8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Strategi
Setiap organisasi dalam usaha mencapai tujuannya memerlukan alat yang berperan sebagai akselerator dan dinamisator sehingga tujuan dapat tercapai
secara efektif dan efisien.Sejalan dengan hal tersebut, strategi diyakini sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.Apakah strategi itu?Kata strategi berasal
dari bahasa Yunani, yaitu stratogos atau strategis yang berarti jendral.Maksudnya disini adalah strategi berarti seni para jendral. Maka dari sudut pandang militer
strategi adalah cara menempatkan pasukan atau menyusun kekuatan tentara di medan perang agar musuh dapat dikalahkan Hill dan Jones, 2009. Berbeda
dengan Hubbard 2004, menyatakan strategi adalah keputusan-keputusan yang memiliki arti jangka menengah hingga jangka panjang terhadap aktivitas-aktivitas
organisasi yang meliputi implementasi keputusan-keputusan tersebut untuk menciptakan nilai bagi konsumen dan sekaligus mengalahkan para pesaing.
Istilah strategi sudah dapat digunakan oleh semua jenis organisasi dan ide- ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula tetap di pertahankan hanya saja
aplikasinya disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya, karena dalam arti yang sesungguhnya manajemen puncak memang terlibat dalam satu
bentuk “peperangan tertentu” Siagian, 2002.
Universitas Sumatera Utara
9
Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, strategi memainkan peran penting dalam menentukan dan mempertahankan kelangsungan hidup dan
pertumbuhan perusahaan.Konsep mengenai strategi mengalami perkembangan yang cukup signifikan.Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang dimaksud
strategi adalah keputusan-keputusan yang memiliki arti untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang terhadap aktivitas-aktivitas perusahaan yang
meliputi implementasi keputusan-keputusan tersebut untuk menciptakan nilai tambah bagi masyarakat dan sekaligus mengalahkan para pesaing dan
menciptakan keunggulan.
2.1.2 Resource-Based View atau RBV
Konsep Pendekatan berbasis sumberdaya Resource-Based View pada dasarnya merupakan konsep yang mampu membantu entrepreneur dalam meraih
sustainable competitive advantage Barney, 1991 2001; Grant, 1991; Peteraf, 1993; Meso Smith, 2000; Akio, 2005; Julienty, et al. 2010; Spender, 2010;
Wernerfelt, 1984. Pemikiran dasar Resource-Based View sesungguhnya ingin mengetahui dan memahami apa yang membuat suatu perusahaan berbeda,
memperoleh, dan bertahan dalam keunggulan kompetitif, melalui pemanfaatan keberagaman sumberdaya yang dimilikinya Kostopaulos, et al., 2007:2. Asumsi
dasar Resource-Based View adalah bahwa sumberdaya dalam perusahaan bergabung menjadi satu bundles dalam kemampuan yang mendasari produksi
tidak sama satu dengan lainnya. Esensi kombinasi sumberdaya dan kapabilitas tersebut sebagai “apa” yang membuat suatu organisasi unik dalam hal
kemampuannya menawarkan nilai kepada pelanggannya Purwohandoko, 2009.
Universitas Sumatera Utara
10
Resource-Based View RBV telah menjadi salah satu diantara banyak teori yang paling berpengaruh dalam sejarah teori manajemen, terutama dalam teori
manajemen strategik. Indikator untuk mengukur strategi RBV terdiri dari dua indikator yaitu: sumberdaya dan kapabilitas, Hitt, et al., 2001. Secara umum,
RBV berfokus pada pemahaman mengenai potensi sumberdaya dan kapabilitas organisasi Coulter, 2002:37. Menurut De wit, Meyer dalam Taufiq Amir
2011:86 Adapun tipe-tipe sumberdaya adalah sebagai berikut: a.
Sumber daya berwujud tangible Sumber daya berwujud adalah segala sesuatu yang tersedia di perusahaan
yang secara fisik dapat diamati disentuh, seperti bangunan, dan uang. b.
Sumber daya tidak berwujud intangible Sumber daya nirwujud tidak dapat disentuh, tapi sebagian besar dikerjakan
oleh karyawan di organisasi, sumber daya yang tersedia di organisasi yang muncul akibat interaksi organisasi dengan lingkungan nya.
Menurut Thomson dan Strickland dalam Sampurno 2011 menjelaskan, untuk menganalisis kekuatan dan kapabilitas sumber daya perusahaan, aspek –
aspek yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah : a
Keterampilan atau keahlian Mencakup anatara lain kekuatan dalam keahlian, layanan prima, iklan yang
unik. Ketrampilan dan keahlian ini perlu diproteksi oleh perusahaan sehingga tidak mudah ditiru oleh kompetitor.
b Aset fisik yang bernilai
Universitas Sumatera Utara
11
Mencakup antara lain fasilitas produksi dengan peralatan yang baik, fasilitas distribusi yang luas, network dan sistem informasi, nilai dan norma sistem
manajerial, sistem teknis berbasis pengetahuan dan keterampilan. c
Aset sumber daya manusia Mencakup antara lain pekerja yang berpengalaman dan capable, pekerja yang
berbakat di area kunci, pekerja yang enerjik dan bermotivasi tinggi. Dalam konteks ini perlu diperhatikan apakah perusahaan memberikan peluang yang
memadai bagi karyawan untuk meningkatkan kapabilitasnya. d
Aset organisasi yang bernilai Sistem kontrol yang berkualitas, sistem tekhnologi yang mumpuni, aset
organisasi ini sangat penting karena berkaitan dengan kecepatan perusahaan dalam menengarai permasalahan yang telah dan yang akan dihadapi untuk
kemudian mengambil keputusan yang tepat dan cepat. e
Kapabilitas bersaing Mencakup antara lain kemampuan perusahaan dalam waktu relatif pendek
meluncurkan produk baru, kemitraan yang kuat dengan pemasok kunci, dan yang terpenting ialah merespons perubahan yang terjadi pada kondisi pasar
dan kemampuan yang terlatih baik dalam melayani pelanggan. f
Aliansi dan kerjasama Kolaborasi kemitraan dengan pemasok dan pemasar dapat memperkuat daya
saing perusahaan. Hubungan perusahaan dengan pemasok dan pemasar sangat strategis karena dengan kemitraan yang baik dan saling menguntungkan akan
dapat menciptakan keunggulan bersaing.
Universitas Sumatera Utara
12
2.1.3. Kewirusahaan
Kewirausahaan merupakan suatu proses melakukan sesuatu yang baru dan berbeda dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi individu dan memberi
nilai tambah pada masyarakat Winarto, 2004. Wirausaha ialah orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif, pengambil risiko, dan berorientasi laba. Menurut
Zimmerer dan Scarborough 2005 wirausahawan adalah orang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai
keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya. Dalam
hubungan dengan bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha.Wirausaha adalah prionir dalam bisnis, inovator,
penanggung resiko, yang memiliki visi kedepan, dan keunggulan dalam berprestasi dibidang usaha.
Wirausaha adalah individu yang berorientasi kepada tindakan dan bermotivasi tinggi yang mengambil resiko dalam mengejar tujuannya.Untuk
menjadi seorang wirausaha yang sukses, pola sikap, perilaku, dan pandangan mampu menghasilkan gagasan cemerlang dan mewujudkan dalam usaha yang
nyata.Mereka yang tidak memiliki kepercayaan diri, tidak memiliki gagasan baru, tidak dapat memanfaatkan peluang yang ada serta hanya memandang sukses dan
kejayaan yang telah lalu, tidak memiliki peluang untuk menjadi wirausaha yang berhasil Widjajanta dkk, 2007:94.Ini berarti kewirausahaan merupakan sikap
dan perilaku orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif, mengambil resiko dan berorientasi laba.
Universitas Sumatera Utara
13
Kewirausahaan adalah proses dinamis dari visi, perubahan dan penciptaan yang mensyaratkan aplikasi energi dan semangat terhadap penciptaan dan
implementasi dari ide baru dan solusi kreatif Kuratko, 2009:21. Tidak semua orang memiliki kapailitas kewirausahaan.Hanya orang yang memiliki jiwa
kewirausahaan dapat mendirikan dan mengelola usaha secara professional Echdar, 2013:19. Menurut Suryana 2006:3 ciri-ciri orang yang mempunyai
jiwa kewirausahaan adalah: 1.
Penuh percaya diri, indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin, dan bertanggung jawab
2. Memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energi, cekatan dalam bertindak,
dan aktif 3.
Memiliki motif berprestasi, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguh dalam bertindak, dan
4. Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan.
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumberdaya untuk mencari peluang menuju sukses.Kreatifitas
creativity adalah kemampuan mengembang ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang.Inovasi innovation adalah
kemampuan menerapkan kreatifitas dalam rangka memecahkan dan menemukan peluang doing new things Suryana, 2006:2.
