Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan diproksikan dengan total aktiva dari perusahaan sampel tahun 2011 (Almilia dan Retrinasari, 2007; Almilia, 2008; Amar dan Boujenoui, 2008; Gandia, 2008; Fa

lah, 2011). Alasan penggunan total aktiva dalam penelitian ini karena total aktiva lebih menunjukkan ukuran perusahaan di banding kapitalisasi pasar (Fitriani, 2001 dalam Almilia dan Retrinasari, 2007). Ukuran perusahaan selanjutnya ditulis dengan Size yang diukur dengan logaritma natural dari total aktiva perusahaan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:


(47)

3.3.2.2 Return On Equity

“Return on Equity atau hasil pengembalian ekuitas atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri” (Kasmir, 2008:204). Untuk mencari ROE dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROE = Laba bersih Total Ekuitas

3.3.2.3 Leverage

Dalam penelitian ini, leverage diproksikan dengan Debt To Equity Ratio (DER) perusahaan manufaktur yang dijadikan ampel

pada tahun 2011 yang diukur dengan membagi total kewajiban dengan ekuitas pemegang saham (Gandia, 2004; Almilia dan Retrinasari, 2007; Amar dan Boujenoui, 2008). “DER berguna untuk mengetahui jumlah dana yang dissediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan” (Kasmir, 2008: 158). DER dapat dirumuskan sebagai berikut:

Leverage = Total Utang


(48)

3.3.2.4 Penggunaan asset (Asset Utilization)

Untuk mencari pengggunaan aset (asset utilization), digunakan total assets turnover (Cheung et al., 2006). Rasio ini digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Kasmir, 2008: 185). Total aset turnover dapat dirumuskan sebagai berikut:

Total aset turnover = Ln Penjualan

Total aktiva

3.3.2.5 Penerbitan saham baru

Penerbitan saham baru ialah upaya perusahaan untuk memperoleh modal yang lebih banyak dengan menerbitkan saham baru untuk memperluas perusahaan. Penerbitan saham merupakan variabel dummy. Jika perusahaan menerbitkan saham di tahun 2010 diberi kode “1” dan jika perusahaan tidak menerbitkan saham di tahun 2010 diberi kode “0” (Ezat dan Masry, 2008; Amar dan Boujenoui, 2008).

3.3.2.6 Komposisi dewan independen

Komposisi dewan dikenal sebagai “proporsi dewan komisaris dari luar perusahaan terhadap jumlah total dewan


(49)

komisaris (Haniffa and Cooke, 2002 dalam Ezat dan Masry, 2008). Dengan demikian dapat dirumuskan:

Komposisi dewan independen = Jumlah komisaris independen Jumlah total dewan komisaris

Tabel 3.2. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

No Variabel Penelitian

Definisi Operasional

Indikator Skala Pengukuran 1. Indeks

Pengungkapan Corporate Governance (Y)

Jumlah item yang diungkapkan / jumlah item yang diharapkan (maksimal)

CGI x 10 Rasio

2. Size perusahaan (X1)

Total aset yang dimiliki oleh perusahaan pada akhir tahun 2011.

Total asset Rasio

3. ROE (X2) Laba bersih /

ekuitas pemegang saham pada akhir tahun 2011.

Laba bersih, total ekuitas

Rasio

4. Leverage (X3) Total utang/ total

ekuitas

Total utang, total ekuitas

Rasio 5. Penggunaan aset

(X4)

Total aset turnover = Penjualan/ total aktiva

Penjualan, total aktiva

Rasio

6. Penerbitan saham baru (X5)

Jumlah saham baru yang beredar di pasaran

1= perusahaan menerbitkan saham, 0= perusahaan tidak menerbitkan saham Nominal

7. Komposisi dewan

independen (X6)

Jumlah dewan independen/ jumlah total dewan komisaris Dewan independen, total dewan komisaris Rasio


(50)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Syamsul Hadi (2006:45) “Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang akan diteliti”. Menurut Erlina (2011:81) “Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Indeks pengungkapan CG diukur berdasarkan website perusahaan. Berikut perincian kriteria sampel indeks pengungkapan CG berdasarkan website perusahaan pada penelitian ini:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 135 perusahaan.

b. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan (financial report) lengkap selama 2010 melalui

website Bursa Efek Indonesi

c. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah.

d. Perusahaan manufaktur yang memiliki website.

