Pengaruh profesionalisme akuntan publik terhadap peran akuntan publik dalam penggungkapan kecurangan

(1)

PENGARUH PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK

TERHADAP PERAN AKUNTAN PUBLIK DALAM

PENGUNGKAPAN KECURANGAN

(Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

Oleh :

S U S A N T I

105082002733

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGARUH PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PERAN AKUNTAN PUBLIK

DALAM PENGUNGKAPAN KECURANGAN (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana

Ekonomi

Oleh: Susanti NIM: 105082002733

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Rini, SE, Ak, Msi

NIP. 19570617 195803 1 002 NIP. 19760315 200501 2 002

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Hari ini Selasa Tanggal 02 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Susanti, NIM: 105082002733 dengan

judul skripsi “PENGARUH PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK

TERHADAP PERAN AKUNTAN PUBLIK DALAM PENGUNGKAPAN KECURANGAN”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 02 Oktober 2009

Tim Penguji Ujian komprehensif

Afif Sulfa, SE, Ak, Msi Reskino, SE, Ak, Msi Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli


(4)

Hari ini Jumat Tanggal 20 Bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan ujian skripsi atas nama Susanti, NIM : 105082002733 dengan judul

Skripsi “PENGARUH PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK

TERHADAP PERAN AKUNTAN PUBLIK DALAM PENGUNGKAPAN KECURANGAN”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 November 2009

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Abdul hamid, MS Rini, SE, Ak, Msi

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA, Ak Penguji Ahli


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Susanti

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta / 11 agustus 1987

Alamat : Jl. Kri anoa No. 22 Rt. 005 / Rw. 012 Kebayoran

Baru – Jakarta Selatan

No. Telp / Hp : 021-98023696 / 085714163494

Email : shu_santi@yahoo.com

Kebangsaan : Indonesia

Pendidikan Formal :

1. Taman Kanak-Kanak Raudhatul Ulum Jakarta 1992-1993

2. Sekolah Dasar Negri Pulo 03 pagi Jakarta 1993-1999

3. Sekolah Lanjutan Tingkatan Pertama 19 Republik

de Columbia Jakarta 1999-2002

4. Sekolah Menengah Atas 46 jakarta 2002-2005

5. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2005-2009 Pendidikan Informal :

1. Basic&Elementary di LPIA 1998-1999

2. Komputer di SMA 46 Jakarta 2002-2003

Pengalaman Organisasi:

1. Divisi Kesenian dan Olah Raga (KESORGA) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Jakarta periode 2006-2007. 2. Divisi Kesenian Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Akuntansi

FEIS UIN Jakarta Periode 2007-2008.


(6)

ABSTRACT

This research objective is to examine the influence of professionalism of external auditor on external auditor role in detecting fraud. An image from a professional person is reflect into five things : dedication to professions, social responsibility, autonomy demands, belief in self-regulation, and professional community affiliation.

The method that used in this research is multipple regression. The result found that professional community affilition impact to role of public accountant in detecting fraud, but different from factors dedication to professions, social responsibility, autonomy demands, and belief in self-regulation is not give influence to role of public accountant in detecting fraud. Hypothesis test indicate that is significant relationship between professionalism level (five dimentions) and role of public accountant in detecting fraud with significant level 0,000.


(7)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Profesionalisme Akuntan Publik Terhadap Peran Akuntan Publik dalam Pengungkapan Kecurangan. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi dicerminkan kedalam lima hal, yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda. Hasil uji regresi ditemukan bahwa hubungan dengan sesama profesi berpengaruh terhadap peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan sedangkan pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi tidak berpengaruh terhadap peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan. Pengujian hipotesis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat profesionalisme (lima dimensi) dan peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah diberikan. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Perkenankan penulis menyampaikan ucapan terimakasih atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang turut andil dalam proses penulisan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Profesionalisme Akuntan Publik terhadap Peran Akuntan Publik dalam

Pengungkapan Kecurangan”, semoga Allah SWT membalas kebaikannya

dengan balasan yang lebih baik, mereka adalah:

1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan berupa semangat maupun doa.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial dan selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pudek I Akademik yang banyak memberi pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

4. Ibu Rini, SE, Ak., Msi selaku dosen Pembimbing Skripsi dan Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu penulis dan dengan kelembutan hatinya memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.


(9)

5. Seluruh staff pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

6. Teman-teman Akuntansi D, Kaka Reza, Bob, Puput, Dzilah, Ian, Papi, Andre, Mas Mul, faw2, Putri, Kaka Rika, zakiyah. Asri, Iis, Vya, Adzizah, Liantih, Uwi, siwi, Ridho, Adit dan lain lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

7. Fuah yang udah banyak bantu waktu belajar kompre, penulisan skripsi, dan yang selalu kasih doa dan support, thanx ya..juga buat temen main dan hura-hura Intan, Ryan, Kasyaf, Rika, Lia, Towie..

8. Terima Kasih spesial untuk Andri yang telah banyak membantu penulis dan selalu memberikan motivasi dan doa.

9. Teman kerja di Starbucks Coffee Senayan City 1, Mba Nia, Ka Ine, Mas Ajie, Mama Saddam, Rizky, Afit, Cakra, Toni, Danny, Karina, Rachmi.

Penulis Menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, tetapi besar harapan penulis skripsi ini dapat membawa nama baik almamater terutama Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial dan dapat membantu peneliti lain yang akan melanjutkan penelitian.

Jakarta, 30 November 2009


(10)

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

ABSTRACT ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Pengertian profesionalisme ... 11

B. Konsep Profesionalisme ... 12

C. Komitmen Profesional ... 14

D. Cara Akuntan publik Mewujudkan Perilaku Profesional ... 15


(11)

F. Jenis Resiko Utama dalam Praktek Audit ... 19

G. Pengertiaan, Proses, Unsur dan Faktor Pemicu Fraud ... 20

H. Jenis-Jenis Fraud ... 22

I. Fraudulent Financial Reporting ... 25

J. Pencegahan dan Pendeteksian Fraud ... 28

K. Kerangka Pemikiran ... 29

L. Pengembangan Hipotesis ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian Sampel ... 31

C. Metode Pengumpulan Data ... 32

D. Metode Analisis Data ... 32

E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 42

A. Gambaran Objek Penelitian ... 42

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

2. Karakteristik Responden ... 45

B. Uji Instrumen Penelitian ... 47

1. Uji Validitas ... 47

2. Uji Reliabilitas ... 51

C. Analisis dan Pembahasan ... 54

1. Uji Asumsi Klasik ... 54

a) Uji Multikoloniearitas ... 54

b) Uji Autokorelasi ... 56

c) Uji Heterokedastisitas ... 57

d) Uji Normalitas ... 58

2. Pengujian Hipotesis ... 60


(12)

b) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 62

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Implikasi ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(13)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal

4.1 Wilayah dan Nama KAP 43

4.2 Distribusi Kuesioner 44

4.3 Karakteristik Responden 45

4.4 Uji Validitas Instrumen Pengabdian pada Profesi 47

4.5 Uji Validitas Instrumen Kewajiban Sosial 48

4.6 Uji Validitas Instrumen Kemandirian 48

4.7 Uji Validitas Instrumen Keyakinan terhadap Profesi 49

4.8 Uji Validitas Isntrumen Hubungan dengan Sesama Profesi 50

4.9 Uji Validitas Instrumen Peran Akuntan Publik 50

4.10 Uji Reliabilitas Instrumen Pengabdian pada Profesi 51

4.11 Uji Reliabilitas Instrumen Kewajiban Sosial 52

4.12 Uji Reliabilitas Instrumen Kemandirian 52

4.13 Uji Reliabilitas Isntrumen Keyakinan terhadap Profesi 53 4.14 Uji Reliabilitas Instrumen Hubungan dengan sesama Profesi 53

4.15 Uji Reliabilitas Instrumen Peran Akuntan Publik 54

4.16 Uji Multikolonieritas 55

4.17 Uji Autokorelasi 56

4.18 Uji Koefesien Determinasi 61

4.19 Uji statistik t 63


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal

2.1 Model Hubungan 29

4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas 55

4.2 Grafik Histogram 57


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal

1 Tabel Matrix Keputusan Responden 79

2 Kuesioner Penelitian 102

3 Uji Instrumen Penelitian (Validitas dan Reliabilitas) 109

4 Uji Asumsi Klasik (Multikoloniearitas dan Normalitas) 125

5 Uji Statistik (Regression) 128


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Di dalam perkembangan usahanya, untuk pengembangan usaha perusahaan perlu pendanaan. Pendanaan bisa dari internal maupun eksternal perusahaan, yang tidak selalu dalam bentuk penyertaan modal dari pemilik tetapi dapat juga berupa pinjaman dari kreditur. Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan tidak lagi hanya terbatas pada pihak intern perusahaan melainkan juga pihak ekstern perusahaan seperti investor dan kreditor (Leng, 1997).

