commit to user
71
tidak, penyidik “wajib” segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat, sambil meminta “persetujuan”.
e. Penangkapan dan Penahanan
Sebelum melakukan penangkapan dan penahanan penyidik biasanya sudah mempertimbangkan berbagai aspek. Pertimbangan
tersebut dituangkan dalam laporan perkembangan penyidikan yang disampaikan kepada pimpinan secara berjenjang. Tindakan selektif dan
hati-hati dari penyidik melakukan penangkapan dan penahanan sesuai dengan uraian pasa 1 butir 20 KUHAP dan pasal 1 butir 21 KUHAP
Pasal 1 butir 20 KUHAP “penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengengkangan
sementara waktu kekbebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau
peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang- undang ini”.
Pasal 1 butir 21 KUHAP “Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat
tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalm undang-
undang ini”.
Penangkapan terhadap tersangaka didahului dengan terbitnya Surat Perintah Penagkapan yang ditandatangani oleh Kepala
Kejaksaan Negeri Kejari atau Kepala Seksi tindak Pidana Khusus sebagai pejabat penyidik. Surat Perintah Penangkapan tersebut
memuat : • Identitas tersangka nama, umur, tempat tinggal, tanggal lahir,
dll . • Alasan singkat dilakukannya penangkapa.
• Uraian singkat dilakukannya penegkapan
commit to user
72
• Uraian singkat Tindak Pidana Korupsi yang disangkakan kepada tersangka.
• Tempat dimana pemeriksaan terhadap tersangka akan dilakukan.
Setelah dilakukan penegkapan, penyidik harus membuat Berita Acara Penangkapan dan memberitahukan penengkapan tersebut
kepada keluarga tersangka. Berdasarkan pasal 19 ayat 1 KUHAP penengkapan hanya dapat dilakukan untuk paling lama satu hari.
Pasal 19 ayat 1 KUHAP “Penagkapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17, dapat dilakukan
paling lama satu hari”. Setelah batas waktu penangkapan habis penyidik dapat
melakukan penahanan terhadap tersangka. Berdasarkan pasal 22 ayat 1 KUHAP jenis penahanan dapat berupa :
• Penahanan Rumah Tahanan Negara Rutan ; • Penahanan Rumah;
• Panahanan Kota.
Apabila diperlukan untuk kepentingan pemeriksaan penyidikan yang belum selesai dapat memintakan perpanjangan penahanan
kepada penuntut umum paling lama 40 hari Pasal 24 ayat 2 KUHAP . Khusus untuk Tindak Pidana Korupsi yanh diperiksa
dengan ancaman pidana lebih dari 9 tahun, maka penahanan dapat dimintakan perpanjangan selama 30 hari kepada Ketua Pengadilan
Negeri Pasal 29 ayat 1,2, dan 3 KUHAP. Penahanan teresbut dapat diperpanjang lagi untuk paling lama 30 hari yang dimintakan
oleh penyidik secara bertahap Pasal 29 ayat 2, 4 KUHAP .
commit to user
73
Seluruh masa penahanan dari tersangka dikemudian hari akan dikurangkan dari jumlah hukuman pidana yang kelak dijatuhkan oleh
Hakim. Sebagaimana halnya penangkapan, penyidik Tindak Pidana
Korupsi harus mempunyai alasan kuat terhadap penahanan yang dilakukan terhadap tersangka. Dengan kata lain penahanan tidak boleh
dilakukan secara membabi buta atau bersifat menzolimi. Alasan penahanan diatur dalam pasal 21 ayat 1 dan 4 KUHAP.
Pasal 21 ayat 1 KUHAP “Perintah penahanan atau penahanan lanjut dilakukan terhadap
seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya yang
menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barng bukti dan atau mengulangi tindak
pidana”.
Pasal 21 ayat 4 KUHAP “Penahanan tersebut hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau
terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal” :
a. Tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;
b. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 282 ayat 3, pasal 296, pasal 335 ayat 1, pasal 351 ayat 1, pasal 353 yayat
1, pasal 372, pasal 378, pasal 378, pasal 379 a, pasal 453, pasal 454, pasal 455, pasal 459, pasal 480 dan pasal 506 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana, pasal 23 dan 26 Rechtenordonantie pelanggaran terhadap ordonansi Bea dan Cukai, terakhir diubah
dengan Staatsblad tahun 1931 nomor 471, pasal 1, pasal 4 undang- undanh Tindak Pidana Imigrasi Undang-undang nomor 8 Drt.
Tahun 1955. Lembaran negara tahun 1955 nomor 8 , pasa; 36 ayat 7 , pasal 41, pasal 42, pasal 43, pasal 43 dan pasal 48
undang-undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika Lembaran Negara tahun 1976 nomor 37, Tambahan Lembaran
Negara nomor 3086 .
commit to user
74
Alasan penahanan sebagaimana tersebut dalam pasal 21 ayat 1 KUHAP di atas sering disebut sebagai syarat subyektif penahanan.
Alasan ini hanya ada dalam pikiran penyidik namun sangat menentukan nasib seseorang. Berdasarkan KUHAP alasan ini sah-sah
saja dan hanya dipunyai oleh aparat penegak hukum dalam hal ini penyidik tanpa bisa diganggu gugat.
Alasan penahanan sebagaimana tersebut dalam tersebut dalam pasal 21 ayat 4 KUHAP diatas sering disebut sebagai syarat obyektif
penahanan. Disebut obyekti karena telah secara limitatif memberikan batasan yang jelas terhadap tindak pidana apa saja yang dapat
dilakukan penahanan. Karena Tindak Pidana Korupsi diancam dengan pidana penjara lima tahun, maka ia telah memenuhi syarat subyektif.
f. Pemberkasan