lembaga pengawas tidak memberikan arti dan makna yang cukup berarti dalam menjamin terwujudnya penegakan hukum. Banyak pengaduan, laporan, dan
desakan baik secara demokratis dan tidak jarang dapat mengundang aksi-aksi kekerasan yang dilakukan masyarakat atas ketidakpuasan kinerja lembaga-
lembaga pengawas tersebut.
B. Fungsi dan Tujuan Sistem Peradilan Pidana
Pelaksanaan sistem peradilan pidana masih memiliki banyak kelemahan dalam berbagai aspek. Kelemahan tersebut salah satunya bersumber dari
perangkat hukum positif yang belum sepenuhnya mendukung terciptanya sistem peradilan pidana yang transparan, akuntabel. Kelemahan-kelemahan tersebut
dapat turut mempengaruhi kegagalan sistem peradilan pidana dalam mencapai tujuannya. Pada gilirannya, akan menghambat upaya pengendalian kejahatan di
masyarakat karena pada dasarnya, menurut Mardjono Reksodiputro, sistem peradilan pidana merupakan salah satu usaha masyarakat untuk mengendalikan
terjadinya kejahatan agar berada dalam batas toleransi yang dapat diterimanya.
33
Sistem peradilan pidana pada hakekatnya juga merupakan masalah sosial. Hulsman mengungkapkan, terdapat empat alasan yang menunjukkan bahwa
sistem peradilan pidana merupakan masalah sosial social problem, yaitu:
34
1. The criminal justice system inflict suffering
2. The criminal justice system does not work in terms of its own declared
aims
33
Mardjono Reksodiputro, Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Universitas Sumatera Utara, 1994, hal. 140.
34
Muladi, Op. cit hal. 1
Universitas Sumatera Utara
3. Fundamental uncontrollability of criminal justice system
4. Criminal justice approach is fundamentally flawed.
Dalam hal fungsi sistem peradilan pidana sebagai pengendali kejahatan, Noval Morris berpendapat, bahwa:
35
The Criminal Justice System is best seen as a crime conteinment system, one of the method that society uses to keep crime at whatever level each
particular culture is willing to eccept. But, to a degree, the criminal justice system is also involved in the secondary prevention of crime, that is to say,
in trying to reduce criminality among those who have been convicted of crimes and trying by deterrent processes of detection, convistion, and
punishment to reduce the commission of crime by those who are so mended and so acculturated.
Tujuan Sistem Peradilan Pidana menurut Muladi dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1. Tujuan jangka pendek, apabila yang hendak dicapai resosialisasi dan
rehabilitasi pelaku tindak pidana 2.
Dikategorikan sebagai tujuan jangka menengah, apabila yang hendak dituju lebih luas yakni pengendalian dan pencegahan kejahatan dalam
konteks politik criminal criminal policy 3.
Tujuan jangka panjang, apabila yang hendak dicapai adalah kesejahteraan masyarakat social welfare dalam konteks politik sosial social policy.
36
Lebih lanjut Mardjono Reksodiputro mengemukakan bahwa tujuan sistem peradilan pidana adalah a mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan; b
menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa
35
UNAFEI, Criminal Justice System: The Quest for an Integrated Approach, Unafei, 1982, hal. 5.
36
Muladi dalam Petrus Irawan P dan Pandapotan Simorangkir, Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1995, hal. 54
Universitas Sumatera Utara
keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana; dan c mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi kejahatan.
37
Sedangkan fungsi dan tujuan dari SPPT seperti yang digambarakan oleh Davies, Croall, and Tyrer sebagai berikut:
38
1. protecting the public by preventing and dettering crime, by rehabilitating
offenders in incapacitating others who continue a persistant threat to the community.
2. upholding and promoting the rule of law and respect for the law, by
ensuring due process and proper treatment of suspect, arrestees, defendand and those held in custody, successfully prosecuting criminal
and acquitting innoncent people accused of a crime 3.
maintaining law and order. 4.
punishing criminals with regard to the principles of just deserts. 5.
registering social disapproval of censured behaviour by punishing criminals.
6. aiding and
7. advising the victims of crime.
Dengan bahasa yang lebih sederhana Loebby Loqman berpendapat tujuan sistem peradilan pidana adalah menghilangkan kejahatan bukan penjahatnya
untuk mencapai suatu masyarakat yang terbebas dari kejahatan.
39
37
Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia.., op.cit., hal.84
38
Davies, Croall, and Tyrer, An Introduction the Criminal Justice System in England and Wales, London: Longman, 1995, hal. 4.
39
Loebby Loqman, Hak Asasi Manusia dalam Hukum Acara Pidana. Jakarta, Datacom, 2002, hal 22-23.
Universitas Sumatera Utara
C. Model dan Sistem Peradilan Pidana