Adanya kepentingan pihak di luar perusahaan terhadap laporan keuangan yang disajikan berisi informasi yang dapat dipercaya, karena dari sudut pandangan pihak luar, pimpinan perusahaan mempunyai kepentingan, baik kepentingan keuangan maupun kepentingan non keuangan dalam menyusun suatu laporan keuangan. Disamping itu peranan akuntan publik juga telah dilembagakan oleh pemerintah, khususnya dalam bidang pasar modal. Dimana sebuah perusahaan yang akan go publik harus menyertakan laporan keuangan yang telah diperiksa (diaudit) oleh akuntan publik dengan pendapat “wajar tanpa Syarat” (WTS). Namun sering dijumpai banyak perusahaan yang laporan keuangan dan catatannya dinyatakan sehat oleh akuntan publik dan diijinkan go publik ternyata berada dalam kondisi yang


(17)

buruk atau tidak sehat. Dengan kata lain laporan akuntan publik dengan pendapat WTS tidaklah sesuai dengan keadaan perusahaan (Leng, 1997).

Sebuah perusahaan dapat dikatakan sehat bila pembukuannya sudah diaudit dan disusun dalam bentuk neraca keuangan disertai catatan unqualified opinion oleh akuntan publik. Hasil audit dengan unqualified opinion berarti segala transaksi yang menyangkut masalah finansial suatu perusahaan dianggap telah di catat sesuai data-data dan bukti-bukti pendukung sebenarnya serta perkiraan yang tepat, tidak ada yang ditutup-tutupi. Artinya, baik neraca ataupun laporan laba rugi yang disiapkan bagian pembukuan suatu perusahaan yang diperiksa dan diteliti telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia. Adanya kejadian-kejadian seperti off balance sheet (kasus Bank Duta) dan skorsing terhadap akuntan publik, menyebabkan timbulnya anggapan bahwa fungsi akuntan publik tidak lebih dari sekedar mencocok-cocokkan angka-angka yang disediakan suatu perusahaan dalam bentuk Neraca dan Laporan laba rugi terhadap data-data dan bukti-bukti pendukung, yang bisa saja dibuat-buat atau diusahakan perusahaan dari berbagai sumber (Wilopo, 2006).

Dalam menjalankan profesinya, akuntan publik mempunyai tanggung jawab baik secara profesional maupun secara hukum dan pelaksanaan tanggung jawab tersebut harus didasarkan pada pedoman umum yang berlaku bagi seorang auditor, yaitu norma-norma pemeriksaaan akuntan. Apabila seorang auditor dalam menjalankan profesinya sudah berpedoman sesuai dengan Norma Pemeriksaan Akuntan, namun masih terjadi kasus-kasus yang


(18)

menyebabkan masyarakat memberikan penilain negatif terhadap profesi mereka, maka perlu dipertanyakan apakah penyebab terjadinya penyimpangan yang tidak terungkap oleh akuntan publik pada saat melakukan pemeriksaan (Latuheru, 2004).

Laporan keuangan adalah laporan yang disajikan oleh klien. Auditor bertanggung jawab dalam penentuan kecermatan pencatatan data yang menjadi dasar laporan keuangan itu, dalam cara penyajiannya, dan dalam pendapat atas laporan keuangan tersebut. Jika auditor bersalah karena lalai, ia bertanggung jawab atas terjadinya ketidakcermatan di dalam laporan keuangan. Jadi, tanggung jawab atas kewajaran penyajian laporan keuangan sebagian ditanggung oleh manajemen dan sebagian oleh auditor. Jika auditor tidak bersedia memberikan pendapat, maka ia hanya memikul tanggung jawab untuk menjelaskan mengapa ia tidak memberikan pendapat. Dalam hal ini perlu dinilai bahwa penyebab terjadinya penyimpangan yang tidak terungkap ini dapat timbul dari dua belah pihak, yaitu dari manajemen perusahaan sebagai pemberi tugas dan akuntan publik sebagai penerima tugas (Herawati, 2008).

Di era globalisasi, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas Negara, kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh eksternal auditor tidak dapat dielakkan lagi, justru menjadi kebutuhan utama sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi profesi yang diharapkan banyak orang untuk meletakkan kepercayaan pada pemeriksaan dan pendapat yang diberikan. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi


(19)

orang yang bekerja sebagai auditor eksternal. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi eksternal auditor oleh Hall R (1968) dalam Hastuti

et all (2003) dicerminkan kedalam lima hal, yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi dan hubungan dengan rekan seprofesi.

Auditor eksternal yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggungjawab yang semakin meluas auditor eksternal harus mempunyai wawasan yang luas tentang kompleksitas organisasi modern (Hastuti, 2003)

Fraudulent dalam laporan keuangan merupakan perhatian utama tidak hanya bagi dunia usaha dan publik tetapi juga bagi profesi akuntan publik (auditor). Setiap tahun publik menjadi saksi terjadinya fraud dalam laporan keuangan perusahaan-perusahaan besar yang tidak terdeteksi oleh auditor yang bertugas mengaudit laporan keuangan tersebut. Sebut saja kasus berskala nasional yaitu PT Kimia Farma dengan auditor KAP Delloit Touch Tohmatsu (Hans Tuanakotta & Mustofa), terjadi penggelembungan laba dalam laporan keuangannya yang tidak terdeteksi. Kemudian kasus berskala internasional yaitu kasus Enron Corporation dengan auditor dari Arthur Andersen yang gagal mendeteksi adanya inflasi pendapatan sampai dengan 600 juta dollar Amerika sejak tahun 1994 dan menjadi kasus kebangkrutan terbesar di Amerika yaitu sebesar 62,8 milyar dollar Amerika (Vinten, 2002 dalam Alim


(20)

kredibilitas auditor terhadap fungsi pelaporan dan menurunkan kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik.

Banyak pihak yang mempertanyakan tanggung jawab dan fungsi akuntan publik ketika terjadi kegagalan dalam mendeteksi fraud. Mereka mengatakan “if they are not there to detect fraud, then what are they there for?” (Anonim, 2002 dalam Alim 2007).

Kegagalan dalam mendeteksi dan mencegah fraud menimbulkan banyaknya tuntutan litigasi pada kantor akuntan publik (KAP). KAP The Big Six antara tahun 1990 dan 1993 harus membayar kerugian akibat kasus fraud

lebih dari 1 milyar dollar Amerika. Kerugian tersebut termasuk di dalamnya Erns & Young (400 juta dollar), Arthur Andersen (65 juta dollar tahun 1993), dan Coopers & Lybrand (350 juta dollar tahun 1992). Kasus terbesar terakhir yang terjadi akhir 2001 adalah kebangkrutan Enron Corporation yang telah diaudit oleh Arthur Andersen dan auditor gagal untuk menemukan adanya

fraud dalam laporan keuangan ( Koroy, 2008). Kebangkrutan ini bukan disebabkan oleh ekonomi yang melemah, melainkan kesalahan fatal dalam sistem akuntan mereka. Selama tujuh tahun terakhir, Enron melebih-lebihkan laba bersih dan menutup-nutupi utang mereka. Kejatuhan Enron bermula dari dibukanya partnership-partnership yang bertujuan untuk menambah keuntungan pada Enron. Partnership-partnership yang diberi nama “special purpose partnership” memang memiliki karakteristik yang istimewa. Enron mendirikan kongsi dengan seorang partner dagang. Partner dagang mereka biasanya hanya satu untuk setiap partnership dan kongsi dagang ini


(21)

menyumbang modal yang sangat sedikit, sekitar 3% dari jumlah modal keseluruhan. Secara hukum, perusahaan di Amerika, apabila induk perusahaan berpartisipasi dalam partnership dimana partner dagang menyumbang sedikitnya 3% dari modal keseluruhan, maka neraca partnership ini tidak perlu dikonsolidasikan dengan neraca dari induk perusahaan. Tetapi, partnership ini harus dijabarkan secara terbuka dalam laporan akhir tahunan dari induk perusahaan agar pemegang saham dari induk perusahaan maklum dengan keberadaan operasi tersebut (Lamriama, 2009).