Batas waktu pengumpulan data yang ditetapkan peneliti, yaitu 29 Mei 2012. Setiap data sampel yang tidak memenuhi kriteria sampai batas waktu yang ditentukan, maka sampel tersebut dikeluarkan dari sampel penelitian.


(51)

3.5 Jenis data

Jenis data dalam penelitian ini adalah “data kuantitatif yaitu data yang berupa angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti” (Syamsul Hadi, 2006: 42) berupa laporan tahunan dan laporan keuangan dari perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 dan informasi dari website perusahaan dan merupakan “data sekunder yaitu data yang biasanya telah dikumpulkan oleh suatu lembaga tertentu dan diterbitkan secara berkala untuk kepentingan umum” (Syamsul Hadi, 2006: 41).

3.6 Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data sekunder berupa laporan tahunan dan laporan keuangan yang dipublikasikan, buku, serta jurnal ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini. Data diperoleh dari internet dengan cara mengunduh data-data yang diperlukan

dengan mengakses dari situs Bursa Efek Indonesia

masing-masing perusahaan.

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 17 (Statistical Product and Services Solution). Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai


(52)

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

Salah satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) adalah dipenuhinya semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien (Best Linear Unbiased Estimator/ BLUE).

3.7.1.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas untuk “mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini perlu dilakukan karena untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil” (Erlina, 2011: 100). Untuk mendeteksi apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dalam analisis grafik, distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika garis yang menggambarkan data sesungguhnya mengikuti garis diagonalnya maka data residual terdistribusi secara normal . Untuk uji statistik, dapat dilakukan dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov, jika nilai signifikansinya < 0,05 maka data

terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansinya > 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.


(53)

3.7.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk “menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen” (Erlina, 2011: 102). “Sebuah persamaan regresi dikatakan baik bila persamaan tersebut memiliki variabel independen yang tidak saling berkorelasi” (Syamsul Hadi, 2006: 168). Bila dua variabel independen atau lebih memiliki tingkat korelasi yang tinggi, maka secara statistik variabel-variabel tersebut mengukur hal yang sama, berarti variabel-variabel tersebut satu dan tidak berdiri sendiri yang terpisah satu sama lain yang bila dipaksakan maka hasil penelitian akan bias. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat melalui Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai toleransi (tolerance value). Untuk mengetahui adanya gejala multikolonieritas biasanya digunakan nilai cutoff dengan nilai tolerance 0,1 dan nilai VIF 5.

3.7.1.3 Uji Heterokedasitas

Uji ini bertujuan untuk “menguji apakah dalam suatu model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual atas suatu pengamatan ke pengamatan lainnya” (Husein Umar, 2003 : 137). Uji heterokedasitas sering tejadi pada model yang menggunakan data


(54)

cross section (silang waktu), pada penelitian ini data yang digunakan

ialah perusahaan manufaktur yg listed tahun 2010 di BEI.

3.7.2 Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Tujuan uji ini adalah “memprediksi besar variabel tergantung (dependent variable) menggunakan data dari dua atau lebih variabel bebas (independent variabel) yang sudah diketahui besarnya” (Singgih Santoso, 2012:

221). Hasil dari analisis regresi berganda berupa koefisien untuk setiap variabel independen. Persamaan regresi linier berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = α + 1 X1 + 2 X2+ 3 X3 + 4X4 + 5 X5 + 6 X6 +

Keterangan:

Y = indeks pengungkapan Corporate Governance

α = konstanta

β1, β2, β3, β4, β5, β6 = koefisian regresi dari variabel independen

X1 = ukuran perusahaan


(55)

X3 = leverage

X4 = pemanfaatan aset

X5 = penerbitan saham baru

X6 = komposisi dewan independen ε = error

3.7.2.1 Koefisien Determinasi ( R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk “mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2007: 83). Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan 1. Jika koefisien determinasi semakin mendekati 1 maka semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan koefisien determinasi mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Ghozali (2007: 83), “kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model”. Banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.


(56)

3.7.2.2 Uji Statistik F (uji secara simultan)

Uji statistik F bertujuan untuk “menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen” (Ghozali, 2006: 84). Ketentuan yang digunakan dalam uji F adalah jika F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi (Sig. < 0,05) maka model penelitian dapat digunakan atau model tersebut sudah tepat. Sebaliknya jika F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi (Sig. > 0,05) maka model penelitian tidak dapat digunakan atau model tersebut tidak tepat) .

