Tahun 2010 : Tahun 2011 : Tahun 2012 : Tahun 2016 :

77 Sebuah bom juga meledak di sebuah pasar di Palu, Sulawesi Tengah pada 31 Desember 2005. Delapan orang dilaporkan tewas dan puluhan lainnya luka-luka.

g. Tahun 2009 :

Teror bom kembali mengguncang Ibu Kota Jakarta pada 17 Juli 2009. Kali ini yang menjadi sasaran ialah Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton. Ledakan terjadi hampir bersamaan sekira pukul 07.50 WIB. Aksi ini belakangan diketahui diinisiasi oleh terduga teroris asal Malaysia, Noordin M Top, yang tewas ditembak oleh tim Densus 88 Antiteror Polri pada 16 September 2009.

h. Tahun 2010 :

Aksi teror terhadap warga sipil terjadi pada Januari 2010 dan diikuti oleh aksi perampokan Bank CIMB Niaga Cabang Medan Aksara, Jalan Arief Rahman Hakim, Medan, Sumatera Utara pada 18 Agustus 2010. Seorang anggota Brimob tewas dalam peristiwa tersebut.

i. Tahun 2011 :

Aksi bom bunuh diri terjadi di Masjid Mapolresta Cirebon saat pelaksanaan salat Jumat pada 15 April 2011. Pelaku tewas di lokasi dan puluhan orang lainnya. Universitas Sumatera Utara 78 Ledakan bom bunuh diri juga terjadi di GBIS Kepunton, Solo, Jawa Tengah usai acara kebaktian. Seorang pelaku bom bunuh diri tewas dan 28 orang lainnya luka-luka.

j. Tahun 2012 :

Ledakan cukup keras terdengar di depan pos polisi tak jauh dari Tugu Gladak, Kota Solo, pada Sabtu 18 Agustus 2002 sekira pukul 23.00 WIB. Ledakan itu diduga berasal dari bom yang dilempar oleh orang tak dikenal. Sekira delapan personel polisi berlarian menyelamatkan diri dari pospol tersebut. Beruntung nihil korban jiwa dalam insiden ini.

k. Tahun 2016 :

