Analisa Kualitas Fisik Dan Mikrobiologi Udara Ruangan Ber-AC Dan Keluhan Sick Building Syndrome Pada Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan Di Gedung Walikota Medan Tahun 2015

(1)

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

ANALISA KUALITAS FISIK DAN MIKROBIOLOGI UDARA RUANGAN BER-AC DAN KELUHAN SICK BUILDING SYNDROME PADA PEGAWAI BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH KOTA

MEDAN DI GEDUNG WALIKOTA MEDAN TAHUN 2015

Tanggal :

Nomor Responden :

Lokasi :

A. Data Demografi

A1. Nama : A2. Jenis Kelamin

1. Laki-laki 2. Perempuan A3. Umur :

A4. Pekerjaan :

A4.1 Posisi bekerja : A4.2 Departemen/bagian :

A4.3 Institusi :

A4.4 Sudah berapa lama anda bekerja di tempat anda sekarang ini?

B. Kebiasaan Merokok

B1. Apakah Anda memiliki kebiasaan merokok di dalam gedung tempat Anda bekerja?

1. Tidak 2. Ya

B2. Berapa batang rokok yang Anda habiskan dalam satu hari? 1. > 3 batang

2. 1 batang 3. 0 batang

B3. Apakah Anda sudah merokok di dalam ruang kerja hari ini? 1. Tidak

2. Ya

C. Gejala dan Frekuensi Keluhan-keluhan Sick Building Syndrome (SBS)

C1. Apakah pada saat sebelumnya pergi bekerja Anda dalam kondisi yang sehat ? 1. Ya

2. Tidak

Jika Tidak, Sebutkan :

C2. Apakah Anda mempunyai riwayat alergi dan atau penyakit astma? 1. Ya


(2)

Jika Ya, Sebutkan :

C3. Apakah Anda mengalami keluhan-keluhan di bawah selama 1 bulan terakhir Anda berada di tempat kerja, seberapa seringkah Anda mengalami gejala di bawah ini saat di dalam gedung ?

Tidak Pernah Dialami

(1)

1 – 3 Terjadi

(2)

1 – 3 Terjadi dalam seminggu Setiap Hari/ Hampir Setiap Hari

C3.1. Iritasi mata a. Mata merah b. Mata berair c. Mata gatal

d. Mata terasa panas C3.2. Iritasi Hidung

a. Hidung gatal b. Hidung kering c. Bersin

C3.3. Iritasi tenggorokan

a. Kering pada tenggorokan b. Serak pada tenggorokan c. Gatal pada tenggorokan C3.4. Iritasi Kulit

a. Kulit kering b. Kulit gatal-gatal c. Kulit merah-merah C3.5. Rasa kekringan pada bibir C3.6. Sakit kepala


(3)

C3.7. Sulit berkonsentrasi C3.8. Rasa lelah

C3.9. Batuk-batuk C3.10. Pilek / Flu C3.11. Sakit telinga C3.12. Sesak nafas

C3.13. Mual dan pusing-pusing

C4. Apakah keluhan tersebut masih dirasakan setelah anda pulang dari kantor/keluar dari gedung tempat Anda bekerja?

1. Ya 2. Tidak

LEMBAR OBSERVASI

No Responden :

Lokasi :

Jumlah Pegawai :

Pengukuran :

1. Suhu : ... °C

2. Kelembaban : ... %

3. Pencahayaan : ... lux


(4)

LAMPIRAN.

MASTER DATA

ANALISA KUALITAS FISIK DAN MIKROBIOLOGI UDARA RUANGAN BER-AC DAN KELUHAN SICK BUILDING SYNDROME PADA PEGAWAI BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH KOTA MEDAN DI GEDUNG WALIKOTA

MEDAN TAHUN 2015

No Nama JK Umur U K L B R G B R R K K S A P M M M A M G M P H G H K H B T K T S T G K K K G K M B K S K E S K O R L B B F P S T S N M P P K S B S S B S K

1 Sulfan 1 52 4 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 10 1

2 Nikmal 1 52 4 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 0

3 Fitri 2 45 3 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 6 1


(5)

5 Nina 2 28 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 3 3 1 3 3 3 3 2 1 1 1 1 2 9 1

6 Badlun 1 30 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 0 0

7 Aswita 2 42 3 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 7 1

8 Renny 2 38 2 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 3 1 1 1 3 1 3 1 1 2 2 3 3 2 1 1 1 2 2 10 1

9 Abdan 1 32 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 3 0

10 Muharram 1 54 4 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 4 1

11 Zulkifli 1 39 2 1 2 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 6 1

12 Yenny 2 30 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 3 0 13 Erlina 2 53 4 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 1 3 3 3 3 1 1 1 1 1 2 8 1 14 Lona 2 41 3 1 1 3 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 8 1

15 Iskandar 1 56 4 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 8 1

16 Kahrudin 1 53 4 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 1 1 1 2 6 1

17 Hasan 1 49 3 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 7 1 18 Eva 2 37 2 1 1 3 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 7 1 19 Kiki 2 31 2 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 8 1


(6)

20 Sri 2 53 4 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 7 1

21 Fauziah 2 39 2 1 1 3 1 1 2 2 1 1 2 1 1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 8 1

22 Suriadi 1 38 2 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 5 1

23 Saleh 1 39 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 3 0 24 Indah 2 30 1 1 1 3 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 7 1

25 Darmawan 1 34 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 0

26 Rusli 1 57 4 1 1 3 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 5 1

27 Farida 2 57 4 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 0 28 Gonsul 1 53 4 1 1 3 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 6 1 29 Grata 1 38 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 11 1 30 Zulham 1 54 4 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 9 1 31 Sayuti 1 32 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 5 1 32 Parmin 1 39 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 10 1 33 Lenny 2 36 2 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 6 1 34 Novia 2 30 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 5 1


(7)

35 Frans 1 32 2 1 1 3 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 5 1 36 Arfan 1 43 3 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 10 1 37 Sylvia 2 37 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 4 1 1 4 2 1 1 2 1 1 3 2 2 2 2 3 1 1 2 2 11 1 38 Titin 2 37 2 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 3 1 1 1 3 1 3 1 1 2 2 3 3 2 1 1 1 2 2 10 1 39 Yulia 2 34 2 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 6 1 40 Inge 2 36 2 1 1 3 1 1 2 2 1 1 2 1 1 3 2 2 1 1 1 1 1 2 1 3 2 2 1 1 2 2 10 1 41 Habiby 1 31 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 13 1

42 Panidoan 1 54 4 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 7 1

43 Basri 1 56 4 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 0 44 Valdo 1 45 3 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 8 1

45 Linaliz 2 49 3 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 6 1

46 Reza 1 30 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 47 Erwin 1 54 4 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 6 1 48 Reo 1 38 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 4 1


(8)

50 Riana 2 28 1 1 1 3 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 10 1 51 Ani 2 28 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 3 0

KETERANGAN : JK : Jenis Kelamin UK : Umur Kategorik LB : Lama Bekerja Per Hari

RG : Kebiasaan Merokok Didalam Gedung/Ruang Kerja BR : Batang Rokok Dihabiskan Sehari

RK : Merokok Dalam Ruang Kerja Hari Ini KS : Pergi Masih Dalam Kondisi Sehat AP : Riwayat Alergi atau Penyakit MM : Keluhan Iritasi Mata Merah MA : Keluhan Iritasi Mata Berair MG : Keluhan Iritasi Mata Gatal


(9)

MP : Keluhan Iritasi Mata Terasa Panas HG : Keluhan Iritasi Hidung Gatal HK : Keluhan Iritasi Hidung Kering HB : Keluhan Iritasi Hidung Bersin-Bersin TK : Keluhan Iritasi Tenggorokan Kering TS : Keluhan Tenggorokan Serak

TG : Keluhan Tenggorokan Gatal KK : Keluhan Iritasi Kulit Kering KG : Keluhan Iritasi Kulit Gatal-Gatal KM : Keluhan Iritasi Kulit Merah BK : KeluhanKekeringan Bibir SKE : Keluhan Sakit Kepala SKO : Keluhan Sulit Konsentrasi RL : Keluhan Rasa Lelah BB : Keluhan Batuk-Batuk


(10)

FP : Keluhan Flu atau Pilek ST : Keluhan Sakit Telinga SN : Keluhan Sesak Nafas MP : Keluhan Mual atau Pusing

PK : Keluhan Masih Dirasakan Setelah Pulang Kerja SBS : Keluhan SBS


(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

Dokumentasi Penelitian

Gambar Lampiran 1. Kondisi Ventilasi Gambar Lampiran 2. Kondisi Kerja


(16)

Gambar Lampiran 3. Kondisi Ruangan Gambar Lampiran 4. Ruangan Pegawai

Seluruhnya Menggunakan Pintu Kaca

Gambar Lampiran 5. Pengukuran Suhu dan Gambar Lampiran 6. Penggunaan AC

Kelembaban Udara Local Didalam Ruangan


(17)

Statistics

Jenis Kelamin

N Valid 51

Missing 0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 27 52.9 52.9 52.9

perempuan 24 47.1 47.1 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Usia

N Valid 51

Missing 0


(18)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 21-30 thn 10 19.6 19.6 19.6

31-40 thn 20 39.2 39.2 58.8

41-50 thn 7 13.7 13.7 72.5

51-60 thn 14 27.5 27.5 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Lama Bekerja Per Hari

N Valid 51

Missing 0

Lama Bekerja Per Hari (jam)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(19)

Statistics

Merokok Dalam Gedung

N Valid 51

Missing 0

Merokok Dalam Gedung

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 35 68.6 68.6 68.6

ya 16 31.4 31.4 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Batang Rokok Dihabiskan

N Valid 51

Missing 0

Batang Rokok yang dihabiskan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(20)

Valid > 3 btg 16 31.4 31.4 31.4

0 btg 35 68.6 68.6 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Riwayat Alergi atau Penyakit

