Faktor Sarana atau Fasilitas. Kurangnya sarana dan prasaran yang dimiliki oleh Kejaksaan Faktor Masyarakat

commit to user 93

3. Faktor Sarana atau Fasilitas.

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana tersebut antara lain mencakup, tenaga manusiia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup. Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya.

1. Kurangnya sarana dan prasaran yang dimiliki oleh Kejaksaan

Adanya sarana dan prasarana yang belum memadai, ketepatan, kecermatan, dan kecepatan suatu tim penyidik dalam meyelesaikan proses penyidikan suatu kasus, selain tergantung pada tingkat profesionalisme dan spesialisasi masing-masing individu juga memerlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai yang dapat menunjang keberhasilan dan kecepatan proses penyidikan. Sarana dan prasarana yang dimaksud antara lain adalah seperti ruang kerja yang memadai, kendaraan operasional, alat perekam, alat penyadap, kamera foto, komputer akses internet, foto kopi, video. Kerena sepanjang pengetahuan penulis ketika melaksanakan penelitian, Kejaksaan Negeri Karanganyar belum dilengkapi dengan komputer yang berakseskan internet juga belum dilengkapi dengan foto kopi.

4. Faktor Masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum commit to user 94 tersebut. Masyarakat Indonesia mempunyai kecendrungan yang besar untuk mengartikan hukum dan bahkan mengidentifikasikannya dengan petugas dalam hal ini penegak hukum sebagai pribadi. Salah satu akibatnya adalah, bahwa baik buruknya hukum senantiasa dikaitkan dengan pola prilaku penegak hukum tersebut. Seseorang dapat diharapkan atau bertingkah laku sesuai dengan perubahan yang dikehendaki oleh hukum. Bilamana tidak adanya komunikasi tentang makna peraturan, maka setidaknya masyarakat tetap bertingkah laku sesuai dengan apa yang telah menjadi pandangan dan ataupun nilai-nilai yang telah melembaga. Oleh karena komunikasi hukum merupakan salah satu faktor dalam membentuk pemahaman, penerimaan dan penataan masyarakat pada isi Undang-undang. Dalam hal ini setidaknya B. Kutschincky sebagaimana dalam soerjono Soekanto 56 menyebutkan adanya 3 tiga indikator dalam hal kesadaran hukum yaitu : 1. Pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum law awarenes 2. Pengetahuan tentang isi peraturan-peraturan hukum law acquintance 3. Pola-pola perikelakuan legal behavior. Untuk memasukkan nilai-nilai baru ke dalam masyarakat memerlukan perubahan sikap dari anggota-anggota masyarakat. Oleh karena hukum yang dipakai sebagai sarana untuk merubah tingkah laku tentunya mengandung nilai-nilai yang telah dipahami benar oleh masyarakat. Oleh WJ. Chambliss dan RB. Seidman menyebut bahwa adressat hukum sebagai pemegang peran, yang diminta untuk memenuhi peran sebagaimana yang diharapkan dalam hukum tersebut. Meskipun dalam pencapaian peran yang diharapkan tersebut terdapat ketidak cocokkan dengan peran yang dilakukan. Oleh karena hukum mempunyai suatu fungsi 56 Soerjono Soekanto, op.cit hlm 159 commit to user 95 dalam masyarakat, maka hukum merupakan lembaga yang bekerja dimasyarakat. Dalam hal ini dapat dilibatkan sikap individu anggota masyarakat terhadap pemahaman dimaksud, sehingga berhasil tidaknya penerapan yang telah dituangkan dalam bentuk hukum itu dapat dilihat dari pemahaman yang melatar belakanginya. Mengacu Soerjono Soekanto, maka apabila dikaitkan fakta dari hasil penelitian maka akan didapat sebuah problematika penyidikan yang muncul dari masyarakat, yaitu : a. Pelaku subyek hukum dilindungi Korps, atasan atau temen-temannya. Pada umumnya kasus-kasus yang berkualifikasi tindak pidana korupsi ada saling keterkaitan, baik dengan organisasi, atasan maupun dengan teman-teman pelaku. Sering terungkap bahwa suatu kasus korupsi dilakukan berdasarkan kebijaksanaan organisasi atau atasan atau juga memang merupakan kerjasama atau kolusi antar atasan dan pelaku atau antara pelaku dengan teman-teman seorganisasinya. Untuk menjaga nama baik organisasi atau untuk melindungi kepentingan atasan itu sendiri. Pelaku sering menggunakan cara-cara untuk mengaburkan kasus atau perkara korupsi baik dalam bentuk psikis maupun fisik, berupa ancaman melalui surat maupun telpon, pemberitaan negatif, unjuk rasa kepada para penegak hukum. b. Masyarakat cenderung juga melindungi si pelaku korupsi. hal itu didasarkan masih adanya perkataan ewuh-pekewuh dalam masyarakat kita yang mana masyarakat diharapkan dapat membantu proses penyidikan tetapi karena alasan suatu hal dan ewuh-pekewuh dari sekelompok masyarakat yang mengetahui adanya Tindaka Pidana Korupsi tadi proses penyidikan tindak pidana korupsi tidak bisa segera dilaksanakan dan akhirnya terpaksa mengalami sebuah problematika yang panjang. commit to user 96 d. Ada juga masyarakat yang melaporkan tentang terjadinya Tindak Pidana Korupsi. Seperti hasil wawancara penulis dengan warga masyarakat …terhadap kasus-kasus yang menyangkut indikasi penyelewengan keuangan negara termasuk tindak pidana khusus seperti korupsi, kami memasukkan pengaduan atau aopran secara tertulis pada kejaksaan setempat, sedangkan terhadap kasus-kasus tindak pidana umum kami melaporkannnya kepada kepolosian… Wawancara tanggal 30 dan 31 Agustus 2010. Seperti yang terdapat didalam Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi masyarakat dapat berperan serta membantu upaya dan pemberantasan tindak pidana korupsi, peran serta masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk : 1. Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi telah terjadi tindak pidana korupsi kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi. 2. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi. 3. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yang diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30 hari. 4. Hak untuk memperoleh pelayanan dalam reformasi adanya dugaan telah terjadinya tindak pidana korupsi kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi. 5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum Jadi, faktor budaya masyarakat disini tidak selalu cenderung melindungi si pelaku korupsi tetapi juga melaporkan telah terjadinya suatu tindak pidana korupsi. Masyarakat yang cenderung melindungi pelaku tindak commit to user 97 pidana korupsi umumnya adalah masyarakat yang mempunyai hubungan dengan si pelaku saja.

5. Faktor Kebudayaan