3.7.2.3 Uji Statistik t (uji secara parsial)

“Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen” (Ghozali, 2007: 84). Suatu variabel independen dikatakan mempunyai pengaruh yang kuat dengan variabel dependen jika t-hitung lebih besar dari t-tabel atau probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi (Sig. < 0,5). Dan sebaliknya, variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen apabila t-hitung lebih kecil dari t-tabel atau probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi (Sig. > 0,05).


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Sampel Penelitian

Data kuantitatif yang dipergunakan pada penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010. Dari laporan keuangan tersebut yang menjadi objek penelitian adalah jumlah aset perusahaan, ROE, leverage, penggunaan aset (asset utilization) dan komposisi dewan independen. Data mengenai penerbitan saham di dapatkan dari Fact Book 2011 yang diperoleh dari situs BEI. Sedangkan, untuk indeks pengungkapan corporate governance, data diperoleh dari situs website masing-masing perusaahaan.

Penetapan sampel dilakukan dengan cara purpossive sampling menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Proses pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Gambaran Umum Pengambilan Sampel:

Perusahaan manufaktur yang go public tahun 2010 135 Pengurangan sampel:

Tidak menerbitkan laporan tahunan dan laporan keuangan melalui situs Bursa Efek Indonesia

(31) Tidak memiliki website atau website dalam perbaikan (13) Tidak menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah (5)

Jumlah sampel yang dipakai 86


(58)

4.2 Statistik Deskriptif

Menurut Erlina (2011: 93), “statistik deskriptif adalah proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diintepretasikan”. Singgih Santoso (2012: 29) mengemukakan “ciri utama statistik deskriptif yakni mendeskripsikan atau menjelaskan atau menggambarkan data tanpa menarik kesimpulan apapun”.

Berdasarkan data, maka diperoleh deskriptif statistik data penelitian sebagai berikut:

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

size = total aset 86 78200046845 1.E14 4.14E12 1.285E13

Roe 86 -1.61427902 3.36414524 .2321560565 6.0161597143 6E-1

Leverage 86 -1.94095429 27.06277932 1.3818429028

E0

3.0558502971 1E0 penggunaan aset 86 .00210750 19.99465311 1.4433174803

E0

2.0906145227 1E0 penerbitan saham

baru

86 0 1 .07 .256

komposisi dewan independen

86 .25 1.00 .4207 .12772

indeks

pengungkapan CG Website

86 .0000 5.7143 1.245838 1.2561362

Valid N (listwise) 86 Sumber: Data diolah, 2012

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui: 1. Jumlah sampel (N) sebanyak 86


(59)

2. Size perusahaan memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 4.143.027.685.871. Size terendah adalah Rp 78.200.046.845 yaitu Lionmesh Prima Tbk. Size tertinggi sebesar Rp 112.857.000.000.000 yaitu Astra International Tbk.

3. Return on Equity memiliki nilai rata-rata sebesar 0,2321560565 dengan standar deviasi 0,601615971436. ROE terendah adalah -1,61427902 yaitu APAC Citra Centertex Tbk. ROE tertinggi sebesar 3,36414524 yaitu Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

4. Leverage memiliki nilai rata-rata sebesar 1,3818429028 dengan standar deviasi 3,05585029711. Leverage terendah adalah -1,94095429 yaitu Unitex Tbk. Leverage tertinggi sebesar 27,06277932 yaitu APAC Citra Centertex Tbk.

5. Penggunaan aset memiliki nilai rata-rata sebesar 1,4433174803 dengan standar deviasi 2,09061452271. Penggunaan aset terendah adalah 0,00210750 yaitu Malindo Feedmill Tbk. Penggunaan aset tertinggi sebesar 19,99465311 yaitu JAPFA Comfeed Indonesia Tbk.

6. Penerbitan saham baru memiliki nilai rata-rata sebesar 0,07 dengan standar deviasi 0,256. Variabel ini merupakan variabel dummy, di mana 0 = perusahaan tidak menerbitkan saham baru, sedangkan 1 = perusahaan yang menerbitkan saham baru. Dari 86 perusahaan yang menjadi sampel, hanya 6 perusahaan yang menerbitkan saham baru yaitu Asiaplast Industries Tbk., Indofood CBP Sukses Makmur Tbk., Indopoly Swakarsa Industry Tbk.,


(60)

Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk., Krakatau Steel (Persero) Tbk, dan Nippon Indosari Corpindo Tbk.

