Pembahasan Saat pengambilan data penelitian, tidak sedikit data yang tidak lengkap

ovarium dan kadar tumor marker CA-125 diperoleh nilai significancy p value adalah 0,476 p0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara kadar tumor marker CA-125 dengan jenis histopatologi tumor ovarium.

5.2. Pembahasan Saat pengambilan data penelitian, tidak sedikit data yang tidak lengkap

baik dari hasil pemeriksaan laboratorium patologi anatomi untuk pemeriksaan histopatologi dan laboratorium patologi klinik untuk pemeriksaan kadar tumor marker CA-125. Beberapa data juga tidak termasuk ke dalam kriteria inklusi karena menggunakan tumor marker yang lain, seperti CEA ataupun AFP. Dari 517 penderita tumor ovarium di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013-2015, yang memiliki pemeriksaan CA-125 dan histopatologi hanya 133 orang. Rendahnya angka pemeriksaan CA-125 ini dapat disebabkan oleh dokter yang menangani sudah yakin penderita mengalami tumor ovarium jinak atau ganas dari pemeriksaan lain seperti USG atau karena pertimbangan biaya. Dari tabel 5.1 diperoleh hasil bahwa tumor ovarium jinak ataupun ganas paling banyak dialami oleh pasien pada kelompok usia reproduksi 20-44 tahun dan menopause 49 tahun serta paling sedikit dialami oleh pasien pada usia prereproduksi 0-19 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan kepustakaan yang menyebutkan kasus tumor ovarium paling sering terjadi pada wanita usia 20-50 tahun dan jarang sekali pada usia pra pubertas serta angka kejadian tumor ovarium akan meningkat dengan semakin tuanya usia seorang wanita. 10,25 Hal ini mungkin disebabkan karena teori incessant ovulation yang menyebutkan bahwa patogenesis tumor ovarium disebabkan karena trauma yang terjadi pada epitel ovarium pada saat proses ovulasi terjadi yang akan secara berulang dialami wanita selama siklus reproduksi. Pada saat ovulasi terjadi, maka permukaan ovarium akan rentan mengalami kerusakan DNA dan seiring dengan bertambahnya usia, maka permukan ovarium akan mengalami invaginasi pada stroma kortikal sehingga menyebabkan epitel permukaan akan terperangkap ke dalam stroma dan Universitas Sumatera Utara menyebabkan kista inklusi yang dapat berproliferasi dan jika disertai dengan kerusakan DNA akan mengarah menjadi suatu keganasan. 3 Dari tabel 5.2 diperoleh dari pemeriksaan data pada 19 penderita tumor jinak ovarium , didapati 4 penderita 21,05 memiliki kadar CA-125 yang normal dan 15 penderita lainnya 78,95 mengalami peningkatan kadar CA-125. Tumor jinak ovarium yang terbanyak mengalami peningkatan CA-125 adalah kistadenoma musinosum yaitu sebesar 21,1 dari keseluruhan jenis tumor jinak ovarium. Dari 114 penderita tumor ganas ovarium, didapati 15 penderita 13,16 memilki kadar CA-125 yang normal dan 99 penderita lainnya 86,84 mengalami peningkatan kadar CA-125. Penelitian didapatkan bahwa jumlah tumor ovarium jinak ataupun ganas yang mengalami peningkatan kadar CA-125 lebih banyak dibandingkan dengan kadar CA-125 yang normal. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pungky Mulawardhana dkk yang mendapati frekuensi sampel dengan peningkatan kadar CA-125 lebih banyak dibandingkan dengan sampel dengan kadar CA-125 yang normal dengan persentase tumor jinak 80 dan tumor ganas 70,5. 5 Pada disgerminoma juga dapat terjadi peningkatan CA-125 jika terjadi interaksi dengan epitel ovarium. 1 Penelitian dari Calster B et al dengan judul Discrimination between benign and malignant by specialist ultrasound examination versus serum CA-125 menemukan bahwa CA-125 hanya dapat mengklasifikasikan jinak dan ganas secara benar sebesar 41. Hal ini juga disebabkan karena kondisi peningkatan CA-125 dapat terjadi karena proses radang atau trauma pada epitel ovarium, kehamilan, menstruasi dan beberapa keadaan jinak lainnya seperti kista folikel, kista lutein yang secara tidak langsung beriteraksi dengan sel epitel ovarium. 26 Dari tabel 5.3 sampai 5.6 diperoleh bahwa jika dilihat berdasarkan dari jenis histopatologi tumor ovarium jinak maupun ganas yang mengalami peningkatan CA-125, maka pada penelitian ini diperoleh jenis histopatologi yang Universitas Sumatera Utara paling banyak mengalami peningkatan kadar CA-125 dan yang paling sering dialami oleh pasien merupakan tipe epitelial, yaitu jenis serosum dan musinosum dan yang paling sedikit merupakan jenis fibroma untuk kasus tumor jinak dan malignant mixed epithelial serta teratoma immature untuk kasus tumor ganas ovarium. Ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa jenis tumor ovarium paling banyak yang terjadi merupakan tipe epitelial 90 dan sisanya 10 adalah tipe non-epitelial serta jenis epitelial merupakan yang paling sering mengalami peningkatan kadar CA-125. Sekitar 75-85 karsinoma ovarium tipe epitelial mengalami peningkatan CA-125. 8,10 Hal ini mungkin disebabkan karena CA-125 yang diekpresikan oleh sel NIH-OVCAR 3 yang ada pada permukaan sel epitel pada tumor ovarium. Sel NIH-OVCAR 3 akan menghasilkan kadar CA-125 yang tinggi pada permukaan sel kanker ovarium. 15,16 Pada tabel 5.7 diperoleh kadar minimum tumor jinak ovarium adalah 5,88 IUml dan kadar maksimum mencapai 1565 IUml, sedangan pada tumor ganas ovarium diperoleh kadar minimum yang lebih rendah yaitu 2,68 IUml dan kadar maksimum 13384 IUml. Sehingga jika dilihat dari distribusi kadar CA-125 pada tumor ovarium, sampel tidak memperlihatkan perbedaan kadar yang signifikan antara tumor jinak dan ganas. Misalnya terdapat kasus tumor jinak ovarium yang mengalami peningkatan kadar CA-125 hingga 1000 IUml dan adanya kasus tumor ganas ovarium yang mengalami kadar CA-125 normal yaitu sebesar 2,68 IUml, meskipun terdapat beberapa kasus yang mengalami peningkatan kadar CA- 125 hingga 1000-5000 IUml. Hasil ini sama dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Tryanda Ferdyansyah dkk yang memperoleh sebaran perbedaan kadar CA-125 yang tidak signifikan antara tumor jinak dan tumor ganas ovarium. Hal ini menunjukkan jika kadar CA-125 tinggi mungkin dapat dicurigai adanya suatu keganasan, tetapi jika ditemukan rendah belum tentu suatu keadaan jinak. 3 Universitas Sumatera Utara Dari table 5.8 menunjukkan hasil uji analitik dengan menggunakan uji hipotesa FisherExact Test melalui Chi-Square, didapati p=0,476, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kadar tumor marker CA-125 dengan jenis tumor ovarium. Selanjutnya juga diperoleh selang kepercayaan sebesar 0.515-6.018 dimana pada selang kepercayaan mengandung nilai 1 sehingga menunjukkan tidak adanya hubungan antara kadar tumor marker CA- 125 dengan jenis tumor ovarium pada taraf signifikansi 5. Hasil penelitian Pungky Mulawardhana dkk juga menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini. Dalam penelitian tersebut mendapatkan nilai significancy p = 0,482, sehingga juga dapat diartikan tidak ada kesepakatan hasil yang bermakna antara pemeriksaan kadar CA-125 dengan hasil PA dalam menentukan diagnosa kanker ovarium. Dalam hasil penelitian mereka juga didapati nilai sensitifitas CA-125 sebesar 70,59 dan spesifisitas sebesar 20. 5 Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan CA-125 memiliki kelemahan terutama dari segi spesifisitas yang sangat penting dimiliki oleh suatu alat bantu diagnostik dan memiliki hubungan korelasi yang sangat lemah dengan hasil PA dalam menentukan diagnosa kanker ovarium. Meskipun spesifisitas yang dimiliki oleh CA-125 sangat rendah terhadap tumor ovarium, pemeriksaan CA-125 masih tetap digunakan. Hal ini disebabkan karena belum ditemukannya tumor marker yang lebih baik dan mampu menggantikan peranan CA-125. 3 Meskipun ada hasil penelitian yang sama mengatakan bahwa terdapat hubungan antara kadar tumor marker CA-125 dengan jenis tumor ovarium, salah satunya pada penelitian Daoud et al mendapatkan hasil yang berhubungan tetapi juga banyak menemukan positif palsu yang berhubungan dengan kondisi jinak dan keadaan fisiologis, sehingga disimpulkan bahwa CA-125 tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis keganasan pada ovarium. 1 Dari penelitian ini didapati hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara kadar tumor marker CA-125 dengan jenis tumor ovarium. Walaupun CA-125 Universitas Sumatera Utara memiliki sensitivitas yang cukup tinggi, namun memiliki spesifisitas yang rendah karena banyaknya kondisi lain yang dapat menyebabkan peningkatan kadar tumor marker tersebut. Pemeriksaan kadar CA-125 tunggal tidak dapat digunakan sebagai deteksi penentuan jenis tumor ovarium sehingga juga tetap dilakukan pemeriksaan histopatologi sebagai Gold Standart pemeriksaan dan dibutuhkan pemeriksaan penunjang lain untuk membantu penegakkan diagnosis seperti USG dan kombinasi dengan tumor marker lain, seperti HE4 dan lain-lain. Pemeriksaan CA-125 tidak dapat menentukan jenis tumor ovarium tetapi mungkin dapat digunakan pada banyak kondisi lain seperti untuk memprediksi prognosis dari hasil terapi, kekambuhan penyakit ataupun untuk memantau keberhasilan pengobatan. 14 Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan