1.6.7 Pembangunan dan kemiskinan
Pembangunan merupakan pergeseran dan suatu kondisi nasional yang satu menuju kondisi nasional yang lain, yang dipandang lebih baik dan lebih berharga
Katz, dalam Tjokrowinoto, 1995. Disamping itu pembangunan juga merupakan proses multi dimensional yang menyangkut perubahan-perubahan penting dalam
suatu struktur, sistem sosial ekonomi, sikap masyarakat dan lembaga-lembaga nasional dan akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran kesenjangan
inequality dan pemberantasan kemiskinan absolut.
17
17
Todaro, P Michael, dalam terjemahan, Economics Development In The Third World, Longman Limited, New York, 1977
Dengan kata lain, pengertian tersebut mengisyaratkan bahwa pembangunan berarti proses menuju
perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat yang mencakup kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri.
Pembangunan tidak hanya membutuhkan kemampuan pemerintah pusat, namun juga kemauan pemerintah daerah dituntut untuk bersama-sama
melaksanakan pembangunan daerahnya masing-masing dengan masyarakat. Sesuai dengan prinsip desentralisasi, UU No.22 tahun 1999 yang kemudian
direvisi menjadi UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, memberikan kewenangan bagi daerah untuk mampu tumbuh secara mandiri, kreatif sesuai
dengan kondisi sosial budayanya. Dengan kewenangan ini, daerah Kabupaten dan Kota sebagai titik berat otonomi daerah diberi keleluasaan untuk merencanakan
dan melaksanakan pembangunan daerahnya atas dasar prakarsa dan aspirasi masyarakatnya agar tercipta pembangunan yang berorientasi pada kebutuhan
daerahnya.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu aspek di bidang pembangunan yang memegang peranan penting untuk memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan adalah bagaimana
proses perencanaan dan implementasian program itu dilakukan, sehingga program pembangunan yang dirumuskan dan dilaksanakan secara partisipatif turut
memberikan kesempatan secara langsung kepada masyarakat dalam perencanaan yang menyangkut kesejahteraan mereka dan melaksanakan sendiri serta memetik
hasil program yang dicapai. Sejalan dengan perubahan paradigma perencanaan pembangunan dari pola
top down ke bottom up dengan diterbitkannya UU No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, proses perencanaan pembangunan
dilakukan secara berjenjang, dimulai dari level pemerintahan terendah dan berjenjang sampai ke atas. Dalam konteks inilah, setiap tingkat pemerintahan
berhak melakukan perencanaan yang sesuai dengan batas-batas kewenangan mereka melalui forum koordinasi horizontal.
Salah satu isu yang paling tidak pernah habis pembahasanya dalam pembangunan tersebut, khususnya pembangunan manusia adalah seperti masalah
kemiskinan, yang merupakan suatu kondisi hak manusia yang harus diperjuangkan dan diatasi.
Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensi karena berkaitan dengan ketidakmampuan akses secara
ekonomi, sosial, budaya, politik dan partisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan juga memiliki arti yang lebih luas dari sekedar lebih rendahnya tingkat pendapatan
atau konsumsi seseorang dari standar kesejahteraan terukur seperti kebutuhan kalori minimum atau garis kemiskinan. Akan tetapi kemiskinan memiliki arti
Universitas Sumatera Utara
yang lebih dalam karena berkaitan juga dengan ketidakmampuan untuk mencapai aspek di luar pendapatan non-income factors seperti akses kebutuhan minimum
seperti kesehatan, pendidikan, air bersih, dan sanitasi.
18
Menurut BPS dan Depsos 2002 kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk
makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan poverty line atau Bappenas 2000 mendefinisikan kemiskinan dalam 3 kriteria yaitu:
pertama, Berdasarkan Kebutuhan Dasar, suatu ketidakmampuan lack of
capabilities seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup minimum antara lain: pangan, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan
dan pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan rendahnya kemampuan fisik dan mental seseorang, keluarga, dan
masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kedua, Berdasarkan Pendapatan hal ini merupakan suatu tingkat pendapatan atau pengeluaran
seseorang, keluarga, dan masyarakat berada di bawah ukuran tertentu garis kemiskinan. Kemiskinan ini terutama disebabkan oleh rendahnya penguasaan
asset seperti lahan, modal, dan kesempatan usaha. Ketiga, Berdasarkan
Kemampuan Dasar, suatu keterbatasan kemampuan dasar seseorang dan keluarga
untuk menjalankan fungsi minimal dalam suatu masyarakat. Keterbatasan kemampuan dasar akan menghambat seseorang dan keluarga dalam menikmati
hidup yang lebih sehat, maju dan berumur panjang. Juga memperkecil kesempatan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan masyarakat dan
mengurangi kebebasan dalam menentukan pilihan terbaik bagi kehidupan pribadi.
18
Nazara, Suahasil, Warta Demografi: Pengentasan Kemiskinan: Pilihan Kebijakan dan Program yang Realistis, Depok: Gemilang Grafika, 2007, hal. 34
Universitas Sumatera Utara
batas kemiskinan poverty treshold. Garis kemiskinan yaitu sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara
2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan
jasa lainnya. Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa
lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan
modern pada masakini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern
seperti yang telah didefenisikan di atas. Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni
kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan
bencana alam. Sedangkan kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga atau institusi yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak
mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga menutup akses untuk berusaha lebih maju, keadaan inilah yang membuat
mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang melulu terfokus pada pertumbuhan ketimbang
pemerataan.
19
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin
19
Memahami Kemiskinan, dapat diakses di http:www.pu.go.idpublikp2kpdeshtm.
Universitas Sumatera Utara
absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan,
papan, pendidikan. Dari mereka yang tidak mempunyai apa-apa, orang yang hidupnya senantiasa ditengah bahaya berupa kekurangan sumber daya pokok
untuk bertahan hidup.
20
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan
masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
21
Defenisi konsep merupakan penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak, kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
1.7 Defenisi Konsep