mengatasi kemiskinan akibat dampak kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut.
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk
mengidentifikasi faktor-faktor mana saja yang termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian dan faktor mana saja yang tidak termasuk ke dalam ruang
lingkup penelitian tersebut, agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah dan lebih spesifik. Dan yang menjadi pembatasan masalah yang akan diteliti
hanya menganalisis upaya Indonesia khususnya di Kecamatan Medan Selayang Kelurahan Asam Kumbang Kota Medan dalam mengimplementasikan program-
program pengentasan kemiskinan yakni Bantuan Langsung Tunai guna mencapai tujuan dan target dari dampak kenaikan harga bahan bakar minyak BBM.
1.4 Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses implementasi program Bantuan Langsung Tunai dan layakkah
program BLT tersebut diterapkan dalam pengentasan kemiskinan khususnya di kota Medan sebagai satu dari beberapa kota besar lainnya di Indonesia dalam
rangka mencapai tujuan dan target akibat dampak kenaikan harga bahan bakar minyak BBM.
Selain tujuan umum, dapat pula diambil tujuan khusus sebagai penjabaran dari tujuan umum di atas, seperti, pertama; untuk mengetahui bagaimana upaya
Universitas Sumatera Utara
suatu proses kerjasama dalam struktur birokrasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengatasi masalah sosial seperti kemiskinan yang merupakan
masalah lokal dan nasional. Kedua; untuk mengetahui potensi masalah kemiskinan di Indonesia khususnya kota Medan dan sejauh mana program BLT
tersebut dapat menjawab permasalahan akibat kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut. Ketiga: bagi mahasiswa departemen ilmu politik agar dapat melihat
bagaimana pentingnya sebuah kerjasama sebagai kekuatan politik untuk menentukan kebijakan dalam lingkup lokal dan nasional.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
Untuk mencari khasanah ilmiah dalam kaitan ilmu politik dan pembangunan dalam pengentasan kemiskinan serta untuk melihat relevansi teori-
teori yang telah dipelajari dengan kenyataan yang ada di lapangan.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat dari penulisan ini dapat sebagai masukan dalam usaha mengetahui produk kegiatan politik, khususnya politik dalam bidang kebijakan
pembangunan untuk pengentasan kemiskinan. Selain itu, sebagai masukan baru dan sumbangan untuk pemerintah pusat dan daerah, Lembaga Swadaya
Masyarakat LSM, Institusi lainnya yang berkaitan secara langsung ataupun tidak dengan pengembangan studi tentang politik dan kebijakan pengentasan
kemiskinan di Indonesia khususnya di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3 Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa ilmu politik, khususnya bagi mereka yang tertarik dengan kajian politik dan
pembangunan dalam konteks pengimplementasian kebijakan pengentasan kemiskinan. Juga penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi
tentang politik dan kebijakan pembangunan dalam pengentasan kemiskinan bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara khususnya
Departemen Ilmu Politik
1.6 Kerangka Teori
Dalam menyusun sebuah tulisan ilmiah, maka kerangka dasar pemikiran yang bertitik tolak dari teori merupakan bagian yang sangat penting, karena dalam
kerangka teori membantu ketajaman analisis akan masalah yang akan diteliti dan memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah
penelitian akan disoroti.
10
Kerangka teori kemudian akan digunakan sebagai landasan berfikir dalam penelitian. Teori dalam penelitian merupakan seperangkat
preposisi yang terintegrasi secara sintaksis yaitu yang mengikuti aturan-aturan- aturan tertentu yang akan dihubungkan secara logis dengan data yang lain untuk
diamati dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.
11
Kerangka teori yang menjadi landasan berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
10
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995, hal.39.
11
Boleong,L, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, hal. 34-35.
Universitas Sumatera Utara
1.6.1 Teori Kebijakan Publik
Dalam tahun-tahun belakangan ini, dimana persoalan-persoalan yang dihadapi pemerintah sedemikian kompleks akibat krisis multidimensional, maka
bagaimanapun keadaan ini membutuhkan penanganan yang cepat, tepat dan akurat agar krisis yang dihadapi oleh pemerintah segera dapat diatasi. Kondisi ini
pada akhirnya menempatkan pemerintah dan lembaga tinggi negara lainya berada pada pilihan-pilihan kebijakan yang sulit. Kebijakan yang diambil tersebut
terkadang membantu pemerintah dan rakyat Indonesia keluar dari krisis, tetapi dapat juga terjadi sebaliknya, yakni membuat rakyat semakin sengsara dan beban
negara semakin menumpuk. Maka dalam kaitannya, istilah kebijakan atau policy
12
dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor misalnya seorang pejabat, suatu kelompok,
maupun suatu lembaga pemerintah atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu, keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan kemudian
inilah menjadi ciri khusus dari kebijakan publik dalam suatu sistem politik. Namun demikian, satu hal yang harus diingat dalam mendefenisikan kebijakan
adalah bahwa pendefenisian kebijakan tetap harus mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan daripada apa yang diusulkan dalam
tindakan mengenai suatu persoalan tertentu, dan mencakup pula arah atau apa yang dilakukan dan tidak semata-mata menyangkut usulan tindakan, hal ini
dilakukan karena kebijakan merupakan suatu proses yang mencakup pula tahap implementasi dan evaluasi.