Dengan banyaknya skandal tentang pelaporan keuangan di Amerika Serikat, seperti kasus Enron yang melibatkan kantor Akuntan kondang Arthur Andersen, maka lahirlah Sarbanes-Oxley Act (SOA) sebuah produk hukum (Undang- Undang) di Amerika Serikat (AS) yang mengatur tentang akuntabilitas, praktik akuntansi dan keterbukaan informasi, termasuk tata cara pengelolaan data di perusahaan publik. Eksistensi SOA tersebut diprakarsai oleh senator Paul Sarbanes dari Maryland dan Michael Oxley wakil rakyat dari Ohio. SOA telah disyahkan pada tahun 2002 oleh presiden AS (George W. Bush). UU tersebut mensyaratkan adanya pengungkapan (disclosure) tentang informasi keuangan yang cukup, keterangan tentang pencapaian hasil-hasil (kinerja) manajemen, kode etik bagi eksekutif di bidang keuangan dan independensi komite audit yang efektif serta pembatasan kompensasi bagi para eksekutif perusahaan termasuk pembaharuan tatakelola perusahaan (corporate governance). Manfaat SOA secara langsung berdampak positif


(22)

dalam rangka implementasi GCG di perusahaan publik di berbagai belahan dunia lainnya (Effendi, 2008).

Semakin besarnya tuntutan publik agar auditor mampu mencegah dan mendeteksi adanya fraud di dalam laporan keuangan merupakan sesuatu yang harus direspon oleh profesi akuntan publik. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang berhubungan dengan kepercayaan dan kredibilitas. Ketika dua hal tersebut hilang maka profesi ini akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak diperlukan lagi dan pada akhirnya akan hilang (Nasution, 2003).

Penelitian yang dilakukan Taufik (2008) yang berjudul pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel pengalaman kerja terhadap pendeteksian indikasi

fraud, juga pendidikan profesi auditor internal berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian indikasi fraud.

Penelitian yang dilakukan Sodik (2007) yang berjudul pengaruh keahlian dan independensi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan dari variabel keahlian terhadap pendeteksian indikasi fraud, juga independensi auditor internal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian indikasi fraud.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi melakukan penelitian ini karena untuk mengetahui penerapan profesionalisme akuntan publik dan seberapa besar pengaruh profesionalisme akuntan terhadap peran


(23)

akuntan publik dalam mengungkapkan kecurangan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Profesionalisme Akuntan Publik terhadap Peran Akuntan Publik dalam

Pengungkapan Kecurangan”.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel dependennya, yaitu pendeteksian indikasi fraud, sama seperti Taufik (2008) dan Sodik (2007). Adapun perbedaanya yaitu pada variabel-variabel dependennya. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh profesionalisme akuntan publik terhadap peran akuntan publik dalam mengungkapkan kecurangan. Kemudian sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah para auditor eksternal.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Apakah profesionalisme akuntan publik yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi dapat mempengaruhi peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan?

b. Dari dimensi profesionalisme akuntan publik yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi, manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan?


(24)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Menguji profesionalisme auditor yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi dapat mempengaruhi peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan.

b. Mengetahui manakah dari dimensi profesionalisme auditor yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi yang paling dominan dalam mempengaruhi peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan?

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, antara lain:

a. Bagi auditor, penelitian ini dapat memberikan motivasi pada auditor untuk dapat meningkatkan profesionalisme dalam mengungkapkan kecurangan.

b. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tambahan yang mungkin bermanfaat dalam menganalisa


(25)

profesionalisme akuntan publik yang berpengaruh terhadap peranannya dalam mengungkapkan kecurangan.

c. Bagi pihak yang berkepentingan lainnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan dapat digunakan oleh para peneliti-peneliti berikutnya sebagai salah satu referensi dalam penelitiannya.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Profesionalisme

Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. “Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak” (Kalbers dan Fogarty, 1995:72 dalam Wahyudi, 2006).

Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan (Herawati, 2008).

B. Konsep Profesionalisme

Dalam penelitian ini konsep profesionalisme yang digunakan adalah konsep untuk mengukur bagaimana para profesional memandang profesi mereka yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Dengan anggapan bahwa sikap dan perilaku mempunyai hubungan timbal balik. Perilaku profesionalisme merupakan cerminan dari sikap profesionalisme,


(27)

demikian pula sebaliknya sikap profesional tercermin dari perilaku yang profesional (Wibowo, 2003).

Hall R (1968) dalam Hastuti dkk (2003) menyatakan ada lima dimensi profesionalisme, yaitu:

1. Pengabdian pada profesi (dedication)

Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi.

2. Kewajiban sosial (social obligation)

Yaitu pandangan tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik untuk masyarakat atau pun oleh pofesional karena adanya pekerjaan tersebut.

3. Kemandirian (autonomy demands)

Yaitu suatu pandangan bahwa seorang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak yang lain. Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara professional. Banyak orang yang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari


(28)

kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam situasi khusus.

4. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation)

Yaitu sutu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. Keyakinan akan menjadi motor bagi auditor untuk memberikan hasil pekerjaan serta pertimbangan-pertimbangan yang dapat dipertanggung-jawabkan karena kesalahan pertimbangan yang dibuat akan memberikan hasil yang berbeda. Bila yang menilai pekerjaan mempunyai pengetahuan yang sama, maka kesalahan akan dapat diketahui.

5. Hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation) Berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional. Dengan seringnya berkumpul dan berdiskusi dengan sesama profesi akan mendapat banyak masukan dari sumber yang lebih profesional lagi. Dengan

banyaknya tambahan masukan akan menambah akumulasi

pengetahuan auditor sehingga dapat lebih bijaksana dalam membuat perencanaan dan pertimbangan dalam proses pengauditan.


(29)

C. Komitmen Profesional

Menurut Arens and Loebbecke (2003) istilah profesional berarti tanggung jawab untuk berperilaku yang lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dan lebih dari sekedar memenuhi undang-undang dan peraturan masyarakat. Sebagai profesional, akuntan publik mengakui tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien, dan rekan seprofesi termasuk untuk berperilaku yang terhormat, sekalipun ini berarti pengorbanan.

Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku profesional yang lebih tinggi pada setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan perorangan. Bagi akuntan publik penting untuk meyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan akan kualitas audit dan jasa lainnya. Jika pemakai jasa tidak mempunyai keyakinan kepada akuntan publik, maka kemampuan profesional untuk memberikan jasa kepada klien dan masyarakat secara efektif berkurang (Arens and Loebbecke, 2003).

Komitmen profesional mendasari perilaku, sikap, dan orientasi profesional dalam menjalankan tugas dan pekerjaanya sesuai prosedur tertentu dalam upaya menjalankan tugasnya dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Menurut Aranya (1981) dalam Wibowo (2003) professional commitment merupakan kekuatan relatif dari identifikasi dengan/dan keterlibatan dalam profesi yang dianut. Professional Commitment


(30)

profesi, (2) kemauan untuk berusaha mencapai tujuan profesinya, dan (3) keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam profesi. Dengan demikian Professional Commitment merupakan suatu perilaku dan sikap seseorang untuk mengembangkan profesinya dan selalu berusaha mencapai tujuan profesi.

D. Cara Akuntan Publik Mewujudkan Perilaku Profesional

IAI berwenang menetapkan standar (yang merupakan pedoman) dan aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota termasuk setiap kantor akuntan publik lain yang beroperasi sebagai auditor independen. Persyaratan-persyaratan ini dirumuskan oleh komite-komite yang dibentuk oleh IAI. Ada empat bidang utama dimana IAI berwenang menetapkan standar dan memuat aturan yang bisa meningkatkan perilaku profesional seorang auditor:

1) Standar auditing

Komite Standar Profesional Akuntan Publik (Komite SPAP) IAI bertanggung jawab untuk menerbitkan standar auditing. Standar ini disebut sebagai Pernyataan Standar Auditing atau PSA (sebelumnya disebut sebagai NPA dan PNPA). Di Amerika Serikat pernyataan ini disebut sebagai SAS (Statement on Auditing Standard) yang dikeluarkan oleh Auditing Standard Boards (ASB). Pada tanggal 10 November 1993 dan 1 Agustus 1994 pengurus pusat IAI telah mensahkan sejumlah pernyataan standar auditing (sebelumnya disebut sebagai norma pemeriksaan akuntan-NPA). Penyempurnaan ini


(31)

terutama sekali bersumber pada SAS dengan penyesuaian terhadap kondisi Indonesia dan standar auditing internasional.

