2.7.Karakteristik Responden
Karakteristik karyawan yang bekerja didalam ruangan umumnya dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, usia, perilaku kebiasaan merokok, masalama
bekerja, status gizi dan riwayat kesehatan yang akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan karyawan yang bekerja didalam ruangan yang akan
mempengaruhi produktivitas kerja mereka. Biasanya karyawan yang bekerja didalam ruangan yang menggunakan AC
jarang mengeluhkan kondisi fisik lingkungan tempat mereka bekerja yang dikarenakan fasilitas dan sarana didalam ruangan bekerja sudah memberikan
kenyamanan buat mereka seperti tidak menimbulkan perasaan kepanasan selama bekerja, namun mereka rata-rata sering mengeluhkan mengalami gangguan
kesehatan jika terlalu lama bekerja didalam ruangan terlebih jika bekerja di ruangan yang menggunakan AC Idham, 2003.
a. Jenis Kelamin
Wanita memiliki kemungkinan lebih tinggi dan sensitif terhadap kejadian SBS. Jenis kelamin wanita terbukti lebih beresiko terkena SBS dibandingkan
dengan laki-laki Winarni, 2003. Swedish Office Illnes Project Sundell, 1994 menyatakan bahwa wanita
memiliki resiko mengalami gejala SBS lebih besar yaitu 35 dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 21. Biasanya wanita lebih mudah lelah dan lebih
beresiko dibanding pria. Hal tersebut dikarenakan ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja wanita relatif kurang dibanding pria, secara biologis wanita
mengalami siklus haid, kehamilan dan menopause, dan secara sosial, kultural,
Universitas Sumatera Utara
yaitu akibat kedudukan sebagai ibu dalam rumah tangga dan tradisi sebagai pencerminan kebudayaan Suma’mur, 1996.
b. Usia
Pada dasarnya, usia berpengaruh pada daya tahan tubuh, semakin tua usia maka semakin menurun pula stamina tubuh. Akan tetapi menurut Hedge dan
Mendell, usia yang lebih muda ikut berperan dalam menimbulkan gejala dan keluhan SBS. Hal ini dapat mungkin disebabkan dimana ketika usia mencapai 21-
30 tahun, merupakan usia produktif yang dimana dalam usia ini biasanya karyawan dituntut untuk menunjukkan performa kerjanya yang optimal, sehingga
stamina yang ada pun dapat menurun Anies, 2004.
c. Kebiasaan Merokok dalam Ruangan
Asap rokok merupakan campuran yang kompleks senyawa kimia dan partikel diudara, seperti CO, nitrogenoksida, CO
2
, hidrogen sianida, dan formaldehyde. Produk samping dari penetralan asap rokok tetap mengandung zat-
zat yang beracun dan bersifat karsinogenik yang dapat membahayakan pengguna gedung Nardi, 2003 ; Pudjiastuti, 1998.
Sebagai pencemar dalam ruang, asap rokok merupakan bahan pencemar yang biasanya mempunyai kuantitas paling banyak dibandingkan dengan bahan
pencemar lain. Hal ini disebabkan oleh besarnya aktivitas merokok di dalam ruangan yang sering dilakukan oleh mereka yang mempunyai kebiasaan merokok.
Asap rokok yang dikeluarkan oleh seorang perokok pada umumnya terdiri dari bahan pencemar berupa karbon monoksida dan partikulat. Bagi perokok pasif
Universitas Sumatera Utara
mereka yang tidak merokok tetapi merasakan akibat asap rokok hal ini juga merupakan bahaya yang selalu mengancam. Dalam jumlah tertentu asap rokok ini
sangat menganggu bagi kesehatan, seperti: mata pedih, timbul gejala batuk, pernafasan terganggu, dan sebagainya Pudjiastuti, 1998.
d. Lama bekerja