2.5 Mikroorganisme dalam rongga mulut
Berbagai spesies mikroorganisme yang terdapat dalam rongga mulut dapat digolongkan menjadi flora normal dan sementara. Flora normal adalah sekumpulan
mikroorganisme yang hidup pada kulit dan selaput lendirmukosa manusia yang sehat maupun sakit. Pertumbuhan flora normal pada bagian tubuh tertentu dipengaruhi oleh
suhu, kelembaban, nutrisi dan adanya zat penghambat. Keberadaan flora normal pada bagian tubuh tertentu mempunyai peranan penting dalam pertahanan tubuh karena
menghasilkan suatu zat yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Adanya flora normal pada bagian tubuh tidak selalu menguntungkan, dalam kondisi
tertentu flora normal dapat menimbulkan penyakit, misalnya bila terjadi perubahan substrat atau berpindah dari habitat yang semestinya.
27
Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari Streptokokus mutans Streptokokus viridans, Stafilokokus sp. dan Laktobasilus sp. Meskipun sebagai flora
normal dalam keadaan tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut.
2.5.1 Streptokokus mutansStreptkokus viridans Streptokokus adalah bakteri yang heterogen, selain dapat digolongkan
berdasarkan sifat pertumbuhan koloni, juga dapat dibedakan dari susunan antigen pada zat dinding sel yang spesifik untuk golongan tertentu, dan reaksi-reaksi
biokimia.
16
Morfologi sel berbentuk kokus, susunan berderet, tidak berflagel, tidak berspora, tidak berkapsul, Gram positif.
Morfologi koloni pada media agar darah berbentuk koloni bulat, ukuran 1 - 2 mm, tidak berwarnajernih, permukaan
cembung, tepi rata, membentuk hemolisa α disekitar koloni terdapat zona hijau , dibedakan dengan Streptokokus pneumoni
dengan optokin dan kelarutannya dalam empedu, Streptokokus viridans resisten terhadap optokin dan tidak larut dalam empedu sedangkan Streptokokus
pneumoniasensitif terhadap optokin dan larut dalam empedu.
16
Fisiologi bersifat anaerob fakultatif, tumbuh baik pada suasana CO2 10 dan suhu 370C, resisten terhadap optokin, sel tidak larut dalam empedu. Contoh spesies
Streptokokus yang lain adalah Streptokokus β hemolitikus dan Streptokokus γ
hemolitikus.
2.5.2 Stafilokokus sp. Stafilokokus dapat menimbulkan penyakti melalui kemampuan berkembang
biak dan menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler, seperti enzim dan toksin.Stafilokokus aureus dapat menyebabkan
infeksi pada kulit dan infeksi secara sistemik. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh Stafilokokus aureus diantaranya abses, konjungtivitis, sindroma syok
toksis, osteomielitis dan pneumonia.
3
Morfologi sel berbentuk kokus, susunan bergerombol, tidak berflagel, tidak berspora, tidak berkapsul, Gram positif.
Morfologi koloni pada media agar darahberbentuk koloni bulat, ukuran 2 – 4 mm, membentuk pigmen kuning emas Stafilokokus aureus, pigmen kuning jeruk
dibentuk oleh Stafilokokussaprofitikus dan pigmen putih porselin dihasilkan oleh Stafilokokus epidermis, permukaan cembung, tepi rata dan hemolisa bervareasi alfa,
beta dan gama. Fisiologi bersifat aerob, tumbuh optimal pada suhu 370
o
C dan pembentukan pigmen paling baik pada suhu 200
o
C, memerlukan NaCl sampai 7,5 , resisten terhadap pengeringan dan panas.
2.5.3Laktobasilus sp Morfologi sel berbentuk batang pendek, tidak berspora, tidak berflagel, tidak
berkapsul, Gram positif. Morfologi koloni pada media agar darahberbentuk koloni bulat kecil, warna
putih susu, cembung, tepi rata, permukaan mengkilap. Fisiologi bersifat anaerob fakultatif, dengan suhu optimal 450
o
C, mereduksi nitrat menjadi nitrit, mengfermentasi glukosa, laktosa dan sakarosa, tidakmempunyai
enzim katalase. Contoh spesiesnya adalah Laktobasilus bulgarius, Laktobasilus laktis, Laktobasilus kasei.
2.5.4 Kandida albikans Kandida albikans merupakan flora normal yang terdapat pada mukosa saluran
pernapasan, saluran pencernaan dan genitalia wanita. Jamur ini dapar menyebabkan infeksi dalam rongga mulut seperti kandidiasis oral dan denture stomatitis. Kandida
albikans biasanya menimbulkan infeksi ketika sudah bermultipikasi dan pada host dengan imun yang lemah.
3
2.6 Kerangka Teori