2) Standar kompilasi dan penelaahan laporan keuangan

Komite SPAP IAI dan Compilation and Review Standards Committee bertanggung jawab untuk mengeluarkan pernyataan mengenai pertanggungjawaban akuntan publik sehubungan dengan laporan keuangan suatu perusahaan yang tidak diaudit. Pernyataan ini di Amerika Serikat disebut Statements on Standards for Accounting and Review Services (SSARS) dan di Indonesia disebut Pernyataan Standard Jasa Akuntansi dan Review (PSAR). PSAR disahkan pada 1 Agustus 1994 menggantikan pernyataan NPA sebelumnya mengenai hal yang sama. Bidang ini mencakup dua jenis jasa, pertama, untuk situasi dimana akuntan membantu kliennya menyusun laporan keuangan tanpa memberikan jaminan mengenai isinya (jasa kompilasi). Kedua, untuk situasi dimana akuntan melakukan prosedur-prosedur pengajuan pertanyaan dan analitis tertentu, sehinggga dapat memberikan suatu keyakinan terbatas bahwa tidak diperlukan perubahan apapun terhadap laporan keuangan bersangkutan (jasa review).

3) Standar atestasi lainnya

Tahun 1986, AICPA menerbitkan Statement on Standards for Atestation Engagements. IAI sendiri mengeluarkan beberapa pernyataan standar atestasi pada 1 Agustus 1994 pernyataan ini


(32)

mempunyai fungsi ganda, pertama, sebagai kerangka yang harus diikuti oleh badan penetapan standar yang ada dalam IAI untuk mengembangkan standar yang terinci mengenai jenis jasa atestasi yang spesifik. Kedua, sebagai kerangka pedoman bagi para praktisi bila tidak terdapat atau belum ada standar spesifik seperti itu. Komite Kode Etik IAI di Indonesia dan Committee on Professional Ethics di Amerika Serikat menetapkan ketentuan perilaku yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan publik yang meliputi standar teknis. Standar auditing, standar atestasi, serta standar jasa akuntansi dan review dijadikan satu menjadi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

E. Peran Akuntan Publik

Raelin J.A (1989) dalam Leng (1997) melihat ada tiga sumber yang menyebabkan adanya ketidaksesuaian peranan yang dialami profesional yang bekerja dalam organisasi, yaitu: pertama, profesional terus menerus menuntut otonomi terhadap pekerjaan itu sendiri dan kondisi kerja mereka. Kedua, profesional cenderung bertanggungjawab terhadap profesi yang sudah dipilihnya dan memihak kepada profesi tersebut dari pada kepada organisasi tempat mereka bekerja. Ketiga, profesional setia kepada norma dan standar yang ditetapkan oleh organisasi profesionalnya dibandingkan dengan norma dan standar yang ditetapkan oleh atasan mereka dalam organisasi tempat mereka bekerja.


(33)

Eksternal Auditor akan berusaha menemukan ketidakberesan yang ada. Dalam hal ini eksternal auditor akan mengklarifikasi pekerjaannya sampai dengan kecurangan tersebut ditemukan. Tanggungjawab eksternal auditor sehubungan dengan adanya kegagalan pendeteksian kecurangan akan timbul hanya apabila kegagalan tersebut jelas berakibat dari ketidaktaatannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hal ini disebabkan bahwa pengujian umum yang dilakukan untuk menyatakan suatu pendapat yang berhubungan dengan laporan keuangan tidak dirancang dan tidak dapat diandalkan untuk mengungkapkan penggelapan dan ketidakberesan (Suryo, 1999).

Sebagai konsekuensi, sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), eksternal auditor mempunyai tanggungjawab, dengan keterbatasan yang melekat pada proses auditing, untuk merencanakan pengujiannya dalam rangka mencari kesalahan atau ketidakberesan yang akan mempunyai pengaruh yang material atas laporan keuangan, dan melakukan kemahiran profesionalismenya secara cermat dan seksama.

F. Jenis Resiko Utama dalam Praktek Audit

Terdapat tiga jenis resiko utama yang umumnya dihadapi dalam praktek audit di Indonesia (Juniarti:2000). Ketiga jenis resiko tersebut meliputi: tuntutan (litigation), kecurangan (fraud), dan opini


(34)

audit yang tidak sesuai yang disebabkan karena salah saji material informasi keuangan dan pengungkapan yang tidak memadai.

1. Litigation: makin meningkatnya tanggung jawab hukum dalam menerbitkan opini audit yang sesuai. Auditor tidak bisa lagi seenaknya memberikan opini, karena masyarakat semakin sensitif terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh auditor. Auditor perlu memikirkan kerugian dan sanksi-sanksi yang harus dihadapi, jika sampai terkena tuntutan (litigation).

2. Fraud: konsekuensi yang harus dihadapi jika terjadi kecurangan-kecurangan yang tidak mampu terdeteksi oleh auditor selama melakukan penugasan, dan ternyata kecurangan tersebut ditemukan oleh pihak lain. Kecurangan yang dapat ditemukan selama penugasan disisi lain juga menimbulkan resiko tersendiri bagi auditor.

3. Opini audit yang tidak sesuai yang disebabkan karena salah saji material informasi keuangan dan pengungkapan yang tidak memadai. Opini yang tidak sesuai akan berakibat fatal bagi auditor apalagi jika opini tersebut dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan pihak-pihak yang berkepentingan agar auditor terhindar dari resiko semacam ini auditor perlu menjaga mutu pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan. Auditor perlu menegaskan dalam engagement letter batas-batas tanggung jawab auditor, dan bahwa auditor tidak ikut bertanggung jawab terhadap salah saji material yang dilakukan oleh pihak manajemen.


(35)

G. Pengertian, Proses, Unsur dan Faktor Pemicu Fraud

Dalam Kamus Inggris-Indonesia (echols dkk:2003), fraud berarti (1) penipuan, (2) seorang penipu atau gadungan (3) kecurangan, (4) penggelapan. Proses fraud biasanya terdiri dari 3 macam, yaitu pencurian (theft) dari sesuatu yang berharga (cash, inventory, tools, supplies, equipment atau data), konversi (conversion) asset yang dicuri kedalam cash dan pengelabuhan/penutupan (concealment) tindakan kriminal agar tidak dapat terdeteksi.

Unsur-unsur fraud antara lain sekurang-kurangnya melibatkan dua pihak (collussion), tindakan penggelapan/penghilangan atau false representation dilakukan dengan sengaja, menimbulkan kerugian nyata atau potensial atas tindakan pelaku fraud. Meskipun perusahaan secara hukum dapat menuntut pelaku fraud, ternyata tidak mudah usaha untuk menangkap para pelaku fraud, mengingat pembuktiannya relatif sulit.

Dalam SPAP (2001) kesalahan pencatatan akuntansi bisa dikategorikan menjadi dua: kelalaian dan kecurangan. Kelalaian

(error) mengacu pada kesalahan akuntansi yang dilakukan secara tidak sengaja diakibatkan oleh salah perhitungan, salah pengukuran, salah estimasi serta salah interpretasi standar akuntansi. Kecurangan (fraud)

mengacu kepada kesalahan akuntansi yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan meyesatkan pembaca/pengguna laporan keuangan. Tindakan ini dilakukan dengan motivasi negatif guna mengambil keuntungan sebagian pihak. Singkatnya, kedua kategori kesalahan


(36)

akuntansi di atas dibedakan oleh motif tujuannya, apakah tidak sengaja

(unintentional) atau disengaja (intentional). Karena kelalaian akuntansi sifatnya tidak disengaja dan standard akuntansi pun memberikan “ruang” untuk memperbaikinya, maka tipe kesalahan ini tidaklah terlalu patut untuk dirisaukan, yang menjadi masalah saat ini adalah kesalahan akuntansi yang disengaja (fraud) yang selanjutnya akan kita sebut sebagai kesalahan akuntansi. Berdasarkan tipe transaksinya, kecurangan akuntansi dapat dibagi menjadi: menjual lebih banyak

(selling more), pembebanan lebih sedikit (costing less), memiliki lebih banyak (owning more), memiliki lebih sedikit (owning less), menyajikan lebih baik (presenting it better) dan tipe lain kecurangan akuntansi (others).