N Valid 51

Missing 0

Memiliki Riwayat Alergi atau Penyakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 1 2.0 2.0 2.0

tidak 50 98.0 98.0 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Iritasi Mata Merah

Iritasi Mata

Berair Iritasi Mata Gatal

Iritasi Mata Terasa Panas


(21)

Statistics

Iritasi Mata Merah

Iritasi Mata

Berair Iritasi Mata Gatal

Iritasi Mata Terasa Panas

N Valid 51 51 51 51

Missing 0 0 0 0

Iritasi Mata Merah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 40 78.4 78.4 78.4

1-3 terjadi 11 21.6 21.6 100.0

Total 51 100.0 100.0

Iritasi Mata Berair

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 37 72.5 72.5 72.5

1-3 terjadi 14 27.5 27.5 100.0

Total 51 100.0 100.0

Iritasi Mata Gatal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(22)

Valid tidak pernah 49 96.1 96.1 96.1

1-3 terjadi 2 3.9 3.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Iritasi Mata Terasa Panas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 37 72.5 72.5 72.5

1-3 terjadi 13 25.5 25.5 98.0

setiap hari 1 2.0 2.0 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Iritasi Hidung Gatal

Iritasi Hidung Kering

Iritasi Hidung Bersin

N Valid 51 51 51


(23)

Iritasi Hidung Gatal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 39 76.5 76.5 76.5

1-3 terjadi 10 19.6 19.6 96.1

1-3 sepekan 2 3.9 3.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Iritasi Hidung Kering

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 36 70.6 70.6 70.6

1-3 terjadi 15 29.4 29.4 100.0

Total 51 100.0 100.0

Iritasi Hidung Bersin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 15 29.4 29.4 29.4

1-3 terjadi 31 60.8 60.8 90.2

1-3 sepekan 2 3.9 3.9 94.1


(24)

Iritasi Hidung Bersin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 15 29.4 29.4 29.4

1-3 terjadi 31 60.8 60.8 90.2

1-3 sepekan 2 3.9 3.9 94.1

setiap hari 3 5.9 5.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Iritasi Tenggrorokan

Kering

Iritasi Tenggorokan

Serak

Iritasi Tenggrorokan

Gatal

N Valid 51 51 51

Missing 0 0 0

Iritasi Tenggrorokan Kering

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 28 54.9 54.9 54.9

1-3 terjadi 21 41.2 41.2 96.1


(25)

Iritasi Tenggrorokan Kering

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 28 54.9 54.9 54.9

1-3 terjadi 21 41.2 41.2 96.1

1-3 sepekan 2 3.9 3.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Iritasi Tenggorokan Serak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 40 78.4 78.4 78.4

1-3 terjadi 9 17.6 17.6 96.1

1-3 sepekan 2 3.9 3.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Iritasi Tenggrorokan Gatal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(26)

1-3 terjadi 6 11.8 11.8 98.0

1-3 sepekan 1 2.0 2.0 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Iritasi Kulit

Kering Iritasi Kulit Gatal

Iritasi Kulit Merah

N Valid 51 51 51

Missing 0 0 0

Iritasi Kulit Kering

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 37 72.5 72.5 72.5

1-3 terjadi 8 15.7 15.7 88.2

1-3 sepekan 6 11.8 11.8 100.0

Total 51 100.0 100.0

Iritasi Kulit Gatal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(27)

Valid tidak pernah 47 92.2 92.2 92.2

1-3 terjadi 1 2.0 2.0 94.1

1-3 sepekan 2 3.9 3.9 98.0

setiap hari 1 2.0 2.0 100.0

Total 51 100.0 100.0

Iritasi Kulit Merah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 51 100.0 100.0 100.0

Kekeringan Bibir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 31 60.8 60.8 60.8

1-3 terjadi 15 29.4 29.4 90.2

1-3 sepekan 4 7.8 7.8 98.0

setiap hari 1 2.0 2.0 100.0

Total 51 100.0 100.0


(28)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 23 45.1 45.1 45.1

1-3 terjadi 26 51.0 51.0 96.1

1-3 sepekan 2 3.9 3.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Sulit Berkonsentrasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 33 64.7 64.7 64.7

1-3 terjadi 13 25.5 25.5 90.2

1-3 sepekan 5 9.8 9.8 100.0

Total 51 100.0 100.0

Rasa Lelah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 8 15.7 15.7 15.7

1-3 terjadi 32 62.7 62.7 78.4

1-3 sepekan 11 21.6 21.6 100.0


(29)

Batuk Batuk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 29 56.9 56.9 56.9

1-3 terjadi 21 41.2 41.2 98.0

1-3 sepekan 1 2.0 2.0 100.0

Total 51 100.0 100.0

Flu atau Pilek

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 27 52.9 52.9 52.9

1-3 terjadi 22 43.1 43.1 96.1

1-3 sepekan 2 3.9 3.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Sakit Telinga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 51 100.0 100.0 100.0


(30)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 50 98.0 98.0 98.0

1-3 sepekan 1 2.0 2.0 100.0

Total 51 100.0 100.0

Mual dan Pusing

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 43 84.3 84.3 84.3

1-3 terjadi 8 15.7 15.7 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Masih Dirasa Setelah Pulang Kerja

N Valid 51

Missing 0

Masih Dirasa Setelah Pulang Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(31)

Valid ya 5 9.8 9.8 9.8

tidak 46 90.2 90.2 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Keluhan SBS

N Valid 51

Missing 0

Keluhan SBS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-3 keluhan 11 21.6 21.6 21.6

> 4 keluhan 40 78.4 78.4 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Keluhan SBS


(32)

Statistics

Keluhan SBS

N Valid 6

Missing 0

Keluhan SBS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid > 4 keluhan 6 100.0 100.0 100.0

Statistics

Keluhan SBS

N Valid 10

Missing 0

Keluhan SBS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(33)

> 4 keluhan 6 60.0 60.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Statistics

Keluhan SBS

N Valid 12

Missing 0

Keluhan SBS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-3 keluhan 4 33.3 33.3 33.3

> 4 keluhan 8 66.7 66.7 100.0

Total 12 100.0 100.0

Statistics

Keluhan SBS

N Valid 23


(34)

Keluhan SBS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-3 keluhan 3 13.0 13.0 13.0

> 4 keluhan 20 87.0 87.0 100.0

Total 23 100.0 100.0

Statistics

Keluhan Iritasi Mata

N Valid 51

Missing 0

Keluhan Iritasi Mata

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 23 45.1 45.1 45.1

ya 28 54.9 54.9 100.0

Total 51 100.0 100.0


(35)

Keluhan Iritasi Hidung

N Valid 51

Missing 0

Keluhan Iritasi Hidung

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 9 17.6 17.6 17.6

ya 42 82.4 82.4 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Keluhan Iritasi Tenggorokan

N Valid 51

Missing 0

Keluhan Iritasi Tenggorokan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 22 43.1 43.1 43.1


(36)

Keluhan Iritasi Tenggorokan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 22 43.1 43.1 43.1

ya 29 56.9 56.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Keluhan Iritasi Kulit

N Valid 51

Missing 0

Keluhan Iritasi Kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 35 68.6 68.6 68.6

ya 16 31.4 31.4 100.0


(37)

Statistics

Keluhan Kering Bibir

N Valid 51

Missing 0

Keluhan Kering Bibir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 31 60.8 60.8 60.8

ya 20 39.2 39.2 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Keluhan Sakit Kepala

N Valid 51

Missing 0

Keluhan Sakit Kepala

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(38)

ya 28 54.9 54.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Keluhan Sulit Konsentrasi

N Valid 51

Missing 0

Keluhan Sulit Konsentrasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 33 64.7 64.7 64.7

ya 18 35.3 35.3 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Keluhan Rasa Lelah

N Valid 51

Missing 0


(39)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 8 15.7 15.7 15.7

ya 43 84.3 84.3 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Keluhan Batuk-Batuk

N Valid 51

Missing 0

Keluhan Batuk-Batuk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 29 56.9 56.9 56.9

ya 22 43.1 43.1 100.0


(40)

Statistics

Keluhan Pilek atau Flu

N Valid 51

Missing 0

Keluhan Pilek atau Flu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 27 52.9 52.9 52.9

ya 24 47.1 47.1 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Keluhan Sesak Nafas

N Valid 51

Missing 0

Keluhan Sesak Nafas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(41)

ya 1 2.0 2.0 100.0


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T. Y dan Tri Hastuti. 2002. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Universitas Indonesia. Jakarta.

American Society for Heating, Refrigerating and Air Conditioning Engineers (ASHRAE), ASHRAE Standard 62-1989, Standard for Acceptable Indoor AirQuality,Atlanta.

Anies. 2004. Problem Kesehatan Masyarakat dan Sick Building Sydrome.

Jurnal Kedokteran Yarsi. Jakarta.

Arismunandar, W dan H saito. 2002. Penyegaran Udara. PT. Pradnya Paramitha. Jakarta.

Budiono, A.M.S, R.M.S. Jusuf, A.Pusparini. 2003. Bunga Rampai Hiperkes & KK. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Burge S, Hedge A, Wilson S, Bass JH, RobertsonA. 1987. Sick Building Syndrome a study of 4373 office workers, Ann Occup Hygo n0.31, pp 493-504

Bisri, A. 2008. Bahaya Psikososial dan Stres Kerja.

Available:http://aapip2812.multiply.com/journal/item/9/ diakses tanggal 2 Agustus 2015.

Depkes RI, 2005. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya terhadap Kesehatan. www.depkes.go.id/download/Udara.PDF. diakses tanggal 1 agustus 2015.

DepKes RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1450/MenKes/SK/XI/2002 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

Depkes RI. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 351/MenKes/SK/III/2003 tentang Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Sektor Kesehatan Lampiran II.