13
12
Budi winarno dalam James Anderson, Public Policy Making, Second ed, New York:Holt, Renehart and Winston, 1979, hal.4
13
Budi,winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta:Medpress, 2002, hal.16
Universitas Sumatera Utara
Sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci menjadi beberapa kategori, seperti tuntutan-tuntutan
kebijakan policy demands, keputusan-keputusan kebijakan policy decisions, pernyataan-pernyataan kebijakan policy statements, hasil-hasil kebijakan policy
outputs dan dampak-dampak kebijakan outcomes. Sehingga kebijakan yang diambil sangat menentukan permasalahan keberhasilan dari program yang akan
dilakukan untuk pengentasan kemiskinan bagi masyarakat apakah program tersebut sesuai atau tidak bagi publik.
1.6.2 Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur,
dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.
14
Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan- keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu
maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan- perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.
Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah aturan hukum ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan
Sementara itu, Van Meter dan Van Horn membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.
14
Dikutip oleh Budi Winarno dari James P.Lester dan Joseph Stewart. Public Policy:an Evolutionary Approach, second edition,Australia:Wadsworth,2000, hal.104.
Universitas Sumatera Utara
tersebut.
15
Hood dalam buku Limits to Administration 1976 menerangkan dalam tataran hasil, kondisi dan syarat yang harus dijalankan untuk mendapatkan
implementasi kebijakan yang sempurna, harus memiliki lima karakteristik kondisi dan syarat seperti; pertama, bahwa implementasi ideal itu adalah produk dari
organisasi yang padu seperti militer, dengan garis otoritas yang tegas; kedua, bahwa norma-norma akan ditegakkan dan tujuan ditentukan; ketiga, bahwa orang
akan melaksanakan apa yang diminta dan diperintahkan; keempat, bahwa harus ada komunikasi yang sempurna di dalam dan di antara organisasi; kelima, bahwa
tidak ada tekanan waktu Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah
yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat
baik. Sementara itu,suatu kebijakan yang baik mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh
para pelaksana kebijakan.
16
15
Budi Winarno, Op.Cit., hal. 102.
16
Wayne Parsons, Public Policy Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, Jakarta: Kencana, 2005, hal. 467.
. Implementasi kebijakan merupakan proses yang rumit dan kompleks.
Namun, di balik kerumitan dan kompleksitasnya tersebut, implementasi kebijakan memegang peran yang cukup vital dalam proses sebuah kebijakan. Tanpa adanya
tahap implementasi kebijakan, program-program kebijakan yang telah disusun hanya akan menjadi catatan-catatan resmi di meja para pembuat kebijakan. Dari
jabaran di atas, dapat kita lihat tabel proses implementasi yang dikembangkan oleh Cheema dan Rondinelii;
Universitas Sumatera Utara
Maka sebuah keputusan kebijakan yang disusun haruslah merupakan pernyataan ringkas dan jelas tentang suatu keputusan kebijakan tersebut. Yang
dimaksud dengan implementasi kebijakan disini merupakan membuat ketentuan- ketentuan untuk menampung apa yang diatur di dalam deklarasi yang telah
diterima. Tanpa adanya undang-undang atau aturan hukum yang menampung ketentuan-ketentuan yang terdapat pada kebijakan dimana Indonesia telah
memihak dan menandatangani keputusan deklarasi, maka deklarasi tersebut tidak dapat dilaksanakan dan tidak ada gunanya. Untuk itu, dalam
mengimplementasikan komitmen deklarasi milenium millenium development goals Indonesia membuat Program Strategi Nasional salah satunya program
pembangunan pengentasan kemiskinan program bantuan langsung tunaiBLT dalam kerangka Tujuan Pembangunan Milenium Millennium Development
GoalsMDGs. Dalam kaitannya dengan perpsektif politik bahwa kekuasaan Negara
memiliki kewenangan yang sah untuk membuat putusan yang final dan mengikat seluruh warga negaranya, selanjutnya hal ini dapat melihat siapa yang ikut dalam
proses pembuatan keputusan dan pengimplementasiannya dalam beberapa kasus pengambilan keputusan yang dianggap representatif. Apabila elit politik diartikan
sebagai orang yang mempunyai pengaruh besar, baik formal maupun informal dalam proses pengambilan keputusan dan pengimplementasiannya maka analisis
keputusan ini sangat tepat untuk memperoleh gambaran mengenai siapa sesungguhnya yang menjadi pembuat keputusan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1.6.7 Pembangunan dan kemiskinan
Pembangunan merupakan pergeseran dan suatu kondisi nasional yang satu menuju kondisi nasional yang lain, yang dipandang lebih baik dan lebih berharga
Katz, dalam Tjokrowinoto, 1995. Disamping itu pembangunan juga merupakan proses multi dimensional yang menyangkut perubahan-perubahan penting dalam
suatu struktur, sistem sosial ekonomi, sikap masyarakat dan lembaga-lembaga nasional dan akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran kesenjangan
inequality dan pemberantasan kemiskinan absolut.