H. Jenis-jenis fraud

Menurut Effendi (2006) jenis-jenis fraud yang sering terjadi di berbagai perusahaan pada umumnya dapat dibedakan atas 3 (tiga) macam : 1. Pemalsuan (Falsification) data dan tuntutan palsu (illegal act). Hal ini terjadi manakala seseorang secara sadar dan sengaja memalsukan suatu fakta, laporan, penyajian atau klaim yang mengakibatkan kerugian keuangan atau ekonomi dari para pihak yang menerima laporan atau data palsu tersebut.

2. Penggelapan kas (embezzlement cash), pencurian persediaan/aset (Theft of inventory / asset) dan kesalahan (false) atau misleading catatan dan dokumen. Penggelapan kas adalah kecurangan dalam pengalihan hak milik


(37)

perorangan yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai hak milik itu di mana pemilikan diperoleh dari suatu hubungan kepercayaan. Contoh khas adalah kitting atau lapping dalam skema pencurian uang. Lapping

adalah seseorang mencuri uang kas yang digunakan oleh Customer A

untuk membayar piutangnya (Account Receivable), dana yang diterima dari Customer B digunakan untuk membayar saldo A/R milik Customer A,

(gali lubang tutup lubang). Sedangkan Kitting adalah seseorang menutupi pencuriannya dengan menciptakan kas melalui transfer uang antar bank (interbank transfer). Seseorang menciptakan kas dengan mendepositokan check dari bank A ke Bank B dan menarik uangnya. Karena di Bank A, dananya tidak cukup, maka yang bersangkutan mendepositokan check dari Bank C ke Bank A sebelum check ke Bank B dikliringkan. Demikian polanya berjalan terus dengan check dan deposit sebanyak diperlukan untuk menjaga agar check-nya tidak sampai ditolak.

3. Kecurangan Komputer (Computer fraud) meliputi tindakan ilegal yang mana pengetahuan tentang teknologi komputer adalah esensial untuk

perpetration, investigation atau prosecution. Dengan menggunakan sebuah komputer seorang fraud perpetrator dapat mencuri lebih banyak dalam waktu lebih singkat dengan usaha yang lebih kecil. Pelaku fraud telah menggunakan berbagai metode untuk melakukan Computer fraud .

Pengkategorian Computer fraud melalui penggunaan data processing model, dapat dirinci sbb :


(38)

a. Cara yang paling sederhana dan umum untuk melaksanakan fraud

adalah mengubah computer input.

b. Computer fraud dapat dilakukan melalui penggunaan sistem (dalam hal ini Processor) oleh yang tidak berhak, termasuk pencurian waktu dan jasa komputer serta penggunaan komputer untuk keperluan diluar

job deskripsi pegawai.

c. Computer fraud dapat dicapai dengan mengganggu software yang mengolah data perusahaan atau Computer istruction. Cara ini meliputi mengubah software, membuat copy ilegal atau menggunakannya tanpa otorisasi.

d. Computer fraud dapat dilakukan dengan mengubah atau merusak

data files perusahaan atau membuat copy, menggunakan atau melakukan pencarian terhadap data tanpa otorisasi.

e. Computer fraud dapat dilaksanakan dengan mencuri atau

menggunakan secara tidak benar system output.

Hasil penelitian Wilopo, (2006) membuktikan serta mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan kefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Hasil penelitian Wilopo tersebut juga menunjukkan bahwa dalam upaya menghilangkan perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi memerlukan usaha yang


(39)

menyeluruh, tidak secara partial. Menurut Wilopo, upaya menghilangkan perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi, antara lain :

1. Mengefektifkan pengendalian internal, termasuk penegakan hukum.

2. Perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian. 3. Pelaksanaan good governance.

4. Memperbaiki moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan dengan mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan, negara dan masyarakat.

I. Fraudulent Financial Reporting

Fraudulent financial reporting adalah perilakuyang disengaja atau ceroboh, baik dengan tindakan atau penghapusan, yang menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan (bias). Fraudulent financial reporting yang terjadi disuatu perusahaan memerlukan perhatian khusus dari auditor independen.

Beberapa atribut yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya risiko terdapat fraudulent financial reporting di perusahaan (Effendi,2006), antara lain :

1. Terdapat kelemahan dalam pengendalian intern (internal control). 2. Perusahaan tidak memiliki komite audit.


(40)

3. Terdapat hubungan kekeluargaan (family relationship) antara manajemen (Director) dengan karyawan perusahaan.

Penyebab fraudulent financial reporting umumnya 3 (tiga) hal sbb : 1. Manipulasi, falsifikasi, alterasi atas catatan akuntansi dan dokumen

pendukung atas laporan keuangan yang disajikan.

2. Salah penyajian (misrepresentation) atau kesalahan informasi yang signifikan dalam laporan keuangan.

3. Salah penerapan (misapplication) dari prinsip akuntansi yang berhubungan dengan jumlah, klasifikasi, penyajian (presentation) dan pengungkapan (disclosure).

Fraudulent financial reporting juga dapat disebabkan adanya kolusi antara manajemen dengan auditor independen. Salah satu upaya untuk mencegah adanya kolusi tersebut, maka perlu dilakukan rotasi auditor independen dalam melakukan audit suatu perusahaan.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi perlu menyelenggarakan suatu lokakarya (workshop) tentang fraudulent financial reporting atau fraud in financial statement untuk para akuntan publik agar terdapat pemahaman yang sama, sehingga dapat dilakukan pencegahan serta pendeteksian secara dini kemungkinan terjadinya fraud di perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar akuntan publik dapat berhasil mendeteksi adanya fraud, sehingga dapat dihindarkan akuntan publik gagal mendeteksi terjadinya fraud yang


(41)

sangat merugikan berbagai pihak. Dua tipe salah saji yang relevan menjadi pertimbangan auditor atas fraud adalah:

1. Salah saji yang timbul dari fraudulent pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan yang disengaja atas jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang ditujukan untuk memperdaya pengguna atas jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang ditujukan untuk memperdaya pengguna laporan keuangan dimana efek yang timbul adalah ketidaksesuaian laporan keuangan, dalam semua hal yang material, dengan prinsip akuntansi berlaku umum (PABU) fraudulent pelaporan keuangan dapat disebabkan.

2. Salah saji yang timbul dari penggelapan aset, termasuk di dalamnya pencurian atas aset perusahaan yang berpengaruh terhaap ketidaksesuaian laporan keuangan, dalam semua hal yang material, dengan PABU. Penggelapan aset dapat terjadi dalam banyak cara, antara lain: penggelapan penerimaan, pencurian aset, atau menyebabkan perusahaan harus membayar atas barang atau jasa yang tidak pernah diterima.

J. Pencegahan dan pendeteksian fraud

Mengingat fraud merupakan problem yang sangat serius, maka perusahaan harus mengambil langkah-langkah komprehensif untuk memproteksi sistem informasinya. Metode yang paling efektif untuk


(42)

memperoleh security system yang mencukupi adalah terletak pada integritas (integrity) karyawan perusahaan. Menurut Effendi (2006) perusahaan dapat mengambil langkah untuk meningkatkan integritas karyawan dan mengurangi kemungkinan karyawan melakukan fraud dengan memperhatikan :

1. Hiring & firing practices. Dalam melakukan penerimaan dan pemecatan karyawan harus dilakukan dengan hati-hati dan selektif.

2. Managing disgruntled employees. Banyak karyawan yang melakukan fraud adalah dalam rangka mencari pembalasan atau justice terhadap kesalahan-kesalahan yang pernah ditimpakan kepada mereka.

3. Employee training. Fraud jauh lebih sedikit akan terjadi dalam lingkungan dimana para karyawan percaya bahwa keamanan (security) merupakan tanggung jawab bersama, baik karyawan maupun manajemen.