EPA.1998. An Office Building Occupational’s Guide to Indoor Air Quality.

www.epa.gov/aiq/pubs/occupgd.html. Diakses tanggal 1 Agustus 2015 Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.


(43)

Guntoro, H. 2008. Sick Building Syndrome Penyakit Bisa Bersumber Dari Kantor. Available : www.sinarharapan.co.id/ Diakses tanggal 2 Agustus 2015.

Hawley, Louise B. 2001. Intisari Mikrobiologi dan Penyakit Infeksi (High-Yield Microbiology and Infectious Diseases). Hipokrates. Jakarta.

H. J. Mukono. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University Press. Surabaya.

Hidayat, Tien Y. 2005. ”Sick Building Syndrome” Penyakit Perkantoran

Modern. Pikiran Rakyat Cyber Media

Hutagalung, Michael. 2008. Teknologi Pengolahan Limbah Gas. Dari :

http://www.majarikanayakan.com/author/michaeljubel.html. diakses tanggal 1 Agustus 2015.

Idham, Muhammad. 2003. Manajemen Kualitas Udara dalam Gedung Bertingkat. Hiperkes. Jakarta.

Imron, Moch. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Cv Sagung Seto. Jakarta.

Jawetz, E., J.L Melnick., E.A, Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology) Edisi 23. EKG. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1405 tahun 2002 tentang : Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan di Lingkungan Kerja Perkantoran

Kusnoputranto, Haryoto. 2002. Kesehatan Lingkungan Pemukiman dan Perkantoran. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Laila, Nur Najmi. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Sick Building Syndrome (SBS) Pada Pegawai Di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011. FKIK UIN Jakarta. Tangerang. Lintas Solusi Prima. Sick Builiding Syndrome. Jakarta. 2010.

Availablehttp://www.lintassolusiprima.com/Sick Building Syndrome diakses tanggal 1 Agustus 2015.

Meyer, Beat. 1983. Indoor Air Quality. Canada. Addison Wesley Publishing Company, Inc.


(44)

Mukono, dkk. 2005. Pengaruh kualitas udara dalam ruangan ber-AC terhadap gangguan kesehatan. Jurnal kesehatan lingkungan vol 1, No. 2 Januari 2005.

NIOSH. 2001. Indoor Air Quality and Work Environment Symptoms, Survey.

NIOSH

Noviana, Wirastini. 1998. Hubungan Kualitas Udara Dalam Ruangan Dengan Sick Building Syndrome Pada Pekerja Wanita di Pertokoan Mall Blok-M Jakarta. FKM UI. Depok

Nurhadi, Subroto. 2005. Pengaruh Pelatihan, Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Semarang. Thesis Surakarta : Program Pascasarjana Magister Manajemen UMS.

Pelczar, M.J dan E.C.S, Chan. 1988. Elements of Micribiology.McGraw-Hill Book Company. Universitas Indonesia. Jakarta.

Prasasti, C. I, J. Mukono, dan Sudarmaji. 2005. Pengaruh kualitas udara dalam ruangan ber-AC terhadap gangguan kesehatan. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN VOL.1, NO.2. http://jurnal.unair.ac.id/filter PDF/KESLING-1-2-07.pdf/ diakses pada tanggal 2 Agustus 2015.

Pudjiastuti, Lily. 1998. Kualitas Udara Dalam Ruang. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Sugiarto, Monika. 2004. Polusi Udara : Siapa yang Mengontrol Udara yang kita hirup?www.kcdj.org diakses tanggal 3 Agustus 2015.

Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja Cetakan ke- 13.

PT Toko Gunung Agung. Jakarta.

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Pt Grasindo. Jakarta.

Soedomo, M. 2001. Kumpulan Makalah Pencemaran Udara. Penerbit ITB. Bandung.

Spengler, John, D. 2001. Indoor Air Quality Handbook United States of America: Mc graw ; Hill companies

US-EPA, 1995, The Inside Story:A Guide to Indoor Air Quality, EPA Document #402-K-93-007/


(45)

WHO. 2005. Air Guidelines for Particulate Matter, Ozzone, Nitrogen Dioxide and Sufur Dioxide Update Global 2005: Summary Of Risk Assesment. WHO Regional Office For Europe, Copenhagen, Denmark.

Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press. Malang.

Wawolumaya, C. 1996. Sick Building Syndrome. Jurnal Majalah Kesehatan

Masyarakat Indonesia No 10, Jakarta. http://isjd

pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/36408156167_0125_9695.pdf/ diakses tanggal 3 Agustus 2015

Widagdo, S. 2009. Kualitas Udara Dalam Ruang Kerja.

http://www.batan.go.id/ptrkn/file/Epsilon/vol_13_03/p5.pdf/ Diakses tanggal 2 Agustus 2015.

Winartini, M.,Basuki, B., Hamid, A. 2003. Air Movement, Gender and risk of sick building Syndrome Headache Among Employes in Jakarta Office.

Med.J Indonesia. Vol. 12, No. 3. Available :

http://www.digilib.ui.ac.id/file/file-digital/ Diakses tanggal 1 Agustus 2015.Universitas Indonesia


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif dengan desain yang digunakan adalah cross sectional, melakukan pengamatan/observasi yang dilaksanakan sekaligus pada saat yang sama terhadap variabel-variabel.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja kantor Gedung Walikota Medan pada ruangan kerja pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan sebanyak 4 ruangan kerja, yaitu :

1.Ruangan Kerja Bidang Sekretaris Badan Pengelola Keuangan Daerah 2.Ruangan Kerja Bidang Perbendaharaan

3.Ruangan Kerja Bidang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan 4.Ruangan Kerja Bidang Anggaran

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November tahun 2015 – Januari tahun 2016. Waktu penelitian 10.00 WIB s/d 15.00 WIB dari hari senin s/d jum’at.


(47)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja di Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan dengan jumlah 104 orang

3.3.2. Sampel

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebagian populasi yang di peroleh dengan menggunakan rumus Taro Yamane di kutip dari Imron (2010) :

n = N 1+ N (d²)

Keterangan : N = Besar Populasi n = Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1) maka :

n = N 1+ N (d²) n = 104

1+ 104 (0,1²) n = 104

1+ 104 (0,01) n = 104

2,04 n = 50,98 n = 51


(48)

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini Propotional Random Sampling. Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap ruangan kerja ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing ruangan. Adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing ruangan kerja dengan rumus yaitu :

n = X x N1 N

Keterangan :

n : Jumlah sampel yang digunakan pada setiap ruangan kerja N : Jumlah seluruh populasi pegawai Badan Pengelola

Keuangan Daerah Kota Medan

X : Jumlah populasi pada setiap ruangan kerja

N1 : Sampel

Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari masing-masing ruangan kerja pegawai di 4 ruangan yaitu :

Ruangan Sekretaris = 24 x 51

104 = 12 responden

Ruangan Perbendaharaan = 47 x 51

104 = 23 responden Ruangan Akuntansi & Pelaporan = 12 x 51

104

= 6 responden

Ruangan Anggaran = 21 x 51

104


(49)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Untuk pengumpulan data primer diperoleh secara langsung melalui kuesioner yang dipandu pengisiannya mengenai karakterisrik karyawan yaitu identitas responden, umur, jenis kelamin, perilaku merokok dalam ruangan dan lama bekerja dan mengenai keluhan SBS secara subyektif, serta observasi tempat penelitian dan data hasil pengukuran kualitas udara tempat kerja di Gedung Walikota Medan.

3.4.2. Data Sekunder

Untuk data sekunder diperoleh dari perusahaan mengenai perusahaan secara umum yaitu secara studi dokumen, meliputi data perusahaan secara umum, kondisi fisik lingkungan tempat kerja, serta jumlah karyawan.

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional

1. Sick Building Syndrome (SBS) adalah gejala-gejala fisik yang disebabkan oleh kualitas udara dalam ruangan, yang terjadi minimal satu gejala dirasakan oleh 30% dari total responden penelitian. Gejala yang dialami oleh responden sebanyak 4 gejala atau lebih dalam seminggu pada saat penelitian berlangsung, dan hanya timbul selama jam kerja berlangsung dan pada lokasi kerja.

Gejala-gejala tersebut sesuai kriteria WHO terdiri dari :

 iritasi mata, flu tenggorokan

 kekeringan membran mukosa/bibir


(50)

 sakit kepala dan mental fatigue  batuk sesak nafas (mengik)

 mual, pusing dan hipertensivitas tidak spesifik

2. Suhu Ruangan adalah temperatur di ruang kerja yang diukur langsung dengan Thermohygrometer. Memenuhi syarat jika suhu 18°C - 28°C.

3. Kelembaban Udara adalah kandungan uap air di udara dalam ruang kerja dan diukur langsung dengan Thermohygrometer. Memenuhi syarat jika kelembaban 40% - 60%.

4. Pencahayaan adalah intensitas penerangan di dalam ruang kerja yang diukur langsung dengan Lux meter. Standar pencahayaan di ruangan lingkungan kerja menurut KepMenKes No. 1405 tahun 2002 yaitu minimal 100 lux. 5. Jumlah koloni angka kuman udara dalam ruangan adalah adanya sejumlah

koloni jasad renik (kuman) yang ditemukan di dalam udara ruang kerja sebagai indikator dalam ruangan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang

Persyaratan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, kualitas udara dalam ruang dikatakan baik apabila angka kuman dalam ruang kurang dari 700 koloni / m3 udara dan bebas kuman patogen.

6. Umur adalah jumlah tahun yang dihitung sejak responden lahir sampai tahun dilakukan penelitian.

7. Jenis Kelamin adalah perbedaan biologis dan morfologis yang dibawa sejak lahir dan tidak dapat diubah.


(51)

8. Kebiasaan Merokok adalah kebiasaan responden merokok di ruang kerja secara kontinyu setiap hari, minimal 1 batang/hari dan sudah melakukannya saat penelitian berlangsung.

