Deteksi Dini Tumor Ovarium Gambaran Klinis Tumor Ovarium

hamil dan tidak pernah mempunyai anak, pernah melakukan terapi sulih hormon lebih dari 5 tahun serta adanya mutasi pada gen-gen penyebab tumor. Diduga adanya riwayat pemakaian obat tamoxifen mempunyai peningkatan resiko terhadap pembentukan kista ovarium. 3,9,13

2.1.4. Deteksi Dini Tumor Ovarium

A. Skrining Genetik Skrining genetik lebih ditujukan pada pencegahan terhadap timbulnya penyakit, yaitu untuk penelitian lebih lanjut tentang gen dan heterogenitas gen manusia yang ada kaitanya dengan keainan fisik. Pada tumor ovarium, beberapa gen yang mungkin diturunkan dan dapat menimbulkan keadaan tumor adalah BRCA1 dan BRCA2. Bila seseorang dengan BRCA1 atau BRCA2 yang positif dan dengan mempergunakan data informasi keluarga resiko tinggi, kemungkinan menimbulkan resiko tinggi pada pasien. Meskipun seseorang mendapat hasil BRCA1 atau BRCA2 yang positif, belum tentu akan timbul kanker pada dirinya, mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 dapat diturunkan pada anak laki-laki ataupun perempuannya. Dengan hasil tes BRCA1 atau BRCA2 yang positif, maka perlu dilakukan deteksi dini lebih lanjut seperti ultrasonografi transvaginal, pemeriksaan CA-125 dan pemeriksaan klinis. B. Pemeriksaan Tumor Marker Pada tumor ovarium perlu dilakukannya pemeriksaan tumor marker CA-125. CA-125 adalah salah satu antigen yang dilepaskan dari epitel kanker ovarium. Kira-kira 83 pasien dengan tumor ovarium tipe epitel memiliki kadar CA-125 35 IUml. Peningkatan CA-125 menjadi prediktor kuat terhadap kemungkinan progresivitas penyakit. Universitas Sumatera Utara C. Pencitraan Imaging Ultrasonografi adalah salah satu pencitraan yang digunakan untuk keperluan diagnostik sebagai pelengkap pemeriks`aan klinik. Skrining dengan ultrasonografi real-time merupakan suatu cara untuk mendeteksi secara dini perubahan struktur organ genitalia, khususnya ovarium dalam proses karsinogenesis. Ultrasonografi transvaginal merupakan suatu teknik pemeriksaan yang sering dilakukan karena hasilnya yang lebih akurat. 3,10

2.1.5. Gambaran Klinis Tumor Ovarium

3,10,11 Pertumbuhan tumor ovarium dapat menimbulkan gejala. Meskipun pada tumor ovarium dapat ditemukan keluhan, pada tumor jinak ovarium yang memiliki diameter kecil sering ditemukan secara kebetulan dan tidak memberi gejala klinis yang berarti. Karena gejala klinis yang terjadi biasanya tidak terlihat jelas sampai penyakit nerada pada tahap lanjut menyebabkan penyakit ini disebut dengan “silent killer”. Secara umum, tumor yang ganas memiliki karakteristik solid, nodular dan terfiksir. Namun ukuran tumor tidak sesuai derngan derajat keganasan. Keluhan yang dirasakan oleh penderita tumor ovarium bersumber dari: A. Keluhan akibat pertumbuhan besar dan letaknya tumor, seperti : a. Tumor kecil tanpa keluhan ringan bersifat insidentil. b. Tumor besar di rongga pelvis : - Rasa tidak nyaman di perut bagian bawah. - Mendesak gangguan miksi dan defekasi. - Desakan ureter menyebabkan hidroureter sampai hidronefrosis. - Gangguan aliran darah dan cairan limfa menimbulkan edema pada tungkai bawah. c. Tumor yang melayang menimbulkan : - Keluhan berat pada perut - Tumor membesar dapat menimbulkan gangguan fungsi usus. Universitas Sumatera Utara d. Kombinasi kehamilan dengan kista ovarium. - Menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas. - Menyebabkan kelainan letak janin. - Torsi kista saat ante natal care atau post partum. - Kista menghalangi persalinan sehingga perlu dilakukan seksio sesarea. B. Keluhan akibat aktivitas endokrinologi, seperti : Tumor ovarium mengeluarkan hormon menimbulkan gangguan pada menstruasi dan dapat menyebabkan kondisi infertilitas dan maskulinisasi. C. Keluhan khusus sindroma Meig. D. Keluhan akibat komplikasinya : e. Komplikasi tumor ovarium diantaranya : 1. Torsi kista ovarii. 2. Perdarahan. 3. Infeksi. 4. Ruptura kapsul kista. 5. Degenerasi menjadi keganasan 1. Torsi kista ovarii - Terjadi saat kehamilan kecil ataupun post partum. - Keluhannya : a. Nyeri perut mendadak, makin bertambah makin berat torsinya. b. Memerlukan laparotomi. c. Torsi menahun tidak dirasakan karena perlahan-lahan. d. Kista lepas ditangkap omentum menjadi parasitik kista ovarii. e. Kedatanggannya karena ada tumor di dalam perutnya. 2. Perdarahan - Dapat terjadi trauma abdomen, langsung pada kistanya. - Keluhannya : a. Trauma diikuti rasa nyeri mendadak. b. Diperlukan laparotomi. Universitas Sumatera Utara - Perdarahan menimbulkan pembesaran kista dan memerlukan tindakan laparotomi. 3. Infeksi kista ovarii : - Infeksi pada kista dapat terjadi akibat : Infeksi asenden dari serviks, tuba dan menuju lokus ovulasi, sampai abses. - Keluhan infeksi : a. Panas badan meningkat. b. Lokal kista terasa nyeri spontan saat digoyang atau dipegang. c. Mendekati sepsis perlu laparotomi. 4. Ruptura kapsul kista : - Terjadi sebagai akibat dari : a. Perdarahan mendadak. b. Infeksi kista dengan pembentukan abses membesar ruptur. c. Trauma langsung. - Tindakan perlu dilakukan laparotomi. 5. Degenerasi ganas : a. Degenerasi ganas berlangsung secara perlahan “silent killer”. b. Terdiagnosa setelah stadium lanjut. c. Diagnosa dini karsinoma ovarium dilakukan pemeriksaan tumor marker CA-125. d. Profilaksis degenerasi ganas diatas 45 tahun, dilakukan total histerektomi bilateral salfingooforektomi dan omentektomi. e. Asites dan papilla kapsul dicurigai keganasan perlu : - Sitologi dan PA seluruhya. - Omentektomi harus dilakukan. Universitas Sumatera Utara

2.1.6. Diagnosa Tumor Ovarium