17
17
Todaro, P Michael, dalam terjemahan, Economics Development In The Third World, Longman Limited, New York, 1977
Dengan kata lain, pengertian tersebut mengisyaratkan bahwa pembangunan berarti proses menuju
perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat yang mencakup kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri.
Pembangunan tidak hanya membutuhkan kemampuan pemerintah pusat, namun juga kemauan pemerintah daerah dituntut untuk bersama-sama
melaksanakan pembangunan daerahnya masing-masing dengan masyarakat. Sesuai dengan prinsip desentralisasi, UU No.22 tahun 1999 yang kemudian
direvisi menjadi UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, memberikan kewenangan bagi daerah untuk mampu tumbuh secara mandiri, kreatif sesuai
dengan kondisi sosial budayanya. Dengan kewenangan ini, daerah Kabupaten dan Kota sebagai titik berat otonomi daerah diberi keleluasaan untuk merencanakan
dan melaksanakan pembangunan daerahnya atas dasar prakarsa dan aspirasi masyarakatnya agar tercipta pembangunan yang berorientasi pada kebutuhan
daerahnya.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu aspek di bidang pembangunan yang memegang peranan penting untuk memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan adalah bagaimana
proses perencanaan dan implementasian program itu dilakukan, sehingga program pembangunan yang dirumuskan dan dilaksanakan secara partisipatif turut
memberikan kesempatan secara langsung kepada masyarakat dalam perencanaan yang menyangkut kesejahteraan mereka dan melaksanakan sendiri serta memetik
hasil program yang dicapai. Sejalan dengan perubahan paradigma perencanaan pembangunan dari pola
top down ke bottom up dengan diterbitkannya UU No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, proses perencanaan pembangunan
dilakukan secara berjenjang, dimulai dari level pemerintahan terendah dan berjenjang sampai ke atas. Dalam konteks inilah, setiap tingkat pemerintahan
berhak melakukan perencanaan yang sesuai dengan batas-batas kewenangan mereka melalui forum koordinasi horizontal.
Salah satu isu yang paling tidak pernah habis pembahasanya dalam pembangunan tersebut, khususnya pembangunan manusia adalah seperti masalah
kemiskinan, yang merupakan suatu kondisi hak manusia yang harus diperjuangkan dan diatasi.
Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensi karena berkaitan dengan ketidakmampuan akses secara
ekonomi, sosial, budaya, politik dan partisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan juga memiliki arti yang lebih luas dari sekedar lebih rendahnya tingkat pendapatan
atau konsumsi seseorang dari standar kesejahteraan terukur seperti kebutuhan kalori minimum atau garis kemiskinan. Akan tetapi kemiskinan memiliki arti
Universitas Sumatera Utara
yang lebih dalam karena berkaitan juga dengan ketidakmampuan untuk mencapai aspek di luar pendapatan non-income factors seperti akses kebutuhan minimum
seperti kesehatan, pendidikan, air bersih, dan sanitasi.
18
Menurut BPS dan Depsos 2002 kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk
makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan poverty line atau Bappenas 2000 mendefinisikan kemiskinan dalam 3 kriteria yaitu:
pertama, Berdasarkan Kebutuhan Dasar, suatu ketidakmampuan lack of
capabilities seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup minimum antara lain: pangan, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan
dan pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan rendahnya kemampuan fisik dan mental seseorang, keluarga, dan
masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kedua, Berdasarkan Pendapatan hal ini merupakan suatu tingkat pendapatan atau pengeluaran
seseorang, keluarga, dan masyarakat berada di bawah ukuran tertentu garis kemiskinan. Kemiskinan ini terutama disebabkan oleh rendahnya penguasaan
asset seperti lahan, modal, dan kesempatan usaha. Ketiga, Berdasarkan
Kemampuan Dasar, suatu keterbatasan kemampuan dasar seseorang dan keluarga
untuk menjalankan fungsi minimal dalam suatu masyarakat. Keterbatasan kemampuan dasar akan menghambat seseorang dan keluarga dalam menikmati
hidup yang lebih sehat, maju dan berumur panjang. Juga memperkecil kesempatan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan masyarakat dan
mengurangi kebebasan dalam menentukan pilihan terbaik bagi kehidupan pribadi.
