commit to user
110
3. Terbatasnya jumlah personil penyidik dari kejaksaan.
Adanya keterbatasan jumlah personil penyidik Kejaksaan menjadikan suatu problematika dari penyidikan, karena proses penyidikan yang
diharapkan bisa segera selesai dilaksanakan tetapi karena kurangnya jumlah personil penyidik maka proses penyidikan tidak bisa selesai
dengan cepat. Sebagaimana diketahui bahwa jumlah anggota penyidik kejaksaan karanganyar sendiri hanya 11 orang, padahal di setiap tahun
kasus korupsi yang terjadi di Kabupaten karanganyar lebih dari 10 kasus. Hal ini menyebabkan terjadinya beban berat dalam proses penyidikan
sehingga penyidikan berjalan dengan lambat atau bahkan penyidikan kasus korupsi teresbut berhenti ditempat.
4. Manajemen sumber daya manusia
Sebagai penyidik, kurang profesionalitas dan terspesialisasi, kecermatan dan kecepatan suatu tim dalam menyelesaikan penyidikan suatu kasus
yang dikualifikasikan sebagai suatu tindak pidana korupsi didukung dengan kemampuan masing-masing individu penegak hukum atau
petugas. Jadi diharapkan agar penyidik tindak pidana korupsi tersebut benar-benar merupakan seseorang yang profesional, tepat dan cermat
dalam menangani penyidikan kasus korupsi.
3. Faktor Sarana atau Fasilitas 1. Kurangnya sarana dan prasaran yang dimiliki oleh Kejaksaan
Adanya sarana dan prasarana yang belum memadai, ketepatan, kecermatan, dan kecepatan suatu tim penyidik dalam meyelesaikan proses
penyidikan suatu kasus, selain tergantung pada tingkat profesionalisme dan spesialisasi masing-masing individu juga memerlukan dukungan
sarana dan prasarana yang memadai yang dapat menunjang keberhasilan
commit to user
111
dan kecepatan proses penyidikan. Sarana dan prasarana yang dimaksud antara lain adalah seperti ruang kerja yang memadai, kendaraan
operasional, alat perekam, alat penyadap, kamera foto, komputer akses internet, foto kopi, video. Kerena sepanjang pengetahuan penulis ketika
melaksanakan penelitian, Kejaksaan Negeri Karanganyar belum dilengkapi dengan komputer yang berakseskan internet juga belum
dilengkapi dengan foto kopi.
4. Faktor Masyarakat
Mengacu Soerjono Soekanto, maka apabila dikaitkan fakta dari hasil penelitian maka akan didapat sebuah problematika penyidikan yang muncul
dari masyarakat, yaitu : Masyarakat cenderung juga melindungi si pelaku korupsi. hal itu
didasarkan masih adanya perkataan ewuh-pekewuh dalam masyarakat kita yang mana masyarakat diharapkan dapat membantu proses penyidikan tetapi
karena alasan suatu hal dan ewuh-pekewuh dari sekelompok masyarakat yang mengetahui adanya Tindaka Pidana Korupsi tadi proses penyidikan
tindak pidana korupsi tidak bisa segera dilaksanakan dan akhirnya terpaksa mengalami sebuah problematika yang panjang.
Seperti yang terdapat didalam Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi masyarakat dapat berperan serta membantu
upaya dan pemberantasan tindak pidana korupsi, peran serta masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk :
1. Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi telah terjadi tindak pidana korupsi kepada penegak hukum yang menangani
perkara tindak pidana korupsi.
commit to user
112
2. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana
korupsi. 3. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan
yang diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30 hari.
4. Hak untuk memperoleh pelayanan dalam reformasi adanya dugaan telah terjadinya tindak pidana korupsi kepada penegak hukum yang
menangani perkara tindak pidana korupsi. 5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum
Jadi, faktor budaya masyarakat disini tidak selalu cenderung melindungi si pelaku korupsi tetapi juga melaporkan telah terjadinya suatu tindak
pidana korupsi. Masyarakat yang cenderung melindungi pelaku tindak pidana korupsi umumnya adalah masyarakat yang mempunyai hubungan
dengan si pelaku saja.
5. Faktor Kebudayaan