9. Lama Bekerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama kali responden masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung.

3.6. Aspek Pengukuran

1. Sick Building Syndrome (SBS)

Gejala-gejala yang dialami dan dirasakan oleh 30% dari total responden penelitian. Gejala yang dialami oleh responden sebanyak 4 gejala atau lebih, minimal 2 kali dalam seminggu dan sekurangnya satu gejala dialami dan hanya timbul selama jam kerja berlangsung dan pada ruang kerja (EPA 1991, WHO 1984).

Maka [ 0 ] Kriteria gejala fisik SBS tidak ditemukan

[ 1 ] Kriteria gejala fisik SBS ditemukan

2. Suhu Ruangan

Temperatur di ruang kerja yang diukur langsung. Memenuhi syarat jika suhu 18°C - 28°C.

3. Kelembaban Udara

Kandungan uap air di udara dalam ruang kerja dan diukur langsung. Memenuhi syarat jika kelembaban 40% - 60%.


(52)

4. Pencahayaan

Intensitas penerangan di dalam ruang kerja yang diukur langsung. Standar pencahayaan di ruangan lingkungan kerja menurut KepMenKes No. 1405 tahun 2002 yaitu minimal 100 lux.

5. Jumlah Koloni Angka Kuman

Sejumlah koloni jasad renik (kuman) yang ditemukan di dalam udara ruang kerja sebagai indikator dalam ruangan. Menurut KepMenKes no. 1405 tahun 2002 kualitas udara dalam ruang dikatakan baik apabila angka kuman dalam

ruang kurang dari 700 koloni/m3 udara dan bebas kuman

patogen.

3.7. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan prossedur yang terarah mulai dari pengukuran suhu ruangan, kelembaban udara, kecepatan aliran udara, dan pencahayaan serta pengukuran jumlah koloni mikroorganisme dalam ruangan, seperti diuraikan berikut ini :

3.7.1. Prosedur Pengukuran Suhu dan Kelembaban

a.Alat : Thermohygrometer

b.Bahan / Objek : Pada ruangan kerja sebanyak 1 titik yaitu bagian tengah ruangan


(53)

1. Siapkan alat Thermohygrometer 2. Tekan tombol ON

3. Untuk mengetahui suhu udara tekan tombol °C 4. Catat angka yang muncul

5. Untuk mengetahui kelembaban udara tekan tombol RH% 6. Catat angka yang muncul

7. Setelah selesai tekan tombol OFF d.Waktu : Jam 10.00 WIB

3.7.2. Prosedur Pengukuran Pencahayaan

a.Alat : Lux meter

b.Bahan / Objek : Pada ruangan kerja sebanyak 1 titik yaitu bagian tengah ruangan

c.Prosedur Kerja :

1. Siapkan alat Lux meter

2. Atur jarak pengkuruan dengan alat ± 1 meter 3. Tinggi alat dengan permukaan lantai ± 1 meter

4. Hidupkan alat Lux meter dengan menekan tombol ON

5. Angka akan menunjukkan 000 (sebelum sensor cahaya dibuka) bukan sensor cahaya

6. Perhatikan angka yang muncul pada layar Lux meter

7. Angka yang berhenti paling lama menunjukkan besarnya Intensitas cahaya yang diukur


(54)

d.Waktu : Jam 10.00 WIB

3.7.3. Prosedur Pengukuran Jumlah Angka Kuman Udara Ruangan

a.Alat : Cawan Petri dan Colony Counter

b.Objek : Pada ruangan kerja sebanyak 1 titik yaitu bagian tengah ruangan

c.Bahan :

1. Media Nutrient Agar (NA) 2. Colony Counter

3. Incubator d.Prosedur Kerja :

1. Bersihkan ruangan dan dalam keadaan seperti biasanya

2. Siapkan Cawan Petri yang sudah dilengkapi dengan Media Nutrient Agar (NA)

3. Letakkan Cawan Petri yang ada pada titik sampel yang telah ditentukan

4. Kemudian tunggu selama ± 15 menit agar udara dalam ruangan menyatu dengan Media NA tersebut.

5. Lalu Media NA ditutup dan disimpan agar dapat dihitung pertumbuhan bakteri

6. Media NA akan diinkubasi pada suhu 35°C selama 24 jam pada lab analisis

7. Hitung pertumbuhan bakteri dalam media plate pada coloni counter


(55)

8. Catat hasil perhitungan pada lembar rekaman pengecekan e.Waktu : Jam 10.00 WIB

3.8. Metode Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap karakteristik karyawan yang berada di dalam ruangan yang menggunakan AC meliputi : jenis kelamin, umur, lama bekerja dalam ruang, dan perilaku merokok serta hasil observasi pada kualitas udara di dalam ruangan diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk distribusi kemudian dijelaskan secara deskriptif tentang karakteristik karyawan yang bekerja di dalam ruanagn ber-AC dan tentang hasil observasi kualitas udara dalam ruangan.


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Gedung Kantor Walikota Medan yang beralamat dijalan Kapten Maulana Lubis No 2 Medan di Kecamatan Medan Petisah. Adapun batas-batas wilayah untuk Gedung Kantor Walikota Medan, yaitu :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Tembakau Deli

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Gedung DPRD Kota Medan - Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli

- Sebalah Barat berbatasan dengan Palladium Mall Medan

Gedung Kantor Walikota ini merupakan gedung lama di Kota Medan. Gedung ini terdiri dari 2 lantai dengan berbagai Bagian sesuai tugas dan peruntukkannya. Badan Pengelola Keuangan merupakan salah satu Bagian yang bekerja dalam Pemerintahan Kota Medan yang berada di lantai 2 pada gedung tersebut.

Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan ini memiliki 1 Kepala Bagian dengan jumlah pegawai sebanyak 104 orang yang bekerja masing- masing pada 4 Bidang tertentu. Adapun 4 Bidang tersebut yaitu :

- Bidang Sekretariat dengan jumlah pegawai sebanyak 24 orang, pada ruangan ini menggunakan sistem pendingin ruangan (AC lokal).


(57)

- Bidang Perbendaharaan dengan jumlah pegawai sebanyak 47 orang, ruangan ini cukup besar diantara ruangan lainnya dan pada ruangan ini juga menggunakan sistem pendingin ruangan (AC lokal).

- Bidang Akuntansi Pelaporan Keuangan dengan jumlah pegawai sebanyak 12 orang, pada ruangan ini menggunkan sistem pendingin ruangan (AC lokal).

- Bidang Anggaran dengan jumlah pegawai sebanyak 21 orang, pada ruangan ini menggunakan sistem pendingin ruangan (AC lokal).

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Kualitas Fisik Udara Ruangan

Pengukuran kualitas fisik udara ruangan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pada 4 ruangan kerja antara lain : Ruang Akuntansi Pelaporan, Ruang Anggaran, Ruang Sekretariat dan Ruang Perbendaharaan dengan parameter yang diukur yaitu Suhu, Kelembaban Udara dan Pencahayaan di Gedung Kantor Walikota Medan tahun 2015.

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Suhu Udara pada Ruangan Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan tahun 2015

Lokasi Parameter

(Suhu)

Hasil (°C)

Baku Mutu (°C)

Ket.

Ruang Akuntansi °C 27 °C 18°C - 28°C Sesuai

Ruang Anggaran °C 28 °C 18°C - 28°C Sesuai

Ruang Sekretariat °C 28 °C 18°C - 28°C Sesuai


(58)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, didapatkan hasil pengujian kualitas fisik udara bahwa suhu pada masing-masing ruangan kerja berada dalam kondisi normal atau sesuai Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditentukan. Suhu ruangan pada Ruang Anggaran dan Ruang Sekretariat memiliki suhu yang lebih tinggi 28 °C daripada ruang yang lainnya.

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Kelembaban Udara pada Ruangan Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan tahun 2015

Lokasi Parameter

(Kelembaban)

Hasil (%)

Baku Mutu (%)

Ket.

Ruang Akuntansi Kelembaban 60 % 40% - 60% Sesuai

Ruang Anggaran Kelembaban 65 % 40% - 60% Tdk Sesuai

Ruang Sekretariat Kelembaban 62 % 40% - 60% Tdk Sesuai

Ruang Perbendaharaan Kelembaban 65% 40% - 60% Tdk Sesuai

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, didapatkan hasil pengujian kualitas fisik udara yaitu kelembaban udara ruangan kerja bahwa 3 dari 4 ruangan kerja tidak memnuhi syarat karena melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) dimana didapatkan hasil uji mencapai 65%. Hanya ruangan Akuntansi yang memiliki kelembaban udara yang stabil atau masih sesuai standart baku mutu.


(59)

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Pencahayaan pada Ruangan Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan tahun 2015

Lokasi Parameter

(Pencahayaan) Hasil (Lux) Baku Mutu (Lux) Ket.

Ruang Akuntansi Pencahayaan 65,4 Lux Min 100Lux Sesuai

Ruang Anggaran Pencahayaan 66,8 Lux Min 100Lux Sesuai

Ruang Sekretariat Pencahayaan 67,2 Lux Min 100Lux Sesuai

Ruang Perbendaharaan Pencahayaan 77,4 Lux Min 100Lux Sesuai

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, didapatkan hasil pengujian kualitas fisik udara bahwa pencahayaan pada masing-masing ruangan kerja masih dibawah standart Nilai Ambang Batas (NAB) ynag telah ditentukan.

4.2.2. Kualitas Mikrobiologi Udara Ruangan

Pengukuran kualitas mikrobiologi udara ruangan dilakukan pada 4 ruangan kerja antara lain : Ruang Akuntansi Pelaporan, Ruang Anggaran, Ruang Sekretariat, dan Ruang Perbendaharaan di Gedung Kantor Walikota Medan tahun 2015.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Kualitas Mikrobiologi Udara pada Ruangan Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan tahun 2015

Lokasi Parameter

(Bakteri)

Hasil (CFU/m3)

Baku Mutu (CFU/m3)

Ket.

