34
di mana salah satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak untuk
menuntut pelaksanaan janji itu”.
55
2. Hubungan Perikatan Dengan Perjanjian
Untuk pemahaman pengertian tentang perjanjian, maka tidak akan terlepas hubungannya dengan perikatan, karena perjanjian adalah sumber yang terpenting bagi
lahirnya perikatan. Pasal 1233 Buku III KUHPerdata menyatakan bahwa: ”Tiap-tiap perikatan lahir baik karena persetujuan, baik karena Undang-undang”.
Sehingga dapat dikatakan, perikatan lahir melalui perjanjian yaitu dengan dikehendaki oleh para pihak dan juga melalui Undang-undang, artinya perikatan
dapat lahir antara orang atau pihak yang satu dengan pihak yang lain baik dengan atau tanpa orang-orang tersebut menghendakinya.
Mengenai pengertian atas perikatan, tidak satu pasalpun dalam KUHPerdata yang menguraikan apa yang dimaksud dengan perikatan. Subekti berusaha
memberikan batasan atas apa yang dimaksud dengan pengertian perikatan ialah: “suatu perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.”
56
Dalam perikatan, kewajiban tersebut disebut sebagai prestasi dapat dilihat dalam Pasal 1234 KUHPerdata yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap perikatan
adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat
55
Wirjono Prodjodikoro, Op.cit., hal. 4.
56
Subekti, Op.cit., hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
35
sesuatu.” Pihak-pihak dalam perikatan, sekurangnya ”terdiri dari 2 dua pihak yaitu
yang mempunyai kewajiban itu dinamakan juga pihak yang berhutang atau debitur, sedangkan pihak yang mempunyai hak itu disebut juga pihak penagih atau kreditur
pihak berpiutang”.
57
Menurut Mariam Darus Badrulzaman, perikatan adalah: “suatu hubungan hukum di antara dua orang atau lebih, yang terletak dalam harta kekayaan,
dengan pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu”.
58
Sedangkan menurut Subekti, yang dimaksud dengan perikatan adalah: “suatu hubungan hukum mengenai kekayaan harta benda antara dua orang, yang
memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari lainnya, sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu”.
59
Berdasarkan definisi tersebut dapat diuraikan unsur dari perikatan yaitu: a. Adanya suatu hubungan hukum;
b. Biasanya mengenai kekayaan atau harta benda; c. Antara dua orangpihak atau lebih;
d. Memberikan hak kepada pihak yang satu, yaitu kreditur; e. Meletakkan kewajiban pada pihak yang lain, yaitu debitur;
f. Adanya prestasi.
60
3. Asas-Asas Umum Dalam Hukum Perjanjian