Perjanjian Pengangkutan Pelaksanaan Perjanjian Baku Dalam Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Perusahaan Angkutan Darat Di Kota Medan (Studi Di Perusahaan Pengangkutan Barang CV. Asi Murni)

43 memperoleh hak milik atas suatu barang dinamakan daluwarsa acquisitive, sedangkan daluwarsa untuk dibebaskan dari perikatan disebut daluwarsa extinctif. 75 Apabila suatu perikatan yang lahirnya ditentukan oleh peristiwa yang belum terjadi dinamakan perikatan dengan syarat tangguh. Sedangkan perikatan yang berakhirnya ditentukan oleh peristiwa yang belum terjadi dinamakan dengan perikatan dengan syarat batal. Pasal 1265 KUHPerdata menentukan apabila syarat batal dipenuhi, maka menghapuskan perikatan dan membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula seolah-olah tidak pernah terjadi perjanjian.

6. Perjanjian Pengangkutan

Kegiatan di dalam proses pengangkutan terdapat pihak-pihak yang saling mengikatkan diri yaitu pihak pengangkut dan pihak pengirim. Antara pihak pengangkut dan pihak pengirim terjadi suatu perjanjian yang mendasari pelaksanaan proses kegiatan pengangkutan yaitu perjanjian pengangkutan. Mengenai pengertian perjanjian pengangkutan didalam Buku II KUHDagang tidak diberikan definisinya. Perjanjian pengangkutan itu sendiri bersifat konsensuil, sehingga untuk terciptanya perjanjian pengangkutan tidak diperlukan adanya syarat tertulis, jadi hanya bersifat konsensuil. Perjanjian pengangkutan terjadi setelah ada kesepakatan antara para pihak yang mengadakannya. Pihak pengangkut dikatakan menerima barang dan sepakat untuk mengantarkan barang kiriman pada alamat yang dituju dan pihak pengirim sepakat untuk membayar biaya pengangkutannya. Kedua belah pihak diberikan hak-hak untuk mengatur sendiri segala sesuatu mengenai perjanjian yang dilakukan. 75 Subekti, Aspek-aspek Hukum Nasional, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal. 2. Universitas Sumatera Utara 44 Dari segi hukum, khususnya hukum perjanjian, pengangkutan merupakan ”perjanjian timbal balik antara pengangkut dan pengirim barang atau penumpang, dimana pihak pengangkut mengikatkan dirinya untuk menyelengarakan pengangkutan barang atau orang ke suatu tempat tujuan tertentu, dan pihak pengirim barang atau penumpang mengikatkan diri untuk membayar ongkos angkutannya”. 76 Penggunaan terhadap jasa pengangkutan barang akan mengakibatkan terjadi kesepakatan antara perusahaan angkutan barang dan pengguna jasa angkutan. Kesepakatan itu berujud lisan ataupun tulisan. Kesepakatan yang dilakukan para pihak, dalam hal ini berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, telah melahirkan suatu perjanjian yang mengikat para pihak. ”Menurut sistem hukum yang masih berlaku di Indonesia, untuk mengadakan perjanjian pengangkutan barang atau orang tidak disyaratkan harus secara tertulis, jadi cukup diwujudkan dengan persetujuan kehendak secara lisan saja”. 77 Adanya kegiatan pengangkutan akan memberikan kemanfaatan terhadap daya guna dan nilai suatu barangorang, yang pada dasarnya dapat dikemukakan dalam dua nilai kegunaan pokok, yaitu: a. Kegunaan Tempat place utility. Dengan pengangkutan terjadi perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain yang menyebabkan barang menjadi lebih berguna dan bermanfaat bagi manusia, maka barang tadi sudah bertambah nilainya dengan adanya pengangkutan. b. Kegunaan Waktu time utility. 76 H.M.N. Purwosutjipto, Op.cit., hal. 2. 77 R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Rajawali, Jakarta, 1986, hal. 16. Universitas Sumatera Utara 45 Dengan adanya pengangkutan berarti bahwa dapat dimungkinkan terjadi perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain dimana barang lebih diperlukan tepat pada waktunya. 78 Namun di dalam pelaksanaan pengangkutan barang melalui darat, tidak semua jenis barang dapat diangkut oleh pihak perusahaan pengangkut barang umum. Hal ini terkait adanya ketentuan peraturan perundang-undangan yang melarang terhadap perusahaan angkutan barang umum untuk mengangkut jenis-jenis barang tertentu dan hanya dapat diangkut oleh angkutan barang khusus. Ketentuan yang mengatur mengenai larangan tersebut adalah sebagaimana diatur dalam penjelasan Pasal 160 huruf b UULLAJ yang berbunyi: Yang dimaksud dengan “angkutan barang khusus” adalah angkutan yang membutuhkan mobil barang yang dirancang khusus untuk mengangkut benda yang berbentuk curah, cair, dan gas, peti kemas, tumbuhan, hewan hidup, dan alat berat serta membawa barang berbahaya, antara lain: a. Barang yang mudah meledak; b. Gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau temperatur tertentu; c. Cairan mudah menyala; d. Padatan mudah menyala; e. Bahan penghasil oksidan; f. Racun dan bahan yang mudah menular; g. Barang yang bersifat radioaktif; dan h. Barang yang bersifat korosif.

7. Bentuk-Bentuk Perjanjian