Ruang Akuntansi Bakteri 180 < 700 Sesuai

Ruang Anggaran Bakteri 550 < 700 Sesuai

Ruang Sekretariat Bakteri 240 < 700 Sesuai


(60)

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, didapatkan hasil pengujian kualitas mikrobiologi udara pada masing-masing ruangan kerja bahwa jumlah koloni angka kuman (bakteri) masih sesuai atau dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditentukan. Pada Ruang Anggaran didapatkan hasil uji lebih tinggi daripada ruang yang lainnya yaitu 550 CFU/m3 dan terendah pada Ruangan Akuntansi yaitu 180 CFU/m3.

4.2.3. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dinilai pada penelitian ini antara lain jenis kelamin, usia, kebiasaan merokok, dan lama bekerja dalam ruangan pada pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan tahun 2015.

Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Pegawai Yang Bekerja Didalam Ruangan Ber-AC Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Kebiasaan Merokok Dalam Ruangan, Lama Bekerja Per Hari di Gedung Walikota Medan Tahun 2015

No Karakteristik Pegawai Yang Bekerja Didalam Ruangan Ber-AC

Jumlah (Orang)

Persenta se (%)

1. Jenis Kelamin

a. Laki-Laki 27 52,9

b. Perempuan 24 47,1

Total 51 100,0

2. Usia

a. 21–30 tahun 10 19,6

b. 31–40 tahun 20 39,2

c. 41-50 tahun 7 13,7

d. 51-60 tahun 14 27,5


(61)

Tabel 4.5 (Lanjutan)

3. Kebiasaan Merokok Dalam Ruangan

a. Ya 16 31,4

b. Tidak 35 68,6

Total 51 100,0

Jumlah Batang Rokok Dihabiskan Dalam Sehari

a. > 3 batang 16 31,4

b. Tidak (-) 35 68,6

Total 51 100,0

4. Lama Bekerja Per Jam Dalam Sehari

a. 8 jam 51 100,0

b. > 8 jam 0 0

Total 51 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, menunjukkan bahwa Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan Tahun 2015 jenis kelamin yang terbanyak yaitu Laki-laki dengan jumlah 27 orang (52,9%), usia yang paling banyak pada kelompok usia 31-40 tahun dengan jumlah 20 orang (39,2%) dan usia yang terendah usia 41-50 tahun sebanyak 7 orang (13,7%). Sedangkan pegawai yang memiliki kebiasaan merokok hanya 16 orang atau sekitar (31.,4%) dan rata-rata mereka bisa menghabiskan lebih dari 3 batang rokok per hari nya. Dari jumlah tersebut, menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai tidak memiliki kebiasaan merokok. Dan secara keseluruhan pegawai bekerja sesuai jam kerja yang berlaku yaitu 8 jam per hari (100%).


(62)

4.2.3. Distribusi Keluhan Sick Building Syndrome (SBS)

Penelitian dilakukan pada 4 ruangan kerja pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota medan untuk melihat adanya keluhan-keluhan Sick Building Syndrome (SBS) yang dirasakan. Responden tersebut akan diwawancarai, apabila salah satu gejala tersebut dirasakan sedikitnya 30% dari jumlah responden maka responden tersebut dinyatakan diduga (suspect) Sick Building Syndrome (SBS). Kemudian kriteria SBS tersebut ditegakkan dengan persyaratan apabila responden yang merasakan keluhan-keluhan dengan persentase melebihi 30% tersebut menghilang ketika sudah keluar atau pulang meninggalkan ruangan/kantor, maka responden tersebut dinyatakan termasuk dalam kriteria responden dengan gejala Sick Building Syndrome (SBS).

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Keluhan-keluhan SBS Berdasarkan Jumlah Responden yang Mengeluhkan diruangan Kantor Badan

Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan Tahun 2015

No Keluhan-keluhan

Jumlah (orang)

n Total (%) Ya (%) Tidak (%)

1 Iritasi Mata 28

54,9

23 45,1

51 100,0

2 Iritasi Hidung 42

82,4

9 17,6

51 100,0

3 Iritasi Tenggorokan 29

56,9

22 43,1

51 100.0

4 Iritasi Kulit 16

31,4

35 68,6

51 100,0

5 Rasa Kekeringan Pada Bibir

20 39,2

31 60,8

51 100,0

6 Sakit Kepala 28

54,9

23 45,1


(63)

Tabel 4.9 (Lanjutan)

7 Sulit Berkonsentrasi 18

35,3

33 64,7

51 100,0

8 Rasa Lelah 43

84,3

8 15,7

51 100,0

9 Batuk-batuk 22

43,1

29 56,9

51 100,0

10 Pilek/Flu 24

47,1

27 52,9

51 100,0

11 Sakit Telinga 0 0 0 0

12 Sesak Nafas 1

2,0

50 98,0

51 100,0

13 Mual dan Pusing-pusing

8 15,7

43 84,3

51 100,0

Ket : *) suspect SBS , >30% dari total responden

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, mengindikasi bahwa keluhan SBS yang dirasakan ada bervariasi. Hasil keluhan secara keseluruhan responden yang didapatkan menunjukkan bahwa gejala Sick Building Syndrome (SBS) yang paling banyak dikeluhkan adalah Rasa lelah sebanyak 43 orang (84,3%), Iritasi Hidung sebanyak 42 orang (82,4%), Iritasi Tenggorokan sebanyak 29 orang (56,9%), Sakit Kepala sebanyak 28 orang (54,9%), Iritasi Mata sebanyak 28 orang (54,95), Flu/Pilek sebanyak 24 orang (47,1%), Batuk-batuk sebanyak 22 orang (43,1%), Rasa kekeringan pada Bibir sebanyak 20 orang (39,2%), Sulit Berkonsentrasi sebanyak 18 orang (35,3%), dan Iritasi Kulit sebanyak 16 orang (31,4%). Sedangkan gejala yang paling sedikit dirasakan adalah Mual/Pusing-pusing sebanyak 8 orang (15,7%) dan Sesak Nafas sebanyak 1 orang (2,0%), kemudian yang terakhir Sakit Telinga tidak dirasakan satu orang pun (0,0%).


(64)

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Keluhan-keluhan SBS Yang Masih Dirasakan Setelah Keluar Gedung Pada Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan Tahun 2015

Kondisi Responden Jumlah (orang) %

Masih Merasakan 5 9,8

Sudah Tidak Merasakan 46 90,2

Jumlah 51 100,0

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, didapat bahwa frekuensi responden berdasarkan keluhan-keluhan SBS yang masih dirasakan setelah keluar dari gedung Walikota Medan yaitu sebanyak 5 orang (9,8%) yang masih merasakan keluhan SBS, sehingga responden ini tidak termasuk sebagai responden yang mengalami gejala Sick Building Syndrome (SBS), dan sebanyak 46 orang (90,2%) sudah tidak merasakan gejala-gejala SBS setelah keluar dari gedung, maka responden inilah yang termasuk ke dalam kriteria responden dengan gejala Sick Building Syndrome (SBS).

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keluhan Sick Building Syndrome Pada Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan Tahun 2015

Keluhan SBS Jumlah (orang) %

Tidak Mengalami Gejala 11 21,6

Mengalami Gejala 40 78,4

Jumlah 51 100,0

Berdasarkan tabel 4.11 diatas, dapat terlihat bahwa terdapat 40 orang (78,4%) mengalami gejala Sick Building Syndrome (SBS) sedangkan 11 orang (21,6%) tidak mengalami gejala SBS. Angka responden yang mengalami gejala


(65)

Sick Building Syndrome (SBS) ini terbilang tinggi karena jumlah responden yang mengalami SBS hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden yang tidak mengalami gejala SBS.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi keluhan Sick Building Syndrome (SBS) Berdasarkan Ruangan Kerja Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan Tahun 2015

Lokasi Gejala Fisik SBS Jumlah

SBS n (%) Non SBS n (%) Ruangan Kerja Pegawai Badan Pengelola Keuangan Kota Medan

Ruang Akuntansi 6 0 6

100,0 0 100,0

Ruang Anggaran 6 4 10

60.0 40,0 100,0

Ruang Sekretariat 8 4 12

66,7 33,3 100,0

Ruang Perbendaharaan

20 3 23

87,0 13,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.12 diatas, didapatkan berdasarkan ruangan kerja pegawai bahwa gejala SBS terbanyak terdapat di Ruang Akuntansi yaitu sebanyak 6 kasus gejala (100%) dari seluruh responden di ruangan tersebut dan di Ruang Perbendaharaan yaitu sebanyak 20 kasus gejala (87,0%) dari 23 responden, lalu di Ruang Sekretariat yaitu yaitu 8 kasus gejala (66,7%) dari 12 responden, kemudian di Ruang Anggaran yaitu sebanyak 6 kasus gejala (60%) dari 10 responden.


(66)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Kualitas Fisik Udara Ruangan

Berdasarkan hasil pengukuran suhu pada ruangan pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan dapat dilihat bahwa suhu udara didalam ruangan ber-AC yakni rata-rata suhu 27,5°C, hasil ini masih sesuai Nilai Ambang Batas (NAB).

Pada suhu udara yang panas dan lembab, makin tinggi kecepatan aliran udara akan makin membebani tenaga kerja. Pada tempat kerja dengan suhu udara yang panas maka akan menyebabkan proses pemerasan keringat. Beberapa hal buruk berkaitan dengan kondisi demikian dapat dialami oleh tenaga kerja. Suhu panas dapat mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, menggangu kecermatan kerja otak, menggangu koordinasi syaraf perasa dan motoris. Sedangkan suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot (Suma’mur, 1996). Menurut standart Baku Mutu sesuai KepMenKes N0. 1405/MenKes/SK/XI/2002 suhu yang dianggap nyaman untuk suasana bekerja di perkantoran adalah 18°C - 28°C.