Aksi teror terjadi di awal tahun 2016, tepatnya pada Kamis, 14 Januari 2016. Ledakan benda diduga bom terjadi sekitar pukul 10.45 WIB di Pos Polantas Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Insiden ini telah menewaskan delapan orang dan puluhan lainnya luka-luka. Korban jiwa terdiri dari anggota polantas dan warga sipil. Selain di Pospol Sarinah, pelaku juga meledakkan bom dan mengumbar tembakan di depan gerai Starbucks. Bahrun Naim yang disebut-sebut sebagai salah satu pentolan ISIS Asia Tenggara dituding sebagai dalang di balik aksi teror tersebut. Selanjutnya aksi teror bom bunuh diri terjadi pada tanggal 5 Juli 2016 di Kompleks kantor Polresta Surakarta, Solo, Jawa Tengah. Seorang polisi terluka akibat serangan tersebut. Pelaku bom bunuh diri ini adalah Nur Universitas Sumatera Utara 79 Rohman yang merupakan buronan yang masuk DPO jaringan terorisme bom Bekasi yang berhasil melarikan diri saat penangkapan pada Desember 2015. Dari data yang dimuat di atas kita dapat melihat bahwa serangan teroris sepanjang satu dekade ini terjadi hampir tiap tahun. Jeda waktu paling lama hanya 4 tahun yaitu terjadi pada tahun 2005 kemudian terjadi lagi pada tahun 2009, lalu ditahun 2012 ada lagi jeda waktu 4 tahun, yang kemudian terjadi serangan lagi di awal tahun 2016. Ternyata betapapun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi tindak pidana terorisme, Terorisme di Indonesia tetap saja merajalela. Terjadinya tindak pidana terorisme tidak dapat dikatakan dapat muncul dengan sendirinya, melainkan adanya faktor-faktor lain yang dapat mendorong munculnya tindak pidana terorisme seperti perkembangan situasi dalam dunia global mempunyai pengaruh yang sangat besar. Dasar terorisme berasal dari ekstremisme, baik ekstremisme kanan maupun ekstremisme kiri. Ekstremisme kanan terpola dari adanya suatu ideology yang dianut, seperti ideology rasisme, fasisme, dan nasionalisme, sedangkan ekstremisme kiri terpola dari keberadaan suatu agama, dimana setiap agama melakukan pembenaran dari aksi mereka dengan menjadikannya sebagai alat, untuk melawan dan melecehkan harkat dan martabat seseorang yang memiliki agama yang berbeda. Terorisme berkembang akibat ketidakpuasan kelompok tertentu terhadap sistem yang ada dan berusaha mengubah keadaan awal ke keadaan yang sesuai Universitas Sumatera Utara 80 dengan tujuan cita-cita mereka. Arsyad Mbai memandang bahwa terjadinya terorisme bersumber pada ekstremisme ideology keagamaan, nasionalisme kesukuan dan terorisme yang dilakukan oleh kepentingan tertentu. Motivasi terorisme ekstremisme ideology keagamaan ini didasarkan kepada radikalisme agama, yaitu membangun komunitas eksklusif sebagai modal dan identitas kelompok vis a vis dunia sekitarnya dianggap sebagai dekaden, dan karenanya harus dimusnahkan. Prinsip yang digunakan berperang melawan kafir adalah kewajiban, kematian adalah take off menuju rumah sorgawi. Motivasi terorisme nasionalisme kesukuan mengarah pada separatisme, karena adanya perasaan diperlakukan tidak adil oleh pemerintah pusat, adanya ketimpangan ekonomi dan sosial, keinginan untuk mendapatkan otonomi yang lebih luas dalam pengelolaan sumber daya alamnya, sampai kepada keinginan untuk memperoleh kemerdekaan politik atau pendirian Negara baru. Terorisme yang dilakukan oleh kepentingan tertentu melakukan perbutaan untuk sekedar ingin menimbulkan kekacauan. Teror ini dilakukan untuk melindungi kepentingan tertentu, baik di bidang politik, ekonomi dan sosial, bahkan sebagai upaya untuk menutupi proses hukum atas kejahatan atau pelanggaran yang telah dilakukan pada masa lalu. 85 Hasil penyelidikan para ahli menemukan bahwa ada beberapa faktor yang melatar belakangi timbulnya terorisme, antara lain: 86 85 Dikdik. M. Arief. Mansur, op.cit Halaman 161 86 Kusumah, Mulyana, Terorisme dalam Pespektif Politik dan Hukum, Jurnal Kriminologi Indonesia FISIP UI, Vol 2 no III, Jakarta, Terbit terang Universitas Sumatera Utara 81 a. faktor nasionalisme, berkisar pada tuntutan hak-hak politik dan nasionalisme kelompok minoritas yang merasa tertindas, seperti yang terjadi di Palestina dan Irlandia b. faktor politik, berkisar pada tuntutan suatu kelompok yang merasa lebih berhak untuk mendapatkan kekuasaan atau bagian dari kekuasaan seperti yang terjadi di beberapa Negara berkembang c. faktor keturunan agama dan bahasa yang merupakan faktor utama yang menimbulkan teror, dimana suatu kelompok yang berasal dari keturunan yang sama atau agama yang sama atau bahasa yang sama menuntut memisahkan diri dari Negara dengan dalih bahwa hak-hak mereka dirampas oleh Negara seperti yang terjadi pada suku kurdi di Iran dan Turki. d. faktor peradaban, berkisar pada tuntutan suatu kelompok agar kesucian ajaran agama dan kehormatan bangsa yang selama ini tercemar akibat tingkah laku pemerintah yang berkuasa atau pengaruh tekanan Negara lain, seperti gerakan Hisbullsh di Iran dan Aum Sin Rikyo di Jepang. e. faktor sosial dan psikologi yang meliputi: perasaan tertindas yang biasanya banyak dialami oleh masyarakat kelas bawah dan menengah dalam sebuah masyarakat sebagai akibat kesulitan ekonomi sehingga melahirkan kecemburuan sosial dalam masyarakat f. tuntutan perubahan, yang mendorong suatu kelompok