Salah satu cara untuk mencegah timbulnya fraud adalah dengan merancang sebuah sistem yang dilengkapi dengan internal control yang cukup memadai sehingga fraud sukar dilakukan oleh pihak luar maupun orang dalam perusahaan. The National Commission On Fraudulent Financial Reporting (The Treadway Commission) dalam Effendi (2006) merekomendasikan 4 (empat) tindakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya fraudulent financial reporting, yaitu:

1. Membentuk lingkungan organisasi yang memberikan kontribusi terhadap integritas proses pelaporan keuangan(financial reporting).


(43)

2. Mengidentifikasi dan memahami faktor- faktor yang mengarah ke

fraudulent financial reporting.

3. Menilai resiko fraudulent financial reporting di dalam perusahaan.

4. Mendisain dan mengimplementasikan internal control yang memadai untuk financial reporting.

K. Kerangka Pemikiran

Gambar dibawah ini menunjukkan kerangka pemikiran yang dibuat dalam model penelitian mengenai pengaruh profesionalisme akuntan publik terhadap peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan (penelitian pada beberapa kantor akuntan publik di DKI Jakarta).

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1

Model Hubungan Profesionalisme Akuntan Publik Terhadap Peran Akuntan Publik Dalam Pengungkapan Kecurangan

X1

X3

X4

X5

X2


(44)

Keterangan:

Y : Peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan X1 : Pengabdian pada profesi

X2 : Kewajiban sosial

X3 : Kemandirian

X4 : Keyakinan profesi

X5 : Hubungan dengan sesama profesi

L. Pengembangan Hipotesis

Perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah profesionalisme akuntan publik berpengaruh terhadap peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan. Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha1: Pengabdian pada profesi berpengaruh terhadap peran akuntan

publik dalam pengungkapan kecurangan.

Ha2: Kewajiban sosial berpengaruh terhadap peran akuntan publik

dalam pengungkapan kecurangan.

Ha3: Kemandirian berpengaruh terhadap peran akuntan publik dalam

pengungkapan kecurangan.

Ha4: Keyakinan profesi berpengaruh terhadap peran akuntan publik


(45)

Ha5: Hubungan dengan sesama profesi berpengaruh terhadap peran

akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan.

Ha6: Pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan

terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi secar simultan berpengaruh terhadap peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan.


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penulisan ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai suatu fenomena yang terjadi dalam suatu populasi (Indriantoro dan Supomo, 2002:26)

Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan kausal yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu profesionalisme akuntan publik yang terdiri dari pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi terhadap variabel dependen yaitu peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan.

B. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini mengambil objek auditor yang bertugas di kantor akuntan publik yang ada di DKI Jakarta. Metode sampling yang digunakan adalah convenience sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, sehingga penulis mempunyai kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan mudah.


(47)

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) data primer dikumpulkan melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner (indriantoro dan Supomo, 2002:26). Kuesioner dikirimkan secara langsung kepada responden.

D. Metode Analisis

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya ialah

menganalisis data berdasarkan metode penilaian yang sesuai untuk digunakan. Kegiatan analisis dan pengolahan data dengan melakukan tabulasi terhadap kuesioner dengan memberikan dan menjumlahkan bobot jawaban pada masing-masing pertanyaan untuk masing-masing variabel. Analisis data-data tersebut menggunakan metode regresi berganda (multiple regression) yang dimaksudkan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen. Secara umum, analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas) dengan tujuan untuk mengetimasi dan mempredikdi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.

Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai


(48)

variabel dependen dengan suatu persamaan. Koefisien regresi dihitung dengan dua tujuan sekaligus, yaitu; meminimumkan penyimpangan antara nilai aktual, dan nilai estimasi variabel dependen berdasarkan data yang ada. Dalam penelitian ini persamaan regresi yang digunakan adalah:

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Penjelasan model diatas adalah sebagai berikut:

Y :Peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan b1,..b5 : Koefisien regresi

X1 : Pengabdian pada profesi X2 : Kewajiban sosial

X3 : Kemandirian

X4 : Keyakinan profesi

X5 : Hubungan dengan sesama profesi a : Konstan

e : Galat (error terms)

E. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam penelitian ini uji validitas di ukur dengan


(49)

melakukan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel.

2. Uji Reliabilitas

Hasil dari uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui instrumen penelitian yang dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik cronbach alpha. Dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar: (a) <0,6 tidak reliabel, (b) 0,6-0,7 acceptable, (c) 0,6-0,7-0,8 baik, dan (d) >0,8 sangat baik (Sekaran, 2006).

Metode analisis melalui statistik deskriptif mengenai karakteristik responden digunakan tabel frekuensi absolute yang menunjukkan angka rata-rata, kisaran teoritis, kisaran sesungguhnya dan standar deviasi.

F. Uji Hipotesis

Metode Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah

Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis). Pada dasarnya merupakan ekstensi dari model regresi dalam analisis bivariate yang umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan sakala interval atau rasio dalam suatu pengukuran linear.


(50)

Riset dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan media kuesioner. Kuesioner diberikan kepada responden dengan meminta izin dan membuat janji terlebih dahulu. Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti sendiri dengan mendatangi kantor tempat penelitian dan bertemu langsung dengan objek penelitian dalam hal ini auditor eksternal yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang ada di wilayah DKI Jakarta.

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolonieritas

Multikolinearitas menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. (Santoso 2000: 206) menyatakan bahwa deteksi adanya multikolinearitas dibagi menjadi 2 yaitu: (a) besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Pedoman suatu model regresi bebas multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan mempunyai nilai tolerance mendekati 1, serta (b) besaran korelasi antar variabel independen. Pedoman suatu model regresi bebas multikolinearitas adalah koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (di bawah 0,5).


(51)

b. Uji Autokorelasi

Digunakan untuk menguji sebuah model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem serial korelasi. (Ghozali,2005:95) menyatakan untuk mendeteksi autokorelasi dapat menggunakan angka Durbin-Watson (D-W). Angka DW dibawah -2 berarti ada autokorelasi, angka DW dibawah -2 sampai dengan +2 berarti tidak ada autokorelasi, angka DW +2 diatas berarti ada autokorelasi negatif.

c. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas terjadi jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain terjadi ketidaksamaan. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat melihat grafik scatterplot. Deteksinya dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual yang telah di studendized (Santoso, 2000: 210).

Dasar pengambilan keputusan antara lain sebagai berikut: (a) jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar), maka telah terjadi heteroskedastisitas dan (b) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak


(52)

terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali,2005:105) menyatakan: “deteksi heterokedastisitas dapat menggunakan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan variabel independen dengan residual. Jika hasil uji Glejser signifikan, maka telah terjadi heterokedastisitas. Sedangkan jika hasil uji Glejser tidak signifikan, maka model regresi tersebut bebas heterokedastisitas.

d. Uji Normalitas

Menguji dalam sebuah model regresi berganda yaitu variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat melihat grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual, deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik (Santoso, 2000:214). Dasar pengambil keputusan antara lain: (1) jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, serta (2) jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:110).


(53)

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh profesionalisme akuntan publik yang terdiri dari pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi terhadap peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan melalui analisis regresi berganda, yaitu:

a. Uji Koefisien determinasi

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen, yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi dalam menjelaskan variasi variabel dependen yaitu: peran akuntan publik. Nilai koefisien determinasi (R2) untuk menunjukkan persentase tingkat kebenaran prediksi dari pengujian regresi yang dilakukan. Nilai R2, memiliki range antara 0 sampai 1. jika nilai R2 semakin mendekati 1 maka berarti semakin besar variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen, diukur dengan korelasi (R). jika angka R diatas 0,5 maka korelasi atau hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah kuat. Sebaliknya, jika angka R dibawah 0,5 maka korelasi atau hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah lemah (santoso, 2002:167).


(54)

b. Uji signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t diperlukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing independen terhadap variabel dependen.

Apabila sig t lebih besar dari 0,05, maka Ha ditolak. Demikian pula sebaliknya jika sig t lebih kecil dari 0.05, maka Ha diterima, bila Ha diterima ini berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:58).

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji keseluruhan variabel independen, yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, hubungan dengan sesama profesi terhadap satu variabel dependen, yaitu: peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan. Secara bebas dengan signifikansi sebesar 0.05, dapat disimpulkan (Ghozali, 2005:45): a. Jika nilai signifikan < 0.05, maka Ha diterima.