7. Komposisi dewan independen memiliki nilai rata-rata sebesar 0,4207 dengan standar deviasi 0,12772. Size terendah adalah yaitu 0,25 yaitu JAPFA Comfeed Indonesia Tbk. Size tertinggi sebesar 1,00 yaitu Arwana Citramulia Tbk.

8. Indeks CG pada website masing-masing perusahaan memiliki nilai rata-rata sebesar 1,245838 dengan standar deviasi 1,2561362. Size terendah adalah 0,00 dimiiki oleh 16 perusahaan yaitu Asiaplast Industries Tbk., Cahaya Kalbar Tbk., Davomas Abadi Tbk., EkadharmaInternational Tbk., Indal Alumunium Industry Tbk., Intanwijaya International Tbk., Kedawung Setia Industrial Tbk., Kedaung Indah Can Tbk., Lion Metal Works Tbk., Prima Alloy Steel Universal Tbk., Supreme Cable Manufacturing Corporation Tbk., Sekawan Intipratama Tbk., Sekar Laut Tbk., Suparma Tbk., Indo Acidatama Tbk., Ultra Jaya Milk Industry Tbk. Size tertinggi sebesar 5,7143 yaitu Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah “untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, eror yang dihasilkan mempunyai distribusi


(61)

normal ataukah tidak” (Singgih Santoso, 2012: 230). Uji normalitas dapat dilihat melalui pendekatan histogram, grafik dan Kolmogorov-Smirnov.

Gambar 4.1 Histogram

Sumber: Data diolah, 2012

Dari gambar 4.1, terlihat bahwa data berdistribusi normal karena kurva normal yang ada di grafik mengikuti bentuk bel (lonceng). Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.


(62)

Gambar 4.2 Normal P-Plot

Sumber: Data diolah, 2012

Pada gambar 4.2 di atas, terlihat penyebaran titik yang mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Dalam hal ini berarti data berdistribusi normal.

Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov (One-Sampel K-S) dengan melihat data residualnya apakah berdistribusi

normal atau tidak. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal.


(63)

Tabel 4.3

Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 86

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .97093809 Most Extreme

Differences

Absolute .103

Positive .103

Negative -.042

Kolmogorov-Smirnov Z .953

Asymp. Sig. (2-tailed) .323

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Data diolah, 2012

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.3. Berdasarkan output SPSS di atas terlihat bahwa nilai asymp sig (2-tailed) dalam indeks CG pada website perusahaan adalah 0,323 dan di atas nilai signifikan 0,05 atau dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Singgih Santoso (2012: 234), “tujuan uji multikolinearitas adalah menguji apakah pada sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen”. Menurut Syafrizal Helmi Situmorang et al. (2008: 104), untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan


(64)

dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:

- VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas. - VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinearitas

- Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas

- Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas.

Tabel 4.4 Colinearity Statistic

Coefficientsa

Sumber: Data diolah, 2012

Dari tabel 4.4, dapat dilihat hasil tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 5 atau dengan kata lain, data tidak mengaami masalah multikolinearitas.

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1(Constant) -13.299 2.267 -5.867 .000

size = Ln total aset

.505 .084 .574 6.034 .000 .835 1.198

Roe .002 .204 .001 .009 .993 .791 1.264

Leverage -.073 .038 -.178 -1.915 .059 .876 1.141

Ln penggunaan aset

.059 .124 .043 .480 .632 .957 1.045

penerbitan saham baru

.456 .447 .093 1.020 .311 .908 1.102

komposisi dewan independen

1.378 .882 .140 1.562 .122 .940 1.064


(65)

4.3.3 Uji Heteroskedasitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual atas suatu pengamatan ke pengamatan lainnya (Husein Umar, 2003 : 137).

Gambar 4.3

Grafik Scatterplot

Sumber: Data diolah, 2012

Dari gambar 4.3, terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Berarti tidak terjadi heteroskedasitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi.