Universitas Sumatera Utara
14
2.1.4 Orientasi Kewirausahaan
Orientasi kewirausahaan disebut-sebut sebagai spearhead pelopor untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi perusahaan berkelanjutan, berdaya saing
tinggi, berperan dalam pencapaian kesuksesan, meningkatkan kinerja usaha, dan pendekatan baru dalam pembaruan kinerja Suryana, 2006.
Miller dalam Sangen 2005 menyatakan bahwa keberhasilan kinerja usaha kecil ditentukan oleh entrepreneurial orientation. Keberanian mengambil
resiko, inovasi dan sikap proaktif akan membuat perusahaan-perusahaan kecil mampu mengalahkan pesaing-pesaing mereka. Hasil kajian empiris dan konsep
teoritis tersebut esensi entrepreneurial orientation sebagai determinan pembentukan keunggulan bersaing competitive advantage bagi usaha kecil.
Konsepsi entrepreneurial orientation merupakan solusi yang relevan dan dipostulasikan berdampak positif bagi usaha kecil dalam lingkungan persaingan
yang ketat. Seorang pemilik atau pengelola usaha harus menentukan usaha apa yang akan dilakukan, dimana usaha akan dilakukan, dan siapa saja yang terkait
dengan usaha tersebut termasuk karyawan dan konsumen yang menjadi sasaran. Pada proses kewirausahaan dibutuhkan orientasi kewirausahaan menentukan arah
gerak usaha yang telah dirintis Knight, 2000:14. Orientasi kewirausahaan merupakan suatu fenomena organisasi yang
mencerminkan kemampuan manajerial mereka, sebagaimana perusahaan memulai untuk berinisiatif dan mengubah tindakan kompetitif mereka sehingga dapat
menguntungkan bisnis yang dijalaninya Avlontis Salavou, 2007. Orientasi
Universitas Sumatera Utara
15
kewirausahaan menciptakan keterampilan komplek, tak berwujud, tak diucapkan, yang memungkinkan perusahaan menghasilkan gagasan baru untuk penciptaan
produk baru, inovatif, dan memiliki keberanian untuk menghadapi resiko Frishammar dan Horte 2007; Becherer dan Maurer, 1997.
Peranan orientasi kewirausahaan adalah metode, praktik dan pengambilan keputusan manajer dalam berwirausaha dan sebagai orientasi strategis perusahaan
untuk bersaing. Orientasi kewirausahaan terbagi dalam lima dimensi Lumpkin dan Dess, 1996, yaitu:
1. Inovatif
Inovatif mencerminkan kecendrungan serorang entrepreneur untuk memunculkan dan merealisasikan ide-ide baru, mencoba cara-cara baru yang
berbeda dari yang ada sebelumnya serta antusiasme untuk mengadopsi ide-ide baru atau metode baru untuk bisnis mereka, lalu menerapkan inovasi tersebut
dalam operasional bisnis mereka Lumpkin Dess, 2001; Wiklund Shepherd, 2005.
2. Proaktif
Sikap Proaktif seorang pengusaha mencerminkan proses dalam mencari peluang baru yang muncul dengan mengembangkan, memperkenalkan, serta
membuat perbaikan produk terhadap produk ataupun jasa yang dipasarkannya Lumpkin Dess, 2001; Kobia Sikalich, 2010; Kreiser et al, 2002. Sikap
Proaktif juga menyangkut sebagaimana pentingnya inisiatif dalam proses kewirausahaan. Dalam usaha menjadi sebuah bisnis yang Proaktif, diperlukan
Universitas Sumatera Utara
16
beberapa faktor penunjang sebagai indikator, bahwa bisnis tersebut telah memiliki dimensi Proaktif dalam Orientasi Kewirausahaan.
3. Risk Taking
Risk Taking atau pengambilan resiko merupakan suatu tindakan entreperenur yang memiliki kesediaan atau kemauan untuk memanfaatkan sumberdaya
yang dimiliki untuk dapat menjalankan suatu pekerjaan walaupun tanpa adanya kepastian hasil yang akan didapat. Lumpkin Dess, 2001; Kobia
Sikalich; 2010. 4.
Keagresifan bersaing Competitive Aggressiveness Keagresifan bersaing adalah harapan-harapan dari perusahaan untuk
menantang dan mengungguli pesaing dan ditandai oleh sikap atau tanggapan atau respon agresif terhadap tindakan-tindakan pesaing dalam upaya menetrasi
pasar dan memperbaiki posisi dipasar Lumpkin Dess, 1996. 5.
