Sedangkan untuk hasil penelitian terhadap pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan dari lamanya bekerja dalam ruangan per jam
dalam sehari menunjukkan bahwa 51 orang 100 pegawai bekerja selama ≤ 8 jam per hari. Menurut penelitian Winarti 2003 lama kerja seseorang dalam
gedung diasumsikan dapat memicu timbulnya gangguan kesehatan kronis, semakin lama masa kerjanya, semakin banyak dan beragam informasi masalah
kesehatan yang dialami. Masa kerja yang cukup lama dalam gedung ini mempengaruhi tingkat keterpajanan responden terhadap polutan dalam ruang.
5.4. Keluhan Sick Building Syndrome SBS
Sick Building Syndrome SBS merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh buruknya kualitas udara dalam ruangan, yang terjadi minimal
satu gejala dirasakan oleh 30 dari total responden di dalam gedung WHO, 2005 . Kemudian penentuan gejala fisik SBS ditopang juga oleh Indikator oleh
Indikator SBS yang di kutip dari EPA Indoor Air Facts No. 4 1991 : a. Responden penelitian dalam gedung mengeluhkan gejala
– gejala ketidaknyamanan akut seperti sakit kepala, iritasi mata, hidung,
tenggorokan, batuk kering, kulit kering atau gatal, pusing dan mual, kesulitan berkonsentrasi, lelah dan bau.
b. Penyebab dari gejala – gejala tidak diketahui.
c. Kebanyakan responden penelitian sembuh setelah meninggalkan gedung. Berdasarkan hasil penelitian ternyata keluhan terhadap kasus gejala fisik
SBS terlihat bahwa 40 responden 78,4 mengalami gejala fisik SBS dan 11
Universitas Sumatera Utara
responden 21,6 tidak mengalami kasus gejala fisik SBS. Angka tersebut merupakan angka yang cukup tinggi dalam kasus ini karena hampir setengah dari
jumlah total responden mengalami gejala fisik SBS. Berdasarkan jumlah yang ada, sebaiknya keluhan yang ada ini sangat perlu diwaspadai untuk kemudian
dilakukan penanganan dan pencegahan terhadap keluhan yang ada, agar keluhan yang ada dapat dikurangi dan tidak bertambah banyak di kemudian hari.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa keluhan SBS yang dirasakan ada bervariasi. Hasil keluhan secara keseluruhan responden yang didapatkan
menunjukkan bahwa gejala Sick Building Syndrome SBS yang paling banyak dikeluhkan adalah Rasa lelah sebanyak 43 orang 84,3, Iritasi Hidung sebanyak
42 orang 82,4 yaitu pada keluhan Bersin, Iritasi Tenggorokan sebanyak 29 orang 56,9 yaitu pada keluhan Kering pada Tenggorokan, Sakit Kepala
sebanyak 28 orang 54,9, Iritasi Mata sebanyak 28 orang 54,95 yaitu pada keluhan Mata Berair dan Mata Terasa Panas, FluPilek sebanyak 24 orang
47,1, Batuk-batuk sebanyak 22 orang 43,1, Rasa kekeringan pada Bibir sebanyak 20 orang 39,2, Sulit Berkonsentrasi sebanyak 18 orang 35,3, dan
Iritasi Kulit sebanyak 16 orang 31,4 yaitu pada keluhan Kulit Kering. Sedangkan gejala yang paling sedikit dirasakan adalah MualPusing-pusing
sebanyak 8 orang 15,7 dan Sesak Nafas sebanyak 1 orang 2,0, kemudian yang terakhir Sakit Teinga tidak dirasakan satu orang pun 0,0.
Hal di atas sejalan dengan pendapat Bobic et al, 2009, Eriksson dan Stenberg 2006 dalam Wahab 2010 bahwa gejala
– gejala Sick Building Syndrome SBS dikelompokan dalam beberapa kategori fisik antara lain : Pertama, iritasi
Universitas Sumatera Utara
membran mukosa di tandain dengan gejala seperti iritasi mata, iritasi tenggorokan, iritasi bibir, batuk, kulit kering, mata kering, hidung atau tenggorokan kering,
Kedua, efek neurotoksik ditandai dengan sakit kepala, kelelahan, sulit berkonsentrasi, dan pingsan. Ketiga, gejala pernapasan di tandai dengan sulit
bernapas, batuk, bersin, nyeri dada, dada seperti tertekan. Keempat, gejala kulit seperti kemerahan kering dan ruam. Terakhir, perubahan sensor kimia, seperti
meningkatnya persepsi abnormal dan gangguan penglihatan. Kemudian dari hasil penelitian terlihat bahwa gejala-gejala yang timbul di
ruangan sebagian besar berjumlah lebih dari 30. Hal ini tentunya sesuai dengan menurut Achmadi yang dikutip oleh Noviana Wirastini 1997, orang dinyatakan
menderita gejala SBS apabila memiliki keluhan sejumlah kurang lebih 23 dari sekumpulan gejala-gejala SBS tersebut dalam kurun waktu bersamaan dan
biasanya menetap setidaknya dua minggu. Jika dilihat dari gejala-gejala yang dirasakan dilebih dari 30 responden
yang ada tersebut, maka sebagian besar gejala tersebut masuk ke dalam kelompok iritasi membran mukosa dan efek neurotoksik. Dimana hal ini dapat mungkin
terjadi karena adanya toxic compound dan agen infeksius di sekitar lingkungan kerja Wahab, 2010
Adapun jika dilihat dari hasil pene;itian bahwa keluhan SBS terbanyak terjadi di Ruangan Perbendaharaan dimana ditemukan 20 kasus 87,0 dari 23
responden yang diteliti yang berada di ruangan tersebut, hal ini kemungkinan dapat terjadi dikarenakan keberadaan sampel yang lebih banyak diruangan ini
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan ruangan sampel yang lain, kemudian dapat juga karena pencemaran yang dikeluarkan dari atau bahan atau alat-alat yang digunakan di
dalam gedung seperti komputer, mesin printer, kertas tisu, pengharum ruangan, kertas-kertas dan sumber pencemaran udara lain yang belum diukur seperti kadar
gas dalam ruangan serta tingkat mikrobiologi yang ada di sistem pendingin ruangan.
5.5. Kondisi Lingkungan Dalam Ruangan Kerja