(55)

G. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

Sebagai variabel dependen dalam penelitian ini adalah peran akuntan publik. Sedangkan variabel independennya adalah pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, hubungan dengan sesama profesi.

Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan adalah skala

Likert yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Skala Likert umumnya menggunakan lima angka penilaian, yaitu: (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) tidak pasti atau netral, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak setuju.

Pengukuran dari masing-masing variabel dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Pengabdian Pada Profesi

Definisi pengabdian pada profesi adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan.

2. Kewajiban Sosial

Definisi kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.

3. Kemandirian

Definisi kemandirian adalah suatu pandangan seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota profesi).


(56)

Definisi keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luas yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

5. Hubungan Dengan Sesama Profesi

Definisi hubungan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagi ide utama dalam pekerjaan.

6. Peran Akuntan Publik Dalam Pengungkapan Kecurangan

Pengertian peran (role) adalah seperti yang dinyatakan oleh van Sell et al. dalam Collins et al., (1995) yaitu seperangkat penghargaan yang ditujukan kepada pemegang jabatan pada posisi tertentu.


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Objek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik yang ada di wilayah DKI Jakarta. Pada penelitian ini penulis mencoba untuk mengukur pengaruh profesionalisme akuntan publik terhadap peran akuntan publik dalam mendeteksi kecurangan. Peneliti membagi dan mengumpulkan kuesioner secara langsung kepada KAP yang terdapat di wilayah DKI Jakarta yang ditujukan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1

Wilayah dan Nama KAP

No. Wilayah Nama KAP

1. Jakarta Selatan Tedy Chandra, BAP

2. Jakarta Selatan S. Mannan, Sofwan, Adnan & Rekan 3. Jakarta Selatan Rama Wendra

4. Jakarta Selatan Armanda & Enita

5. Jakarta Pusat Ahmad Toha, BAP

6. Jakarta Pusat Drs. Irwanto 7. Jakarta Pusat Joachim Sulistyo


(58)

8. Jakarta Pusat Darmenta & Tjahjo

9. Jakarta Pusat Budiman, Wawan, Pamudji & Rekan 10. Jakarta Pusat Aria & Jonnardi

11. Jakarta Pusat Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte) 12. Jakarta Barat Jamaludin Iskak, BAP

13. Jakarta Barat Handoko & Suparmun

14. Jakarta Barat Drs. Sukrisno Agoes,MM & Rekan 15. Jakarta Timur Syarief Basier & Rekan

16. Jakarta Timur Abdul Azis

17. Jakarta Utara Esy Kaslim

18. Jakarta Utara Ngurah Arya & Rekan Sumber: data diolah

Penyebaran kuesioner dilakukan mulai pertengahan bulan april 2009 hingga pertengahan bulan mei 2009. Rincian distribusi kuesioner dalam penelitian disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini:


(59)

Tabel 4.2 Distribusi kuesioner

Keterangan Jumlah

Kuesioner yang dibagikan 60

Kuesioner yang tidak kembali 2

Kuesioner yang kembali 58

Kuesioner yang tidak bisa diolah 2

Kuesioner yang bisa diolah 56

Tingkat pengembalian (response rate) 58/60 * 100%

96,67%

Sumber: data primer yang diolah

Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa dari 60 kuesioner yang dibagikan kepada para responden, ternyata kuesioner yang kembali sebanyak 58 kuesioner atau sebesar 96,67%. Hal ini menunjukkan tingkat response rate yang sangat tinggi. Namun, dari semua kuesioner yang kembali, sebanyak 56 kuesioner yang dapat diolah atau sebesar 93,33% dan sisanya sebanyak 2 kuesioner atau 3,33% tidak dapat diolah karena pengisian kuesioner yang tidak lengkap.


(60)

2. Karakteristik Responden

Berikut ini adalah karakteristik responden yang disajikan dalam tabel 4.3:

Tabel 4.3

Karakteristik responden

Keterangan Frekuensi

Jumlah Persentase

Jumlah responden 56 100%

Jenis kelamin: - Laki-laki - Perempuan 40 16 71,43% 28,57% Pendidikan: - S3 - S2 - S1 - D3 - 7 46 3 - 12,5% 82,14% 5,36% Lama bekerja:

- > 10 tahun - 5 – 10 tahun - 3 – 5 tahun - < 3 tahun

3 4 16 33 5,36% 7,14% 28,57% 58,93% Jabatan: - Partner - Manager - Supervisor - Senior auditor - Junior auditor

2 3 4 15 32 3,57% 5,36% 7,14% 26,79% 57,14% Sumber: data primer yang diolah


(61)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden penelitian mayoritas adalah laki-laki, yakni sebanyak 40 orang atau sebesar 71,43% dan sisanya perempuan sebanyak 16 orang atau sebesar 28,57%. Sebagian besar auditor eksternal yang menjadi responden pada penelitian ini berpendidikan S1, yakni sebanyak 46 orang atau sebesar 82,14%. Responden yang berpendidikan S2 sebanyak 7 orang atau sebesar 12,5% dan yang terkecil adalah pendidikan D3 yang hanya ada tiga orang atau sebesar 5,36%. Sedangkan untuk jenjang pendidikan S3 tidak terdapat responden. Di lihat dari lamanya responden bekerja di instansi tersebut, sebanyak tiga orang atau sebesar 5,36% yang bekerja selama lebih dari 10 tahun, yang bekerja selama kurun waktu 5 sampai 10 tahun sebanyak 4 orang atau sebesar 7,14% dan yang sudah bekerja selama kurun waktu 3 sampai 5 tahun adalah sebanyak 16 orang atau 28,57%. Responden terbesar adalah yang lama bekerjanya kurang dari 3 tahun yakni sebanyak 33 orang atau 58,93%. Dari kelompok jabatan di dalam instansi tersebut, sebanyak dua orang atau sebesar 3,57% adalah partner, sebanyak 3 orang atau sebesar 55,36% merupakan manajer, lalu yang menduduki posisi sebagai supervisor sebanyak empat orang atau sebesar 7,14%. Senior auditor sebanyak 15 orang atau sebesar 26,79% dan junior auditor merupakan responden terbesar yaitu sebanyak 32 orang atau 57,14%.


(62)

B. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Tabel 4.4

Uji Validitas Instrumen Pengabdian pada Profesi

Instrumen Pearson

correlation

Signifikan Status

PPP1 .479(**) .000 Valid

PPP2 .509(**) .000 Valid

PPP3 .670(**) .000 Valid

PPP4 .798(**) .000 Valid

PPP5 .825(**) .000 Valid

PPP6 .642(**) .000 Valid

PPP7 .612(**) .000 Valid

PPP8 .655(**) .000 Valid

Sumber: data primer yang diolah

Dari tabel 4.4 di atas terlihat bahwa instrumen pengabdian pada profesi menunjukkan hasil yang signifikan, karena tingkat signifikansinya di bawah 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan valid.


(63)

Tabel 4.5

Uji Validitas Instrumen Kewajiban Sosial

Instrumen Pearson correlation Signifikan Status

Ks1 .841(**) .000 Valid

Ks2 .906(**) .000 Valid

Ks3 .838(**) .000 Valid

Ks4 .617(**) .000 Valid

Ks5 .537(**) .000 Valid

Ks6 .390(**) .003 Valid

Sumber: data primer yang diolah

Dari tabel 4.5 di atas terlihat bahwa instrumen kewajiban sosial menunjukkan hasil yang signifikan, karena tingkat signifikansinya di bawah 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan valid.

Tabel 4.6

Uji Validitas Instrumen Kemandirian

Instrumen Pearson correlation Signifikan Status

Km1 .683(**) .000 Valid

Km2 .854(**) .000 Valid

Km3 .863(**) .000 Valid

Km4 .835(**) .000 Valid

Km5 .617(**) .000 Valid

Sumber: data primer yang diolah

Dari tabel 4.6 di atas terlihat bahwa instrumen kemandirian menunjukkan hasil yang signifikan, karena tingkat signifikannya di


(64)

bawah 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan valid.

Tabel 4.7

Uji Validitas Instrumen Keyakinan Terhadap Profesi

Instrumen Pearson correlation Signifikan Status

Ktp1 .678(**) .000 Valid

Ktp2 .794(**) .000 Valid

Ktp3 .771(**) .000 Valid

Ktp4 .739(**) .000 Valid

Ktp5 .630(**) .000 Valid

Sumber: data primer yang diolah

Dari tabel 4.7 di atas terlihat bahwa instrumen keyakinan terhadap profesi menunjukkan hasil yang signifikan, karena tingkat signifikannya di bawah 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan valid.