Berdasarkan hasil pengukuran kelembaban udara pada ruangan pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan dapat dilihat bahwa rata-rata kelembaban udara yakni 63%, hasil ini menunjukkan bahwa 4 ruangan kerja tidak


(67)

memenuhi syarat kesehatan karena melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu lebih dari >60%

Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20% dapat menyebabkan kekeringan selaput lendir membran, sedangkan kelembaban tinggi akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme (Mukono, 2005). Selain itu, kelembaban yang lebih rendah juga dalam hal ini >30% berpengaruh dengan kejadian Sick Building Syndrome. Berdasarkan ASHRAE kelembaban yang di persyaratkan adalah antara 30% - 60%, sementara menurut standart Baku Mutu sesuai KepMenKes N0. 1405/MenKes/SK/XI/2002 kelembaban dalam ruangan kerja di perkantoran adalah 40% - 60%.

Berdasarkan hasil pengukuran pencahayaan pada ruangan pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan dapat dilihat bahwa rata-rata pencahayaan yakni 69,2 Lux hasil ini menunjukkan bahwa pencahayaan pada masing-masing ruangan masih memenuhi standart baku min 100 Lux pada

ruangan perkantoran yang telah ditentukan KepMenKes No.

1405/MenKes/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan di lingkungan kerja perkantoran dan industri.

Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi benda-benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi disekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi. Adapun pencahayaan yang kurang bisa memaksa mata untuk berakomodasi maksimum sedangkan


(68)

pencahayaan yang terlalu kuat juga bisa memaksa mata untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk kedalamnya. Kedua kondisi ini pada akhirnya bisa menimbulkan kelelahan dan memicu gejala-gejala SBS lainnya.

5.2 Kualitas Mikrobiologi Udara Ruangan

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas mikrobiologi udara pada ruangan pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan dapat dilihat bahwa dari 4 ruangan yang telah diuji bahwa jumlah koloni angka kuman (bakteri) pada ruang Anggaran lebih tinggi daripada ruang yang lainnya yaitu 550 CFU/m3 . Selanjutnya pada ruang Akuntansi jumlah koloni angka kuman (bakteri) yaitu 180 CFU/m3 , pada ruang Sekretariat jumlah koloni angka kuman (bakteri) yaitu 240 CFU/m3 dan ruang Perbendaharaan jumlah koloni angka kuman (bakteri) yaitu 380 CFU/m3 . Dari hasil uji diketahui bahwa jumlah koloni angka kuman (bakteri) pada 4 ruangan kerja pegawai tidak melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditentukan oleh KepMenKes No. 1405/MenKes/SK/XI/2002 dimana tercantum bahwa jumlah koloni angka kuman (bakteri) dalam suatu ruangan kerja tidak boleh melebihi 700 koloni/m3 dan tidak boleh ada bakteri patogen.

Hasil penelitian Sulistiowati (2001) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jumlah koloni mikroorganisme di dalam udara ruangan. Burge dalam Lunau (1990) menyebutkan bahwa keberadaan bakteri dan jamur menunjukkan tidak ada korelasi bermakna terjadi pada kemampuan mikroorganisme yang ditemukan di udara dalam memproduksi toksin. Pada penelitian Marmot (2006) menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara


(69)

jumlah koloni angka kuman dalam udara ruangan dengan kejadian SBS. Namun, pada penelitian Prasasti (2004) menyatakan bahwa jumlah koloni jamur di udara mempunyai resiko lebih besar dibandingkan dengan jumlah koloni angka kuman (bakteri) udara terhadap kejadian SBS di ruang kerja.

5.3. Karakteristik Responden

Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan pada tahun 2015 yang bekerja di dalam ruangan ber-AC ada sebanyak 51 orang (100%). Hasil penelitian karakteristik pegawai yang bekerja didalam ruangan ber-AC menunjukkan bahwa 40 responden ( 78,4% ) mengalami gejala fisik SBS dan 11 responden ( 21,6% ) tidak mengalami kasus gejala fisik SBS.

Untuk hasil penelitian terhadap pegawai menurut Jenis Kelamin diperoleh hasil sebanyak 27 orang Laki-laki (52,9%) dan 24 orang Perempuan (47,1%). Hasil ini menurut Swedish Office Illnes Project (Sundell, 1994) menyatakan bahwa wanita memiliki resiko mengalami gejala SBS lebih besar yaitu 35% dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 21%. Biasanya wanita lebih mudah lelah dan lebih beresiko dibanding pria. Hal tersebut dikarenakan ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja wanita relatif kurang dibanding pria. Wanita juga lebih rentan terhadap perubahan udara, beban kerja, dan tanggung jawab dalam rumah tangga sehingga membuat tingkat stres yang ada menjadi lebih tinggi.

Untuk hasil penelitian terhadap pegawai menurut usia diperoleh hasil sebanyak 20 orang (39,2%) yaitu usia 31-40 tahun, kemudian sebanyak 14 orang


(70)

tahun, dan sebanyak 7 orang (13,7%) yaitu usia 41-50 tahun. Hasil ini sejalan dengan menurut Hedge dan Mendell, usia yang lebih muda ikut berperan dalam menimbulkan gejala dan keluhan SBS.

Sedangkan untuk hasil penelitian terhadap pegawai yang merokok didalam ruangan ber-AC diperoleh hasil sebanyak 16 orang (31,4%) dan yang tidak merokok didalam ruangan ber-AC adalah sebanyak 35 orang (68,6%). Merokok dapat mengganggu kesehatan tubuh bagi siapa didekatnya (perokok pasif). Dampak yang ditimbulkan dari merokok tersebut diantaranya adalah gangguan terhadap saluran pernafasan, fungsi organ tubuh dan juga terhadap lingkungan (Fauzan, 2003).

Amin (1996) mengatakan bahwa asap rokok yang dihasilkan akan mengakibatkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sistem pernafasan dan tentunya mempengaruhi kejadian Sick Building Syndrome (SBS) pada pekerja dalam ruangan. Pendapat ini sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan wawancara terhadap pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan yang bekerja didalam ruangan ber-AC di Gedung Walikota Medan tahun 2015.

Serta dari hasil wawancara terhadap pegawai yang bekerja didalam ruangan yang menggunakan AC mengatakan bahwa mereka merokok di dalam ruangan dengan jumlah rokok yang dihisap tiap hari lebih dari >3 batang per hari. Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui pegawai yang merokok didalam ruangan tersebut digolongkan kedalam tipe perokok berat.


(71)

Sedangkan untuk hasil penelitian terhadap pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan dari lamanya bekerja dalam ruangan per jam dalam sehari menunjukkan bahwa 51 orang (100%) pegawai bekerja selama ≤ 8 jam per hari. Menurut penelitian Winarti (2003) lama kerja seseorang dalam gedung diasumsikan dapat memicu timbulnya gangguan kesehatan kronis, semakin lama masa kerjanya, semakin banyak dan beragam informasi masalah kesehatan yang dialami. Masa kerja yang cukup lama dalam gedung ini mempengaruhi tingkat keterpajanan responden terhadap polutan dalam ruang.

5.4. Keluhan Sick Building Syndrome (SBS)

Sick Building Syndrome (SBS) merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh buruknya kualitas udara dalam ruangan, yang terjadi minimal satu gejala dirasakan oleh 30% dari total responden di dalam gedung ( WHO, 2005 ). Kemudian penentuan gejala fisik SBS ditopang juga oleh Indikator oleh Indikator SBS yang di kutip dari EPA Indoor Air Facts No. 4 ( 1991 ):

a. Responden penelitian dalam gedung mengeluhkan gejala – gejala ketidaknyamanan akut seperti sakit kepala, iritasi mata, hidung, tenggorokan, batuk kering, kulit kering atau gatal, pusing dan mual, kesulitan berkonsentrasi, lelah dan bau.

b. Penyebab dari gejala – gejala tidak diketahui.

c. Kebanyakan responden penelitian sembuh setelah meninggalkan gedung.


(72)

responden ( 21,6% ) tidak mengalami kasus gejala fisik SBS. Angka tersebut merupakan angka yang cukup tinggi dalam kasus ini karena hampir setengah dari jumlah total responden mengalami gejala fisik SBS. Berdasarkan jumlah yang ada, sebaiknya keluhan yang ada ini sangat perlu diwaspadai untuk kemudian dilakukan penanganan dan pencegahan terhadap keluhan yang ada, agar keluhan yang ada dapat dikurangi dan tidak bertambah banyak di kemudian hari.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa keluhan SBS yang dirasakan ada bervariasi. Hasil keluhan secara keseluruhan responden yang didapatkan menunjukkan bahwa gejala Sick Building Syndrome (SBS) yang paling banyak dikeluhkan adalah Rasa lelah sebanyak 43 orang (84,3%), Iritasi Hidung sebanyak 42 orang (82,4%) yaitu pada keluhan Bersin, Iritasi Tenggorokan sebanyak 29 orang (56,9%) yaitu pada keluhan Kering pada Tenggorokan, Sakit Kepala sebanyak 28 orang (54,9%), Iritasi Mata sebanyak 28 orang (54,95) yaitu pada keluhan Mata Berair dan Mata Terasa Panas, Flu/Pilek sebanyak 24 orang (47,1%), Batuk-batuk sebanyak 22 orang (43,1%), Rasa kekeringan pada Bibir sebanyak 20 orang (39,2%), Sulit Berkonsentrasi sebanyak 18 orang (35,3%), dan Iritasi Kulit sebanyak 16 orang (31,4%) yaitu pada keluhan Kulit Kering. Sedangkan gejala yang paling sedikit dirasakan adalah Mual/Pusing-pusing sebanyak 8 orang (15,7%) dan Sesak Nafas sebanyak 1 orang (2,0%), kemudian yang terakhir Sakit Teinga tidak dirasakan satu orang pun (0,0%).