18
Nazara, Suahasil, Warta Demografi: Pengentasan Kemiskinan: Pilihan Kebijakan dan Program yang Realistis, Depok: Gemilang Grafika, 2007, hal. 34
Universitas Sumatera Utara
batas kemiskinan poverty treshold. Garis kemiskinan yaitu sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara
2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan
jasa lainnya. Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa
lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan
modern pada masakini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern
seperti yang telah didefenisikan di atas. Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni
kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan
bencana alam. Sedangkan kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga atau institusi yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak
mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga menutup akses untuk berusaha lebih maju, keadaan inilah yang membuat
mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang melulu terfokus pada pertumbuhan ketimbang
pemerataan.
19
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin
19
Memahami Kemiskinan, dapat diakses di http:www.pu.go.idpublikp2kpdeshtm.
Universitas Sumatera Utara
absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan,
papan, pendidikan. Dari mereka yang tidak mempunyai apa-apa, orang yang hidupnya senantiasa ditengah bahaya berupa kekurangan sumber daya pokok
untuk bertahan hidup.
20
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan
masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
21
Defenisi konsep merupakan penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak, kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
1.7 Defenisi Konsep
22
A. Implementasi merupakan arah tujuan yang ditetapkan serta dapat
direalisasikan sebagai kebijakan pemerintah.
Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh policy makers bukanlah jaminan bahwa
kebijakan tersebut pasti berhasil dalam implementasinya. Implementasi dari suatu program melibatkan upaya – upaya policy makers untuk mempengaruhi perilaku
birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran.
Adapun konsep dalam penelitian tersebut adalah;
20
Jeremy Seabrook, Kemiskinan Global:Kegagalan Model Ekonomi Neoliberalisme, Yogyakarta:Resist Book, 2006, hal.31
21
Memahami kemiskinan, Op.Cit..
22
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta:Pustaka LP3ES Indonesia, 1995, Hal. 34.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pandangan Edward III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel,
23
yakni; 1 Komunikasi, apabila tujuan dan sasaran kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka
kemungkinan akan terjadi resistensi sari kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran, 2 Sumberdaya, walaupun isi
kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten tetapi apabila implementator kekurangan sumberdaya untuk melaksanakannya maka implmntasi
tidak akan berjalan efektif, 3 Disposisi, yakni watak dan karekteristik yang dimiliki oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis.
Apabila implementator memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat
kebijakan, 4 Struktur Organisasi, terlalu panjangnya struktur organisasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red tape, yakni prosedur
birokrasi yang rumit dan kompleks.
Gambar 1.1. Faktor Penentu Implementasi menurut Edward III
23
Subarsono,AG. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, Dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, Hal.92
Komunikasi
Sumberdaya Implementasi
Disposisi
Struktur Birokrasi
Universitas Sumatera Utara
B. Kebijakan merupakan suatu keputusan yang diambil oleh sebuah
lembaga yang didasarkan atas informasi yang diperoleh dari berbagai fakta dan data yang diperoleh, yang nantinya digunakan untuk pemecahan atas masalah-
masalah atau fenomena yang ditemukan di lapangan. Namun Richard Rose menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan
yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri, dimana
kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan, dan bukan sekedar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu.
24
Bantuan langsung tunai BLT merupakan bantuan langsung berupa uang tunai sejumlah tertentu untuk rumah tangga sasaran RTS yakni rumah tangga
yang masuk dalam kategori sangat miskin, miskin dan hampir miskin. Program ini dikucurkan pemerintah sebagai perlindungan sosial social protection bagi
C. Kemiskinan merupakan masalah multidimensi karena berkaitan
dengan ketidakmampuan akses secara ekonomi, sosial, budaya, politik dan partisipasi dalam masyarakat. Kemiskinan juga memiliki arti yang lebih luas dari
sekedar lebih rendahnya tingkat pendapatan atau konsumsi seseorang dari standar kesejahteraan terukur seperti kebutuhan kalori minimum atau garis kemiskinan.
Akan tetapi kemiskinan memiliki arti yang lebih dalam karena berkaitan juga dengan ketidakmampuan untuk mencapai aspek di luar pendapatan non-income
factors seperti akses kebutuhan minimum seperti kesehatan, pendidikan, air bersih, dan sanitasi
D. Bantuan Langsung Tunai
24
Budi,Winarno, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat miskin untuk mengurangi dampak negatif dari kebijakan penyesuaian kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak.
Tujuan dari program BLT bagi RTS dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM adalah: 1 Membantu masyarakat miskin agar tetap
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya; 2 Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi; 3 Meningkatkan tanggung jawab
sosial bersama.
1.8 Defenisi Operasional