Sterilisasi menggunakan uap kimia khemiklaf Sterilisasi dengan Etilen Oksida

biaya operasional yang rendah dan tidak berkarat. Penggunaan jangka panjang dan suhu tinggi tidak baik untuk perawatan pada pasien tertentu. 9

2.3.2.3 Sterilisasi menggunakan uap kimia khemiklaf

Kombinasi dari formaldehid, alkohol, aseton, keton dan uap pada tekanan 138 kPa menghasilkan agen sterilisasi yang efektif. Secara umum, penggunaan uap kimia mensterilkan lebih lambat dari autoklaf30 menit dibandingkan 15-20 menit, tetapi lebih cepat dari dry-heat. Temperatur dan kombinasi tekanan yang biasa yaitu 127- 132°C pada138-176 kPa selama 30 menit. 3 Proses sterilisasi ini tidak dapat digunakan untuk bahan atau benda yangdapat dirusak oleh bahan kimia ataupun yang terbuat dari bahan yang peka terhadap panas. Umumnya karat tidak terjadi jika instrumen telah dikeringkan sebelum sterilisasi dilakukan karena kelembaban yang relatif rendah pada proses ini sekitar 7-8. Keuntungan utama dari khemiklaf adalah membutuhkan proses sterilisasi yang lebih cepatdibandingkan sterilisasi dry-heat, tidak menimbulkan korosi pada instrumen atau bur dan instrumen langsung kering segera setelahsiklus sterilisasi berakhir. Instrumen harus dikeringkanuntuk menghilangkan asap sisa pada pembukaan ruanganpada akhir siklus. 3 Pembungkusan instrumen yang dianjurkan pada metode ini adalah kain muslin, kertas dan plastik yang dapat menembus uap atau nilon. 2

2.3.2.4 Sterilisasi dengan Etilen Oksida

Sterilisasi ini adalah alternatif lain untuk alat yang sensitif terhadap panas. Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. 23 Etilen oksida merupakan senyawa organik kelompok epoksida dari golongan eter. Beberapa parameter untuk sterilisasi dengan etilen oksida : a. Konsentrasi, makin tinggi konsentrasi gas, waktu yang diperlukan makin tinggi. Konsentrasi dinyatakan dalam mgliter ruang chamber. b. Semakin tinggi suhu, waktu yang diperlukan makin rendah, biasanya menggunakan suhu 47-60 o C c. Kelembaban untuk meningkatkan daya penetrasi gas d. Waktu siklus 2-6 jam tergantung suhu dan konsentrasi. Adapun keuntungan dari metode ini adalah menggunakan temperatur rendah dan memiliki kemampuan penetrasi gas yang baik. Sedangkan kerugiannya adalah agen kimia yang digunakan bersifat karsinogenik dan mutagenik. Metode sterilisasi gas biasa diaplikasikan untuk mensterilkan materi yang sensitif terhadap panas seperti sediaan enzim, antibiotik, obat-obatan lain, serta alat-alat endoskopi yang terbuat dari kaca atau kateter. 23 Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sterilisasi 26 Metode Sterilisasi Kelebihan Kekurangan Autoklaf - Dapat digunakan untuk alat-alat dari logam, kain, gelas dan karet - Efektif menghancurkan semua bentuk mikroorganisme - Menyebabkan karat pada alat yang terbuat dari instrumen baja karbon yang tidak terlindung - Diperlukan perawatan khusus Dry-heat - Tidak menyebabkan korosi - Harga relatif murah - Tidak mengakibatkan alat-alat tajam menjadi tumpul - Penggunaan jangka panjang dan suhu tinggi tidak cocok untuk pasien dan perangkat tertentu Khemiklaf - Korosi minimal - Proses sterilisasi lebih cepat dibandingkan dry-heat - Tidak dapat digunakan pada instrumen yang sensitif terhadap panas - Instrumen harus benar-benar kering sebelum pemrosesan Etilen Oksida - Kemampuan penetrasi gas yang baik - Tidak merusak bahan yang rentan terhadap panas - agen kimia yang digunakan bersifat karsinogenik dan mutagenik - membutuhkan waktu yang lama