Hal di atas sejalan dengan pendapat Bobic et al, 2009, Eriksson dan Stenberg 2006 dalam Wahab 2010 bahwa gejala – gejala Sick Building Syndrome (SBS) dikelompokan dalam beberapa kategori fisik antara lain : Pertama, iritasi


(73)

membran mukosa di tandain dengan gejala seperti iritasi mata, iritasi tenggorokan, iritasi bibir, batuk, kulit kering, mata kering, hidung atau tenggorokan kering, Kedua, efek neurotoksik ditandai dengan sakit kepala, kelelahan, sulit berkonsentrasi, dan pingsan. Ketiga, gejala pernapasan di tandai dengan sulit bernapas, batuk, bersin, nyeri dada, dada seperti tertekan. Keempat, gejala kulit seperti kemerahan kering dan ruam. Terakhir, perubahan sensor kimia, seperti meningkatnya persepsi abnormal dan gangguan penglihatan.

Kemudian dari hasil penelitian terlihat bahwa gejala-gejala yang timbul di ruangan sebagian besar berjumlah lebih dari 30%. Hal ini tentunya sesuai dengan menurut Achmadi yang dikutip oleh Noviana Wirastini (1997), orang dinyatakan menderita gejala SBS apabila memiliki keluhan sejumlah kurang lebih 2/3 dari sekumpulan gejala-gejala SBS tersebut dalam kurun waktu bersamaan dan biasanya menetap setidaknya dua minggu.

Jika dilihat dari gejala-gejala yang dirasakan dilebih dari 30% responden yang ada tersebut, maka sebagian besar gejala tersebut masuk ke dalam kelompok iritasi membran mukosa dan efek neurotoksik. Dimana hal ini dapat mungkin terjadi karena adanya toxic compound dan agen infeksius di sekitar lingkungan kerja (Wahab, 2010)

Adapun jika dilihat dari hasil pene;itian bahwa keluhan SBS terbanyak terjadi di Ruangan Perbendaharaan dimana ditemukan 20 kasus (87,0% ) dari 23 responden yang diteliti yang berada di ruangan tersebut, hal ini kemungkinan dapat terjadi dikarenakan keberadaan sampel yang lebih banyak diruangan ini


(74)

dibandingkan dengan ruangan sampel yang lain, kemudian dapat juga karena pencemaran yang dikeluarkan dari atau bahan atau alat-alat yang digunakan di dalam gedung seperti komputer, mesin printer, kertas tisu, pengharum ruangan, kertas-kertas dan sumber pencemaran udara lain yang belum diukur seperti kadar gas dalam ruangan serta tingkat mikrobiologi yang ada di sistem pendingin ruangan.

5.5. Kondisi Lingkungan Dalam Ruangan Kerja

Kondisi di dalam ruangan Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan tahun 2015 memiliki 4 ruangan pegawai. Tiap-tiap ruangan telah memiliki masing-masing AC. Air Conditioner (AC) yang dipasang di setiap ruang berperan sebagai pendingin ruangan dan alat ventilasi udara (Oktoviasti, 2008). Kondisi AC dan jenisnya sangat mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan terutama suhu dan kelembaban udara. Penggunaan AC berpotensi menimbulkan pencemaran yang berasal dari dalam ruangan tersebut karena hanya mengaliri udara yang berasal dari dalam ruangan itu sendiri. Ruangan tertutup juga menyebabkan kurangnya sistem pertukaran udara segar dan bersih yang baik. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas udara dalam ruangan menurun dan dapat menimbulkan berbagai keluhan yang disebut Sick Building Syndrome (SBS) (Prasasti, 2005).

Penggunaan AC di dalam ruangan pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan selalu berada dalam keadaan menyala, baik ada maupun tidak ada karyawan yang bekerja di dalam ruangan.


(75)

Ruang ber-AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela atau dengan kipas angin serta membersihkan saringan/filter secara periodik sesuai ketentuan perusahaan (Prasasti, 2005).

Menurut wawancara terhadap responden bahwa kondisi AC di dalam ruangan pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah di Gedung Walikota Medan tahun 2015 pembersihan dan penanganan AC umumnya dilakukan setahun sekali sesuai ketentuan perusahaan. Penggunaan AC sebagai alternatif untuk menggantikan ventilasi alami dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja, namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat yang nyaman bagi mikroorganisme untuk berkembang biak (Prasasti, 2005).

Tiap pintu yang berada didalam ruangan pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan umumnya menggunakan pintu kaca. Penggunaan dinding kaca juga akan mempengaruhi suhu udara dalam ruang (Arismunandar, 2002). Pada hasil observasi menurut kondisi lingkungan kerja, pintu pada ruangan jarang terbuka, dan ventilasi atau jendela yang menggunakan kaca pada masing-masing ruangan terkadang dibuka pada bagian atas dan hanya satu diantara beberapa ventilasi atau jendela yang ada di tiap ruangan.

Langit-langit di setiap ruangan pegawai dalam keadaan baik, namun di setiap ruangan dapat terlihat kondisi lingkungan kerja yang kurang nyaman dan terasa penuh dikarenakan banyaknya kertas-kertas laporan yang bertumbuk dan


(76)

alat-alat elektronik seperti komputer, mesin printer, lemari bahkan galon air minum terdapat di dalam ruangan pegawai, baik yang masih dalam kondisi baik maupun yang sudah tidak terpakai lagi. Kondisi yang kurang nyaman dan tidak memadai akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan pegawai yang terdapat di dalam ruangan tersebut (Aditama, 2002).


(77)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi dan kuesioner karakteristik pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan tahun 2015 yang bekerja di dalam ruangan ber-AC dan keluhan , maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran parameter kualitas udara pada 4 ruangan kerja pegawai yaitu suhu rata-rata adalah 27,5 °C, kelembaban udara rata-rata adalah 63% dan pencahayaan rata-rata adalah 69,2 Lux serta jumlah koloni angka kuman (bakteri) udara di ruangan kerja pegawai secara keseluruhan ruangan

masih sesuai standart baku mutu KepMenKes No.

1405/MenKes/SK/XI/2002, namun diantara 4 ruangan yang jumlah koloni angka kuman (bakteri) udaranya lebih tinggi pada Ruangan Anggaran yaitu 550 CFU/m3 .

2. Karakteristik pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan tahun 2015 yang bekerja di dalam ruangan ber-AC yang berusia 31-40 tahun adalah 20 orang (39,2%), jenis kelamin yang paling banyak adalah Laki-laki dengan jumlah 27 orang (52,9%), sebanyak 16 orang pegawai (31,4%) memiliki kebiasan merokok di dalam


(78)

ruangan bekerja dan dalam sehari pegawai menghabiskan rokok lebih dari >3 batang

3. Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan tahun 2015 yang bekerja di dalam ruangan ber-AC sebanyak 40 orang (78,4%) mengalami gejala Sick Building Syndrome

(SBS).

4. Kondisi lingkungan kerja pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan tahun 2015 terdiri dari 4 ruangan pegawai yang masing-masing ruangan memiliki sistem pendingin (AC) sesuai ruangan. Tiap pintu yang berada di dalam ruangan menggunakan pintu kaca dan tertutup, demikian juga ventilasi atau jendela dari kaca. Langit-langit di setiap ruangan pegawai dalam keadaan baik, namun di setiap ruangan dapat terlihat kondisi lingkungan kerja yang kurang nyaman dan terasa penuh dikarenakan banyaknya kertas-kertas laporan yang bertumbuk dan alat-alat elektronik seperti komputer, mesin printer, lemari bahkan galon air minum terdapat di dalam ruangan pegawai, baik yang masih dalam kondisi baik maupun yang sudah tidak terpakai lagi.

6.2. Saran

1. Kepada kepala pimpinan Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan disarankan agar menjaga tiap suhu ruangan pegawai dengan rentang antara 18°C -28°C dan juga kelembaban ruangan yaitu 40% -60% serta penambahan tingkat pencahayaan di tempat kerja minimal 100 Lux.


(79)

2. Kepada pegawai yang bekerja di dalam ruangan ber-AC diharapkan untuk memerhatikan kondisi kesehatan tubuhnya, dengan melakukan rutin berolahraga, tidak merokok didalam ruangan ber-AC, banyak mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan lain-lain untuk mencegah agar tidak terjadi kejadian Sick Building Syndrome (SBS). 3. Kepada kepala pimpinan diharapkan untuk tetap memerhatikan kondisi

ruangan khususnya pembersihan ruangan dan maintenance terhadap AC dan sistem ventilasi yang ada di dalam ruangan tersebut secara berkala agar kualitas udaranya tetap terjaga dengan baik dan juga dapat menghilangkan mikrobiologi yang mungkin ada pada sistem pendingin (AC).

4. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya tentang bahan pencemar yang lainnya dalam ruangan yang akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan pegawai yang berada didalam ruangan agar tidak terjadi Sick Building Syndrome (SBS).


(80)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencemaran Udara Dalam Ruang

2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara Dalam Ruang

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Defenisi lain dari pencemaran udara adalah peristiwa pemasukan dan/atau penambahan senyawa, bahan, atau energi ke dalam lingkungan udara akibat kegiatan alam dan manusia sehingga temperatur dan karakteristik udara tidak sesuai lagi untuk tujuan pemanfaatan yang paling baik atau dengan singkatan dapat dikatakan bahwa nilai lingkungan udara tersebut telah menurun (Hutagalung, 2008).

Menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan atau aktivitas manusia atau proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Pencemaraan udara dibagi menjadi dua yaitu pencemaraan udara luar ruangan dan pencemaran udara dalam ruangan. Pencemaran udara dalam ruang merupakan masalah kesehatan yang sangat serius dalam berbagai lingkungan non industri (Anies, 2004). Pencemaran udara dalam ruang, walaupun tidak


(81)

berhubungan langsung dengan emisi global, namun sangat penting untuk menentukan keterpajanan seseorang. Di daerah perkotaan, isu mengenai pencemaran udara dalam ruang berkembang pesat mengingat sebagian besar masyarakat menghabiskan waktunya lebih banyak di dalam ruangan terutama dalam ruang kerja perkantoran dan industri (Kusnoputranto, 2002).