(66)

4.4 Hasil Pengujian Hipotesis

4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Jika koefisien determinasi semakin mendekati 1 maka semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan koefisien determinasi mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 4.5

Nilai Koefisien Determinasi Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .634a .403 .357 1.0071345

a. Predictors: (Constant), komposisi dewan independen, roe, Ln penggunaan aset, penerbitan saham baru, leverage, size = Ln total aset

Sumber: Data diolah, 2012

Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa R2 = 0,634 berarti hubungan antara size, ROE, leverage, penggunaan aset, penerbitan saham baru dan komposisi dewan independen terhadap indeks pengungkapan CG website


(67)

perusahaan sebesar 63,4%, artinya hubungannya erat. Adjusted R Square sebesar 0,357 berarti 35,7% faktor-faktor indeks pengungkapan CG website perusahaan dapat dijelaskan oleh, size, ROE, leverage, penggunaan aset (asset utilization), penerbitan saham baru dan komposisi dewan independen.

Sedangkan, 64,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standard Eror of Estimated (SEE) dalam indeks CG pada website perusahaan adalah 1,0071345. Menurut Singgih Santoso (2012: 224), “makin kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen, karena kesalahan model yang semakin kecil”.

4.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Tabel 4.6 Uji Statistik F

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 53.988 6 8.998 8.871 .000a Residual 80.131 79 1.014

Total 134.120 85

a. Predictors: (Constant), komposisi dewan independen, roe, Ln penggunaan aset, penerbitan saham baru, leverage, size = Ln total aset

b. Dependent Variable: indeks pengungkapan CG Website Sumber: Data diolah, 2012

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah 8,871 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena tingkat signifikansi lebih kecil dari


(68)

0,05, menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen (size, ROE, leverage, penggunaan aset, penerbitan saham baru dan komposisi dewan

independen) secara serempak adalah signifikan terhadap indeks pengungkapan CG dalam website perusahaan.

4.4.3 Uji T, Uji secara parsial

Uji T digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independen (Singgih Santoso, 2012: 225). Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, sedangkan jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak.

Tabel 4.7 Uji Statistik T

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -13.299 2.267 -5.867 .000

size = Ln total aset .505 .084 .574 6.034 .000

Roe .002 .204 .001 .009 .993

Leverage -.073 .038 -.178 -1.915 .059

Ln penggunaan aset .059 .124 .043 .480 .632

penerbitan saham baru

.456 .447 .093 1.020 .311

komposisi dewan independen

1.378 .882 .140 1.562 .122

a. Dependent Variable: indeks pengungkapan CG Website Sumber: Data diolah, 2012


(1)

Lampiran 5

UJI ASUMSI KLASIK


(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 86

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .97093809

Most Extreme Differences Absolute .103

Positive .103

Negative -.042

Kolmogorov-Smirnov Z .953

Asymp. Sig. (2-tailed) .323

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

UJI MULTIKOLINEARITAS

Colinearity Statistic Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1(Constant) -13.299 2.267 -5.867 .000

size = ln total aset

.505 .084 .574 6.034 .000 .835 1.198

Roe .002 .204 .001 .009 .993 .791 1.264

Leverage -.073 .038 -.178 -1.915 .059 .876 1.141

ln penggunaan aset

.059 .124 .043 .480 .632 .957 1.045

penerbitan saham baru

.456 .447 .093 1.020 .311 .908 1.102

komposisi dewan independen

1.378 .882 .140 1.562 .122 .940 1.064


(4)

UJI HETEROSKEDASITAS


(5)

Lampiran 6

HASIL UJI REGRESI BERGANDA

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .634a .403 .357 1.0071345

a. Predictors: (Constant), komposisi dewan independen, roe, ln penggunaan aset, penerbitan saham baru, leverage, size = ln total aset

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 53.988 6 8.998 8.871 .000a

Residual 80.131 79 1.014

Total 134.120 85

a. Predictors: (Constant), komposisi dewan independen, roe, ln


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -13.299 2.267 -5.867 .000

size = ln total aset .505 .084 .574 6.034 .000

Roe .002 .204 .001 .009 .993

Leverage -.073 .038 -.178 -1.915 .059

ln penggunaan aset .059 .124 .043 .480 .632

penerbitan saham baru

.456 .447 .093 1.020 .311

komposisi dewan independen

1.378 .882 .140 1.562 .122

a. Dependent Variable: indeks pengungkapan CG Website