2.4. Prosedur Sterilisasi

Prosedur sterilisasi atau desinfeksi instrumen dalam kedokteran gigi terdiri dari beberap tahapan, yaitu: 12 1. Penerimaan, pembersihan dan dekontaminasi Instrumen yang digunakan ulang, perlengkapan dan peralatan harus diterima, disusun, dibersihkan dan didekontaminasi dalam satu bagian pada suatu area. Pembersihan harus melalui semua proses desinfeksi dan proses sterilisasi harus mengeliminasi debris. Kontaminasi dicapai baik dengan menggosok menggunakan surfaktan, deterjen, air atau dengan proses otomatis dengan menggunakan bahan kimia. Jika debris masih terlihat, baik materi organik atau anorganik, tidak disingkirkan maka akan menggangu inaktivasi mikroba dan dapat membahayakan proses desinfeksi dan sterilisasi. Setelah dibersihkan instrumen harus dibilas dengan air untuk menghilangkan residu kimia atau deterjen. Percikan harus diminimalisasi sewaktu pembersihan dan pembilasan. Sebelum desinfeksi akhir atau sterilisasi, instrumen harus ditangani seolah-olah instrumen terkontaminasi. 9 Terdapat dua sistem pembersihan kedokteran gigi yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration FDA karena keamanan dan keefektifannya yaitu pembersih ultrasonik dan instrument washer.Penggunaan pembersih ultrasonik dapat mengurangi kontak langsung dengan instrumen yang terkontaminasi dibandingkan dengan menyikat instrumen dengan tangan. Pembersih ultrasonik menghasilkan gelembung gelembung yang menghasilkan turbulensi tinggi pada permukaan instrumen sehingga dapat melunturkan debris yang terdapat dalam instrumen atau melarutkannya dalam larutan. 24 Prosedur pembersihan awal juga dapat dilakukan tanpa menggunakan kedua alat sebelumnya, yaitu dengan melakukan penyikatan manual. Metode dengan penyikatan juga dapat efektif jika dilakukan dengan benar. Gunakan sikat dengan gagang yang panjang untuk menjaga tangan sejauh mungkin dari instrumen yang tajam. 9 Jika instrumen tidak dapat langsung dibersihkan, instrumen tersebut harus dimasukkan kedalam larutan penahan holding solution. Tujuannya adalah untuk mencegah saliva atau darah mengering. Prosedur perendaman instrumen didalam larutan penahan yang terlalu lama dapat menyebabkan korosi pada beberapa instrumen sehingga hal ini tidak direkomendasikan. Larutan penahan dapat berupa detergen yang biasa digunakan untuk prosedur pembersihan, air, atau larutan enzimatik. 24 Perendaman instrumen yang terlalu lama tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan karat pada beberapa instrumen. Larutan desinfektan yang digunakan untuk merendam harus diganti sekurang-kurangnya sehari sekali atau apabila larutan deterjen terlihat kotor. 25 Setelah dilakukan perendaman peralatan dan barang yang akan dipakai kembali haruslah dibersihkan dengan air mengalir, kemudian dibilas lalu dikeringkan. 26 2. Pengemasan Pemrosesan instrumen yang baik tidak hanya sterilisasi instrumen tetapi juga pengambilan instrumen steril dari sterilisator ke kursi pasien yang dirawat. Untuk ini petugas harus dapat mempertahankan sterilitas instrumen setelah diproses melalui sterilisator. Pengemasan alat sebelum diproses dalam sterilisator mencegah terkontaminasi instrumen ketika didistribusikan ke kursi perawatan. Instrumen yang tidak dikemas akan langsung terpapar oleh debu atau aerosol di udara. Sebelum dikemas instrumen terlebih dahulu harus dicek kembali apakah masih terdapat debris. 24 Setelah dilakukan sterilisasi instrumen harus tetap dalam keadaan steril hingga digunakan kembali. Instrumen steril harus ditempatkan dalam tempat yang kering, tertutup dan terlindung dari debu dan sumber kontaminasi lainnya. Penyimpanan instrumen sangat penting seperti halnya proses sterilisasi. Hal ini dikarenakan penyimpanan yang kurang baik akan menyebabkan instrumen tidak steril lagi. 24