Berdasarkan sumbernya, polusi udara dalam ruang dibagi menjadi enam kelompok, yaitu (Kusnoputranto, 2002) :

1. Polusi dalam ruangan (bahan-nahan sintesis dan beberapa bahan alamiah yang digunakan sebagai perabotan rumah tangga seperti karpet, busa, pelapis dinding, furniture, dan lain-lain).

2. Pembakaran bahan bakar (pembakaran bahan bakar dalam rumah yang digunakan untuk memasak dan pemanas ruangan menghasilkan nitrogen oksida, karbon monoksida, sukfur dioksida, hidrokarbon, partikulat). 3. Gas-gas toksik yang terlepas ke dalam ruangan yang berasal dari dalam

tanah (radon).

4. Produk konsumsi, seperti pengkilap perabot, perekat, kosmetik, pestisida/insektisida.

5. Asap tembakau. 6. Mikroorganisme.

Berdasarkan hasil penelitian, di Indonesia pernah menyebutkan bahwa pencemaran udara yang berasal dari dalam ruang (gedung) berkontribusi 17%, luar gedung 11%, gangguan ventilasi 52% dan sisanya bahan bangunan, mikroorganisme, dan yang belum diketahui penyebabnya (Fardiaz, 1992).


(1)

sabar memberikan pengarahan, dukungan dan saran dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan kritik dan saran serta pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ir. Indra Cahaya, M.si selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan kritik dan saran serta pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Ir. dr. Erna Mutiara, M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama menghadapi pendidikan di FKM-USU.

8. Seluruh Dosen dan Staf FKM USU, terutama Departemen Kesling yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan dukungan moral selama perkuliahan.

9. Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan dan Seluruh Staff Pegawai yang bekerja di Kantor Walikota Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk meneliti, terutama Arfan Anshari Rangkuti, SE yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

10. Teristimewa untuk kedua orangtua saya tercinta, Ayahanda ( Nuriono ) dan Ibunda terkasih ( Sri Fika Rangkuti ) yang tidak hentinya mendoakan dan memberikan kasih sayangnya kepada penulis selama ini, dan Adik-adik tersayang ( Ira Aulia dan Annisa Dela Ramadhany ) yang turut


(2)

memberikan doa dan dukungan serta yang selalu menjadi motivasi bagi penulis untuk menjadi lebih baik, serta seluruh keluarga besar.

11. Terima kasih kepada Muhammad Dicky Andika atas perhatian, pengertian, kasih sayang, semangat, kesabaran, motivasi, do’a dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Para sahabat tersayang ( Oney, Putri, Elis dan Jogina ) Terima kasih atas perhatian, semangat, motivasi, dukungan serta do’a kalian.

13. Para teman sekelompok PBL dusun Lausimpan ( Pia, Widia, Adel, Nurul dan Hanum ) Terima kasih atas semangat, perhatian dan do’a kalian.

14. Para teman sekelompok LKP ( Utet, Nisa, Dinda, Hilda dan Vinka )

Terima kasih atas semangat, motivasi, perhatian dan do’a kalian

15. Para teman seperjuangan selama masa perkuliahan di FKM USU 2011, Terima Kasih kepada kalian semua.

16. Seluruh pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu, memberikan semangat, dukungan dan do’a selama ini

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2016 Hormat saya,


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Bagi Kantor Walikota Medan ... 7

1.4.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 7

1.4.3 Bagi Peneliti ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Udara Dalam Ruang ... 8

2.1.1 Pengertian Pencemaran Udara Dalam Ruang ... 8

2.1.2 Penyebab Pencemaran Udara Dalam Ruang ... 10

2.1.3Akibat Pencemaran Udara Dalam Ruang ... 11

2.2 Kualitas Udara dalam Ruangan (Indoor Air Quality) ... 13

2.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Udara Dalam Ruangan ... 14

2.2.2 Parameter Kualitas Udara Dalam Ruangan ... 15

2.2.3 Standar Kualitas Udara Dalam Ruangan ... 28

2.3 Jenis – Jenis AC (Air Conditioner) ... 29

2.4 Kualitas Udara Dalam Ruangan AC ... 33

2.4.1 Faktor Kualitas Udara Dalam Ruangan AC ... 33

2.4.2 Standar Kualitas Udara Dalam Ruangan AC ... 35

2.4.3 Pengendalian Kualitas Udara Dalam Ruangan AC ... 36

2.5 Kondisi Lingkungan ... 37

2.5.1 Pengertian Kondisi Lingkungan Kerja ... 37

2.5.2 Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja ... 38

2.6 Sick Building Syndrome ... 39

2.6.1 Pengertian Sick Building Syndrome ... 39

2.6.2 Gejala Sick Building Syndrome ... 41

2.6.3 Penyebab Sick Building Syndrome ... 43

2.6.4 Pencegahan Sick Building Syndrome ... 46

2.7 Karakter Responden ... 47


(4)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 51

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 51

3.2.2 Waktu Penelitian ... 51

3.3 Populasi dan Sampel ... 52

3.3.1 Populasi ... 52

3.3.2 Sampel ... 52

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 53

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 54

3.4.1 Data Primer ... 54

3.4.2 Data Sekunder ... 54

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 54

3.6 Aspek Pengukuran ... 56

3.7 Prosedur Penelitian ... 57

3.7.1 Prosedur Pengukuran Suhu Dan Kelembaban ... 57

3.7.2 Prosedur Pengukuran Pencahayaan ... 58

3.7.3 Prosedur Pengukuran Koloni Angka Kuman Dalam Ruangan ... 58

3.8 Metode Analisa Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61

4.2 Hasil Penelitian ... 62

4.2.1 Kualitas Fisik Udara Ruangan ... 62

4.2.2 Kualitas Mikrobiologi Udara Ruangan ... 64

4.2.3 Karakteristik Responden ... 65

4.2.4 Distribusi Keluhan Sick Building Syndrome ... 67

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kualitas Fisik Udara Ruangan ... 71

5.2 Kualitas Mikrobiologi Udara Ruangan ... 73

5.3 Karakteristik Responden ... 74

5.4 Keluhan Sick Building Syndrome ... 76

5.5 Kondisi Lingkungan Dalam Ruangan Kerja ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Sumber Pencemaran Udara Dalam Ruang ... 46 Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kualitas Suhu Udara pada Ruangan

Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan tahun 2015 ... 62 Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Kualitas Kelembaban Udara pada

Ruangan Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan tahun 2015 ... 63

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kualitas Pencahayaan pada Ruangan Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan tahun 2015 ... 64 Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Kualitas Mikrobiologi Udara pada

Ruangan Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan tahun 2015 ... 64 Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Pegawai Yang Bekerja Didalam

Ruangan Ber-AC Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Kebiasaan Merokok Dalam Ruangan, Lama Bekerja

Per Hari di Gedung Walikota Medan Tahun 2015 ... 65 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Keluhan-keluhan SBS Berdasarkan

Jumlah Responden yang Mengeluhkan diruangan Kantor Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan Tahun 2015 ... 67 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Keluhan-keluhan SBS Yang Masih

Dirasakan Setelah Keluar Gedung Pada Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung

Walikota Medan Tahun 2015 ... 69 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keluhan Sick Building

Syndrome Pada Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota Medan

Tahun 2015 ... 69 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi keluhan Sick Building Syndrome

Berdasarkan Ruangan Kerja Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan di Gedung Walikota


(6)

DAFTAR GAMBAR


Dokumen yang terkait

Hubungan Jumlah Koloni Bakteri Patogen Udara Dalam Ruang dan Faktor Demografi terhadap Kejadian Gejala Fisik Sick Building Syndrome (SBS) pada Responden Penelitian di Gedung X Tahun 2013

1 18 175

Analisis Determinan Keluhan Sick Building Syndrome (SBS) Pada Pekerja Gedung PT Pelita Air Service Tahun 2016

14 66 165

Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara dengan Keluhan Sick Building Syndrome pada Unit Cutting dan Sewing PT. Sai Apparel Industries Semarang Tahun 2016 - UDiNus Repository

1 5 15

Analisa Kualitas Fisik Dan Mikrobiologi Udara Ruangan Ber-AC Dan Keluhan Sick Building Syndrome Pada Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan Di Gedung Walikota Medan Tahun 2015

0 0 2

Analisa Kualitas Fisik Dan Mikrobiologi Udara Ruangan Ber-AC Dan Keluhan Sick Building Syndrome Pada Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan Di Gedung Walikota Medan Tahun 2015

0 0 7

Analisa Kualitas Fisik Dan Mikrobiologi Udara Ruangan Ber-AC Dan Keluhan Sick Building Syndrome Pada Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan Di Gedung Walikota Medan Tahun 2015

0 0 43

Analisa Kualitas Fisik Dan Mikrobiologi Udara Ruangan Ber-AC Dan Keluhan Sick Building Syndrome Pada Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan Di Gedung Walikota Medan Tahun 2015

0 0 4

Analisa Kualitas Fisik Dan Mikrobiologi Udara Ruangan Ber-AC Dan Keluhan Sick Building Syndrome Pada Pegawai Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan Di Gedung Walikota Medan Tahun 2015

0 0 41

ANALISA KUALITAS FISIK DAN MIKROBIOLOGI UDARA RUANGAN BER-AC DAN KELUHAN SICK BUILDING SYNDROME PADA PEGAWAI BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH KOTA MEDAN DI GEDUNG WALIKOTA MEDAN TAHUN 2015

0 0 12

PENGARUH KUALITAS UDARA RUANGAN BER – AC DI RSUD SIDOARJO TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN SICK BUILDING SYNDROME Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 196