untuk melakukan perubahan yang mendasar dalam tatanan kehidupan akibat kejenuhan Universitas Sumatera Utara 82 sosial. Tuntutan ini banyak terjadi pada masyarakat eropa, khususnya kelas atas. g. penolakan, yakni penolakan terhadap fenomena sosial baru akibat perkembangan teknologi yang di nilai bertentangan dengan norma kemanusiaan dan akhlak mulia, h. akidah ideology faktor ini biasanya tumbuh di kalangan kelompok terdidik, dimana apa yang selama ini mereka yakini bertentangan dengan masyarakat sekitar, seperti keyakinan mereka terhadap marxisme atau zionisme. Menurut sebagian besar aktifis yang tergabung dalam kelompok Tanzim al-Qaidah di Aceh, faktor-faktor pendorong terbentuknya radikalisme dan terorisme di Indonesia antaralain: a. Faktor ekonomi Kita dapat menarik kesimpulan bahwa faktor ekonomi merupakan motif utama bagi para terorisme dalam menjalankan misi mereka. Keadaan yang semakin tidak menentu dan kehidupan sehari-hari yang membuat resah orang untuk melakukan apa saja. Dengan seperti ini pemerintah harus bekerja keras untuk merumuskan rehabilitasi masyarakatnya. Kemiskinan membuat orang gerah untuk berbuat yang tidak selayaknya diperbuat seperti; membunuh, mengancam orang, bunuh diri, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 83 b. Faktor sosial Orang-orang yang mempunyai pikiran keras di mana di situ terdapat suatu kelompok garis keras yang bersatu mendirikan Tanzim al-Qaidah Aceh. Dalam keseharian hidup yang kita jalani terdapat pranata sosial yang membentuk pribadi kita menjadi sama. Situasi ini sangat menentukan kepribadian seseorang dalam melakukan setiap kegiatan yang dilakukan. Sistem sosial yang dibentuk oleh kelompok radikal atau garis keras membuat semua orang yang mempunyai tujuan sama dengannya bisa mudah berkomunikasi dan bergabung dalam garis keras atau radikal. c. Faktor Ideologi Faktor ini yang menjadikan seseorang yakin dengan apa yang diperbuatnya. Perbuatan yang mereka lakukan berdasarkan dengan apa yang sudah disepakati dari awal dalam perjanjiannya. Dalam setiap kelompok mempunyai misi dan visi masing-masing yang tidak terlepas dengan ideologinya. Terorisme yang ada di Indonesia di ditinjau dari sudut pandang psikologis- politis, terdapat dua faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan tindak terorisme 87 87 Pertama, terorisme adalah salah satu cara untuk menemukan makna hidup, pintu masuknya adalah ajaran-ajaran yang menjanjikan kebahagiaan transedental dan kebahagiaan abadi. Dalam konteks Islam, ajaran tersebut antara lain jihad, mati syahid, dan amar ma’ruf nahi munkar. Mereka yang meninggal dalam medan jihad dijanjikan masuk surga. http:www.academia.edu6067486Landasan_sosiokultural_Psikologi_Teroris diakses pada hari jumat tanggal 29 Juli 2016 pukul 19.37 Universitas Sumatera Utara 84 Kedua, terorisme adalah ekspresi orang-orang yang tertindas yang berasal dari kelompok minoritas politik, budaya atau agama yang hak-haknya terampas. Secara kolektif mengalami tekanan ekonomi juga mudah hanyut terseret ke dalam aksi terorisme. Kesenjangan ekonomi, tirani politik dan hegemoni kebudayaan merupakan lahan yang subur bagi terorisme. Oleh karena itu, solusi pemberantasan terorisme tidak hanya dapat melalui pendekatan keamanan dan cara-cara militer saja, tetapi diperlukan pendekatan social-security yang humanis. Dikdik M Arief Mansur dalam bukunya yang berjudul “ Hak Imunitas Aparat Polri dalam Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme” mengatakan khusus untuk kasus-kasus terorisme yang terjadi di Indonesia, terjadi karena dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu: 88 c. faktor psikologis yaitu akibat tekanan barat terhadap muslim, terutama yang dilakukan oleh amerika serikat dan sekutunya terhadap Negara-negara arab, serta dukungan Amerika Serikat terhadap Israel menjadi faktor timbulnya sikap antipati muslim terhadap barat. Tindakan teroris merupakan akumulasi dari kekecewaan a. faktor agama, Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, menjadi objek yang sangat memungkinkan direkrutnya warga masyarakat menjadi anggota teroris dengan dalih agama, yaitu untuk melawan kedzoliman barat, memerangi kafir dan jihad di jalan agama b. faktor pendidikan dan keterbatasan pemahaman terhadap agama, latar belakang pendidikan yang rendah dan keterbatasan pemahaman agama yang dianut juga menjadi penyebab mudahnya perekrutan teroris di Indonesia 88 Dikdik. M. Arief. Mansur, op.cit Halaman 167 Universitas Sumatera Utara 85 yang tidak mungkin dilakukan dengan perlawanan terbuka karena kekuatan tidak berimbang. Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam telekonfrensi dengan Gubernur di seluruh Indonesia di Istana Negara pada tanggal 30 Juli 2009 mengatakan ada tiga penyebab munculnya aksi terorisme. Yang pertama, ideologi yang radikal dan ekstrim, ini bisa muncul di mana saja, negara mana saja, dan di masyarakat manapun, penyebab kedua, adalah penyimpangan terhadap ajaran agama yang dianut. Penyebab terakhir karena kondisi kehidupan yang susah, kemiskinan absolute dan keterbelakangan yang ekstrim. 89 Radikalisme dalam perspektif kriminologi dapat diartikan sebagai:

3.2. Faktor terjadinya tindak Pidana terorisme akibat paham radikalisme