Otonomi Autonomy Otonomi merupakan kegiatan independent individual mandiri atau tim dalam
menjabarkan ide-ide atau visi, membuat keputusan dan mengambil tindakan yang bertujuan untuk memajukan konsep bisnis dan membawanya pada
penyelesaian. Secara umum otonomi berarti kemampuan berinisiatif dalam mengeksploitasi peluang Lumpkin dan Dess, 1996.
2.1.5 Keunggulan Bersaing
Keunggulan bersaing merupakan strategi keuntungan dari perusahaan yang melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam pasar.Strategi
Universitas Sumatera Utara
17
yang didesain bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing yang terus menerus agar perusahaan dapat terus menerus menjadi pemimpin pasar Prakosa, 2005.
Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki keunggulan bersaing apabila dapat melakukan sesuatu ketika perusahaan saingan tidak dapat melakukannya
atau memiliki sesuatu yang amat diinginkan oleh perusahaan saingan. Menurut Welch dalam Rangkuti 2006, menyatakan keunggulan bersaing
merupakan faktor penting bagi suatu perusahaan untuk berhasil dalam memenangkan persaingan.Lain halnya menurut Crown 2007, menyatakan
keunggulan bersaing yaitu suatu posisi yang lebih unggul dibandingkan dengan kompetitor atau pesaing. Sementara menurut Hill dan Jones 2009, menyatakan
bahwa sebuah perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing bila profitabilitasnya lebih besar dari pada keuntungan rata-rata bagi setiap perusahaan
yang bergerak pada industri yang sama. Perusahaan mengalami keunggulan bersaing ketika tindakan-tindakan
dalam suatu industri atau pasar menciptakan nilai ekonomi dan ketika beberapa perusahaan yang bersaing terlibat dalam tindakan serupa Barney,
2010.Keunggulan bersaing dianggap sebagai keuntungan dibanding kompetitor yang diperoleh dengan menawarkan nilai lebih pada konsumen dibanding
penawaran competitor Kotler et al., 2005. Keunggulan bersaing diharapkan mampu untuk mencapai laba sesuai
rencana, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan kepuasan pelanggan, serta
Universitas Sumatera Utara
18
melanjutkan kelangsungan hidup suatu usaha Saiman, 2014. Berikut ini beberapa situasi persaingan yang tidak diinginkan, yaitu:
1. Banyaknya usaha yang bersaing
2. Ukuran serupa dari usaha yang bersaing
3. Kapailitas serupa dari usaha yang bersaing
4. Penurunan permintaan produk indusri
5. Turunnya harga produkjasa di industri
6. Ketika konsumen dapat beralih merek dengan mudah
7. Ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi
8. Ketika hambatan untuk memasuki pasar rendah
9. Ketika biaya tetap tinggi di antara perusahaan yang bersaing
10. Saat produk dapat dihancurkan
11. Ketika saingan memiliki kelebihan kapasitas
12. Ketika permintaan konsumen turun
13. Ketika saingan memiliki kelebihan persediaan
14. Ketika saingan menjual produkjasa serupa, dan
15. Ketika merger menjadi hal umum di industri David, 2011.
Dari beberapa uraian di atas, dimensi keunggulan bersaing yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga, kualitas, delivery dependability, inovasi produk,
dan time to market.Hal ini sejalan dengan pemikiran Zhang, Bartol 2001 dan Thatte 2007.
Universitas Sumatera Utara
19
1. Harga
Menurut Kotler 2005, harga memiliki dua arti yaitu pengertian harga dalam arti sempit merupakan jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu
produk atau jasa, dan harga dalam arti luas adalah jumlah dari nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan
produk atau jasa. Perusahaan memiliki keunggulan biaya apabila biaya kumulatifnya dalam melakukan semua aktivitas nilai lebih rendah
dibandingkan pesaingnya Porter, 1985 keunggulan biaya menimbulkan kinerja yang unggul apabila perusahaan menyediakan tingkat nilai yang
dapat diterima kepada pembeli sehingga keunggulan biaya tidak hilang karena perlunya menetapkan harga lebih rendah dibandingkan dengan
harga pesaing. 2.
Kualitas Menurut Koufteros 1995, kemampuan perusahaan untuk menawarkan
produk yang berkualitas dan memiliki performa yang baik dapat memberikan nilai yang lebih terhadap konsumen.
