pencahayaan yang terlalu kuat juga bisa memaksa mata untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk kedalamnya. Kedua kondisi ini pada akhirnya bisa
menimbulkan kelelahan dan memicu gejala-gejala SBS lainnya.
5.2 Kualitas Mikrobiologi Udara Ruangan
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas mikrobiologi udara pada ruangan pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan dapat dilihat bahwa dari
4 ruangan yang telah diuji bahwa jumlah koloni angka kuman bakteri pada ruang Anggaran lebih tinggi daripada ruang yang lainnya yaitu 550 CFUm
3
. Selanjutnya pada ruang Akuntansi jumlah koloni angka kuman bakteri yaitu 180
CFUm
3
, pada ruang Sekretariat jumlah koloni angka kuman bakteri yaitu 240 CFUm
3
dan ruang Perbendaharaan jumlah koloni angka kuman bakteri yaitu 380 CFUm
3
. Dari hasil uji diketahui bahwa jumlah koloni angka kuman bakteri pada 4 ruangan kerja pegawai tidak melampaui Nilai Ambang Batas NAB yang
telah ditentukan oleh KepMenKes No. 1405MenKesSKXI2002 dimana tercantum bahwa jumlah koloni angka kuman bakteri dalam suatu ruangan kerja
tidak boleh melebihi 700 kolonim
3
dan tidak boleh ada bakteri patogen. Hasil penelitian Sulistiowati 2001 menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan bermakna antara jumlah koloni mikroorganisme di dalam udara ruangan. Burge dalam Lunau 1990 menyebutkan bahwa keberadaan bakteri dan
jamur menunjukkan tidak ada korelasi bermakna terjadi pada kemampuan mikroorganisme yang ditemukan di udara dalam memproduksi toksin. Pada
penelitian Marmot 2006 menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara
Universitas Sumatera Utara
jumlah koloni angka kuman dalam udara ruangan dengan kejadian SBS. Namun, pada penelitian Prasasti 2004 menyatakan bahwa jumlah koloni jamur di udara
mempunyai resiko lebih besar dibandingkan dengan jumlah koloni angka kuman bakteri udara terhadap kejadian SBS di ruang kerja.
5.3. Karakteristik Responden
Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan pada tahun 2015 yang bekerja di dalam ruangan ber-AC ada sebanyak 51 orang 100. Hasil
penelitian karakteristik pegawai yang bekerja didalam ruangan ber-AC menunjukkan bahwa 40 responden 78,4 mengalami gejala fisik SBS dan 11
responden 21,6 tidak mengalami kasus gejala fisik SBS. Untuk hasil penelitian terhadap pegawai menurut Jenis Kelamin diperoleh
hasil sebanyak 27 orang Laki-laki 52,9 dan 24 orang Perempuan 47,1. Hasil ini menurut Swedish Office Illnes Project Sundell, 1994 menyatakan
bahwa wanita memiliki resiko mengalami gejala SBS lebih besar yaitu 35 dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 21. Biasanya wanita lebih mudah
lelah dan lebih beresiko dibanding pria. Hal tersebut dikarenakan ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja wanita relatif kurang dibanding pria. Wanita juga
lebih rentan terhadap perubahan udara, beban kerja, dan tanggung jawab dalam rumah tangga sehingga membuat tingkat stres yang ada menjadi lebih tinggi.
Untuk hasil penelitian terhadap pegawai menurut usia diperoleh hasil sebanyak 20 orang 39,2 yaitu usia 31-40 tahun, kemudian sebanyak 14 orang
27,5 yaitu usia 51-60 tahun, sebanyak 10 orang 19,6 yaitu usia 21-30
Universitas Sumatera Utara
tahun, dan sebanyak 7 orang 13,7 yaitu usia 41-50 tahun. Hasil ini sejalan dengan menurut Hedge dan Mendell, usia yang lebih muda ikut berperan dalam
menimbulkan gejala dan keluhan SBS. Sedangkan untuk hasil penelitian terhadap pegawai yang merokok didalam
ruangan ber-AC diperoleh hasil sebanyak 16 orang 31,4 dan yang tidak merokok didalam ruangan ber-AC adalah sebanyak 35 orang 68,6. Merokok
dapat mengganggu kesehatan tubuh bagi siapa didekatnya perokok pasif. Dampak yang ditimbulkan dari merokok tersebut diantaranya adalah gangguan
terhadap saluran pernafasan, fungsi organ tubuh dan juga terhadap lingkungan Fauzan, 2003.
Amin 1996 mengatakan bahwa asap rokok yang dihasilkan akan mengakibatkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sistem pernafasan
dan tentunya mempengaruhi kejadian Sick Building Syndrome SBS pada pekerja dalam ruangan. Pendapat ini sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh
berdasarkan wawancara terhadap pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan yang bekerja didalam ruangan ber-AC di Gedung Walikota Medan
tahun 2015. Serta dari hasil wawancara terhadap pegawai yang bekerja didalam
ruangan yang menggunakan AC mengatakan bahwa mereka merokok di dalam ruangan dengan jumlah rokok yang dihisap tiap hari lebih dari 3 batang per hari.
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui pegawai yang merokok didalam ruangan tersebut digolongkan kedalam tipe perokok berat.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan untuk hasil penelitian terhadap pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan dari lamanya bekerja dalam ruangan per jam
dalam sehari menunjukkan bahwa 51 orang 100 pegawai bekerja selama ≤ 8 jam per hari. Menurut penelitian Winarti 2003 lama kerja seseorang dalam
gedung diasumsikan dapat memicu timbulnya gangguan kesehatan kronis, semakin lama masa kerjanya, semakin banyak dan beragam informasi masalah
kesehatan yang dialami. Masa kerja yang cukup lama dalam gedung ini mempengaruhi tingkat keterpajanan responden terhadap polutan dalam ruang.
5.4. Keluhan Sick Building Syndrome SBS