2.5 Mikroorganisme dalam rongga mulut

Berbagai spesies mikroorganisme yang terdapat dalam rongga mulut dapat digolongkan menjadi flora normal dan sementara. Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan selaput lendirmukosa manusia yang sehat maupun sakit. Pertumbuhan flora normal pada bagian tubuh tertentu dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, nutrisi dan adanya zat penghambat. Keberadaan flora normal pada bagian tubuh tertentu mempunyai peranan penting dalam pertahanan tubuh karena menghasilkan suatu zat yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Adanya flora normal pada bagian tubuh tidak selalu menguntungkan, dalam kondisi tertentu flora normal dapat menimbulkan penyakit, misalnya bila terjadi perubahan substrat atau berpindah dari habitat yang semestinya. 27 Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari Streptokokus mutans Streptokokus viridans, Stafilokokus sp. dan Laktobasilus sp. Meskipun sebagai flora normal dalam keadaan tertentu bakteri-bakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. 2.5.1 Streptokokus mutansStreptkokus viridans Streptokokus adalah bakteri yang heterogen, selain dapat digolongkan berdasarkan sifat pertumbuhan koloni, juga dapat dibedakan dari susunan antigen pada zat dinding sel yang spesifik untuk golongan tertentu, dan reaksi-reaksi biokimia. 16 Morfologi sel berbentuk kokus, susunan berderet, tidak berflagel, tidak berspora, tidak berkapsul, Gram positif. Morfologi koloni pada media agar darah berbentuk koloni bulat, ukuran 1 - 2 mm, tidak berwarnajernih, permukaan cembung, tepi rata, membentuk hemolisa α disekitar koloni terdapat zona hijau , dibedakan dengan Streptokokus pneumoni dengan optokin dan kelarutannya dalam empedu, Streptokokus viridans resisten terhadap optokin dan tidak larut dalam empedu sedangkan Streptokokus pneumoniasensitif terhadap optokin dan larut dalam empedu. 16 Fisiologi bersifat anaerob fakultatif, tumbuh baik pada suasana CO2 10 dan suhu 370C, resisten terhadap optokin, sel tidak larut dalam empedu. Contoh spesies Streptokokus yang lain adalah Streptokokus β hemolitikus dan Streptokokus γ hemolitikus. 2.5.2 Stafilokokus sp. Stafilokokus dapat menimbulkan penyakti melalui kemampuan berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler, seperti enzim dan toksin.Stafilokokus aureus dapat menyebabkan infeksi pada kulit dan infeksi secara sistemik. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh Stafilokokus aureus diantaranya abses, konjungtivitis, sindroma syok toksis, osteomielitis dan pneumonia. 3 Morfologi sel berbentuk kokus, susunan bergerombol, tidak berflagel, tidak berspora, tidak berkapsul, Gram positif. Morfologi koloni pada media agar darahberbentuk koloni bulat, ukuran 2 – 4 mm, membentuk pigmen kuning emas Stafilokokus aureus, pigmen kuning jeruk dibentuk oleh Stafilokokussaprofitikus dan pigmen putih porselin dihasilkan oleh Stafilokokus epidermis, permukaan cembung, tepi rata dan hemolisa bervareasi alfa, beta dan gama. Fisiologi bersifat aerob, tumbuh optimal pada suhu 370 o C dan pembentukan pigmen paling baik pada suhu 200 o C, memerlukan NaCl sampai 7,5 , resisten terhadap pengeringan dan panas. 2.5.3Laktobasilus sp Morfologi sel berbentuk batang pendek, tidak berspora, tidak berflagel, tidak berkapsul, Gram positif. Morfologi koloni pada media agar darahberbentuk koloni bulat kecil, warna putih susu, cembung, tepi rata, permukaan mengkilap. Fisiologi bersifat anaerob fakultatif, dengan suhu optimal 450 o C, mereduksi nitrat menjadi nitrit, mengfermentasi glukosa, laktosa dan sakarosa, tidakmempunyai enzim katalase. Contoh spesiesnya adalah Laktobasilus bulgarius, Laktobasilus laktis, Laktobasilus kasei. 2.5.4 Kandida albikans Kandida albikans merupakan flora normal yang terdapat pada mukosa saluran pernapasan, saluran pencernaan dan genitalia wanita. Jamur ini dapar menyebabkan infeksi dalam rongga mulut seperti kandidiasis oral dan denture stomatitis. Kandida albikans biasanya menimbulkan infeksi ketika sudah bermultipikasi dan pada host dengan imun yang lemah. 3

2.6 Kerangka Teori

Standard Precaution Metode Sterilisasi • Perendaman • Pembersihan Awal • Pengemasan Kimia Fisika • Etilen Oksida • Autoklaf • Pemanasan Kering dry-heat • Khemiklaf Prosedur Infeksi Silang

2.7 Kerangka Konsep

Kontaminasi: • Bakteri • Jamur • Virus Instrumen bedah mulut Bakteri Pre-sterilisasi Dekontaminasi → Jumlah bakteri ↓ Sterilisasi Bakteri Autoklaf

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 JenisRancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu penelitian yang didalamnya melibatkan perlakuan pada kondisi subjek yang diteliti serta diikuti usaha kontrol yang ketat pada faktor-faktor luar. 28

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Bell’s Palsy Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Desember 2014 – Januari 2015

4 62 54

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Trigeminal Neuralgia Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Januari 2015-Februari 2015

2 108 70

Tingkat Pengetahuan penggunaan Antibiotik Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Periode september 2013 – maret 2014

4 77 84

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap Pencegahan Komplikasi Lokal pada Penggunaan Anestesi Lokal di Departemen Bedah Mulut FKG USU periode Mei 2015 - Juni 2015

2 58 54

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 6 66

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap Pencegahan Komplikasi Lokal pada Penggunaan Anestesi Lokal di Departemen Bedah Mulut FKG USU periode Mei 2015 - Juni 2015

0 0 10

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap Pencegahan Komplikasi Lokal pada Penggunaan Anestesi Lokal di Departemen Bedah Mulut FKG USU periode Mei 2015 - Juni 2015

0 0 3

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Trigeminal Neuralgia Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Januari 2015-Februari 2015

0 0 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Efektivitas Sterilisasi Autoklaf Pada Penggunaan Instrumen Medis Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Januari – Maret 2015

0 0 16

Efektivitas Sterilisasi Autoklaf Pada Penggunaan Instrumen Medis Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Januari – Maret 2015

0 0 14