(65)

Tabel 4.8

Uji Validitas Instrumen Hubungan dengan Sesama Profesi

Instrumen Pearson

correlation

Signifikan Status

Hsp1 .709(**) .000 Valid

Hsp2 .740(**) .000 Valid

Hsp3 .839(**) .000 Valid

Hsp4 .799(**) .000 Valid

Hsp5 .834(**) .000 Valid

Hsp6 .801(**) .000 Valid

Hsp7 .845(**) .000 Valid

Sumber: data primer yang diolah

Dari tabel 4.8 di atas terlihat bahwa instrumen hubungan dengan sesama profesi menunjukkan hasil yang signifikan, karena tingkat signifikannya di bawah 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan valid.

Tabel 4.9

Uji validitas Instrumen Peran Akuntan Publik

Instrumen Pearson

correlation

Signifikan Status

Dpd1 .655(**) .000 Valid

Dpd2 .587(**) .000 Valid

Dpd3 .724(**) .000 Valid

Dpd4 .590(**) .000 Valid

Dpd5 .774(**) .000 Valid

Dpd6 .724(**) .000 Valid


(66)

Dari tabel 4.9 di atas terlihat bahwa instrumen peran akuntan publik dalam pengungkapan kecurangan menunjukkan hasil yang signifikan, karena tingkat signifikannya di bawah 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Tabel 4.10

Uji Reliabilitas Instrumen Pengabdian pada Profesi

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.796 .812 8

Sumber: data primer yang diolah

Dari tabel 4.10 di atas terlihat bahwa instrumen pengabdian pada profesi memiliki koefisien korelasi > 0,600 yaitu 0,812 menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.


(67)

Tabel 4.11

Uji Reliabilitas Instrumen Kewajiban Sosial

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.776 .779 6

Sumber: data primer yang diolah

Dari tabel 4.11 di atas terlihat bahwa instrumen kewajiban sosial memiliki koefisien korelasi > 0,600 yaitu 0,779 menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.

Tabel 4.12

Uji Reliabilitas Instrumen Kemandirian

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.831 .830 5

Sumber: data primer yang diolah

Dari tabel 4.12 di atas terlihat bahwa instrumen kemandirian memiliki koefisien korelasi > 0,600 yaitu 0,830 menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.


(68)

Tabel 4.13

Uji Reliabilitas Instrumen Keyakinan Terhadap Profesi

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.752 .776 5

Sumber: data primer yang diolah

Dari tabel 4.13 di atas terlihat bahwa instrumen keyakinan terhadap profesi memiliki koefisien korelasi > 0,600 yaitu 0,776 menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.

Tabel 4.14

Uji Reliabilitas Instrumen Hubungan dengan Sesama Profesi

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.897 .904 7

Sumber: data primer yang diolah

Dari tabel 4.14 di atas terlihat bahwa instrumen hubungan dengan sesama profesi memiliki koefisien korelasi > 0,600 yaitu 0,904 menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi, dapat disimpulkan


(69)

bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.

Tabel 4.15

Uji Reliabilitas Instrumen Peran Akuntan Publik

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.598 .637 7

Sumber: data primer yang diolah

Dari tabel 4.15 di atas terlihat bahwa instrumen peran akuntan publik memiliki koefisien korelasi > 0,600 yaitu 0,637 menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.

C. Analisis dan Pembahasan

1. Uji asumsi klasik

a) Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Dalam penelitian ini uji


(70)

multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi atau hubungan di antara variabel pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi.

Tabel 4.16 Uji multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

pengabdian .649 1.540 kewajiban .576 1.736 kemandirian .565 1.770

keyakinan .475 2.106 hubungan .325 3.079

. Dependent Variable: peran

Hasil output SPSS pada tabel 4.16 di atas dapat di lihat bahwa semua variabel independen mempunyai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1. Hal ini dapat disimpulkan tidak terdapatnya korelasi antar variabel independen tersebut. Dengan demikian, maka tidak terdapat multikoloniearitas.


(71)

b) Uji Autokorelasi

Digunakan untuk menguji sebuah model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu. Hasil dari uji Autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.17 dibawah ini:

Tabel 4.17 Uji Autokorelasi

Hasil SPSS tersebut menunjukkan bahwa angka Durbin Watson sebesar 2,085. Angka DW dibawah -2 berarti ada autokorelasi, angka DW dibawah -2 sampai dengan +2 berarti tidak ada autokorelasi, angka DW +2 diatas berarti ada autokorelasi negatif. Hal ini berarti ada korelasi negatif atau tidak terdapat aurokorelasi karena angka DW +2.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .821a .674 .642 1.943 2.085

a. Predictors: (Constant), hubungan, pengabdian, kewajiban, kemandirian, keyakinan


(72)

c) Uji Heterokedastisitas

Gambar 4.1

Hasil Uji Heterokedastisitas

Dari grafik tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa grafik tersebut menunjukkan titik-titik yang menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas dalam regresi linear berganda.


(73)

d) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun ada metode yang lebih handal, yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Dengan melihat tampilan pada gambar 4.2 grafik histogram maupun gambar 4.3 grafik normal plot di bawah ini, maka dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola yang seimbang. Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi mendekati asumsi normalitas.


(74)

Gambar 4.2 Garfik Histogram

Gambar 4.3 Grafik Normal Plot


(1)

LAMPIRAN 4:

Uji Asumsi Klasik


(2)

Uji Multikolonieritas

Coefficient Correlations

a

Model

hubungan pengabdian kewajiban kemandirian keyakinan

1 Correlations hubungan

1.000

-.379

-.121

-.379

-.501

pengabdian

-.379

1.000

-.202

-.028

.146

kewajiban

-.121

-.202

1.000

-.174

-.261

kemandirian

-.379

-.028

-.174

1.000

-.035

keyakinan

-.501

.146

-.261

-.035

1.000

Covariances hubungan

.013

-.003

-.001

-.005

-.007

pengabdian

-.003

.005

-.001

.000

.001

kewajiban

-.001

-.001

.008

-.002

-.003

kemandirian

-.005

.000

-.002

.013

.000

keyakinan

-.007

.001

-.003

.000

.015

a. Dependent Variable: peran

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 6.341 2.220 2.857 .006

pengabdian -.113 .070 -.160 -1.600 .116 .649 1.540

kewajiban .128 .089 .154 1.451 .153 .576 1.736

kemandirian -.123 .113 -.116 -1.083 .284 .565 1.770

keyakinan .113 .121 .109 .935 .354 .475 2.106

hubungan .628 .112 .793 5.597 .000 .325 3.079


(3)

(4)

LAMPIRAN 5:

Uji Statistik

(Regression)


(5)

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 hubungan,

pengabdian, kewajiban, kemandirian, keyakinana

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: peran

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .821a .674 .642 1.943 2.085

a. Predictors: (Constant), hubungan, pengabdian, kewajiban, kemandirian, keyakinan b. Dependent Variable: peran

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 390.953 5 78.191 20.712 .000a

Residual 188.761 50 3.775

Total 579.714 55

a. Predictors: (Constant), hubungan, pengabdian, kewajiban, kemandirian, keyakinan b. Dependent Variable: peran


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 6.341 2.220 2.857 .006

pengabdian -.113 .070 -.160 -1.600 .116 .649 1.540

kewajiban .128 .089 .154 1.451 .153 .576 1.736

kemandirian -.123 .113 -.116 -1.083 .284 .565 1.770

keyakinan .113 .121 .109 .935 .354 .475 2.106

hubungan .628 .112 .793 5.597 .000 .325 3.079


Dokumen yang terkait

PERANAN ETIKA PROFESI DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK (Pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Bandung)

0 4 1

PENGARUH KESADARAN ETIS DAN PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA PENGARUH KESADARAN ETIS DAN PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA (Survei pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta

0 0 11

Pengaruh Penerapan Aturan Etika Terhadap Profesionalisme Akuntan Publik.

0 0 25

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya Timur).

0 0 89

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya Timur).

0 0 88

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya).

0 1 153

Peran Profesi Akuntan Publik Dalam Perek

0 0 2

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

0 1 16

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

0 1 28

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya Timur)

0 0 17