3. Delivery Dependability
Delivery Dependability
adalah kemampuan perusahaan untuk mengirimkan atau menyediakan produk atau jasa on time, berdasarkan tipe
dan volume yang diingikan oleh konsumen Li, Ragu-Nathan dan Rao, 2006
4. Time To Market
Universitas Sumatera Utara
20
Time to market adalah kemampuan perusahaan untuk memperkenalkan produk baru lebih cepat jika dibandingkan dengan kompetitor. Definisi
Time To Market yang lainnya adalah waktu antara ide perancangan produk sampai produk tersebut tersedia di pasar Smith, Preston G. and
Reinertsen, Donald G, 1998.
2.1.6 Pengertian Usaha Kecil
Di Indonesia pengertian mengenai usaha kecil masih sangat beragam. Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil, dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini, pasal 1 butir 1 yaitu: a.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- dua ratus juta rupiah, tidak termasuk tanah, dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- satu
milyar rupiah. c.
Milik warga negara Indonesia. d.
Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau usaha besar. e.
Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
Universitas Sumatera Utara
21
Selanjutnya Bank Indonesia dan Departemen Perindustrian mendefinisikan mengenai usaha kecil berdasarkan nilai asetnya.Menurut kedua lembaga tersebut,
yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang mana asetnya tidak termasuk tanah dan bangunan bernilai kurang dari Rp 600 juta.Adapun Kadin
terlebih dahulu membedakan usaha kecil menjadi dua kelompok besar.Kelompok pertama, adalah yang bergerak dalam bidang perdagangan, pertanian, dan
industri.Kelompok yang kedua, adalah yang bergerak dalam bidang konstruksi. Menurut Kadin, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang memiliki
modal kerja kurang dari Rp 150 juta dan memiliki nilai usaha kurang dari Rp 600 juta.
Sehubungan dengan adanya keragaman dalam batasan tersebut, tampaknya perlu diketahui tentang ciri-ciri umum dari usaha kecil. Berdasarkan studi yang
telah dilakukan oleh Mitzerg dan Musselman serta Hughes dapat disimpulkan ciri- ciri umum usaha kecil, yaitu:
a. Kegiatannya cenderung tidak formal dan jarang yang memiliki rencana usaha.
b. Struktur organisasi bersifat sederhana.
c. Jumlah tenaga kerja terbatas dengan pembagian kerja yang longgar.
d. Kebanyakan tidak melakukan pemisahan antara kekayaan pribadi dengan
kekayaan perusahaan. e.
Sistem akuntansi kurang baik, bahkan sukar menekan biaya. f.
Kemampuan pemasaran serta diversifikasi pasar cenderung terbatas. g.
Margin keuntungan sangat tipis.
Universitas Sumatera Utara
22
Berdasarkan pada ciri tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa kelemahan dari usaha kecil selain dipengaruhi oleh faktor keterbatasan modal juga
tampak pada kelemahan manajerialnya.Hal ini terungkap baik pada kelemahan akuntansinya.
Selanjutnya kriteria Usaha Kecil diatur dalam ketentuan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, yaitu “Usaha kecil adalah kegiatan
ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-
undang ini”.Secara nominal kriteria dalam ketentuan tersebut memberikan batas Rp 200 juta sebagai pembatas jumlah modal pengusaha kecil. Dalam
kenyataannya, praktek indusri atau usaha kecil ternyata juga muncul dalam aneka tipe yang bermacam-macam, diantaranya dari sudut penggunaan tenaga kerja
yaitu: a.
Industri kerajinan rumah tangga conttage or household industry yang hanya mempekerjakan beberapa tenaga kerja. Untuk di Indonesia batasan kategori
ini adalah usaha establishment yang mempekerjakan satu sampai empat tenaga kerja, terutama anggota keluarga yang tidak dibayar unpaid family
labour. Industri kerajinan rumah tangga ini pada umumnya berorientasi pada pasar lokal dan menggunakan teknologi tradisional.
b. Industri kecil yang berskala kecil, akan tetapi tidak mengandalkan diri pada
tenaga kerja keluarga. Industri ini mempekerjakan tenaga kerja yang dibayar upah dan di dalamnya terdapat suatu hirarki antara para pekerja.
Universitas Sumatera Utara
23
Sedangkan dari segi teknologinya, usaha kecil dapat digolongkan atas usaha kecil yang tradisional serta usaha yang berorientasi pada teknologi
modern.Penggolongan ini tentunya menjadi salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan dalam menyerap pola hubungan kemitraan pada
akhirnya.
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1