BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Di dalam perkembangan usahanya, untuk pengembangan usaha perusahaan perlu pendanaan. Pendanaan bisa dari internal maupun eksternal
perusahaan, yang tidak selalu dalam bentuk penyertaan modal dari pemilik tetapi dapat juga berupa pinjaman dari kreditur. Dengan demikian, pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan tidak lagi hanya terbatas pada pihak intern perusahaan melainkan juga pihak ekstern
perusahaan seperti investor dan kreditor Leng, 1997. Adanya kepentingan pihak di luar perusahaan terhadap laporan
keuangan yang disajikan berisi informasi yang dapat dipercaya, karena dari sudut pandangan pihak luar, pimpinan perusahaan mempunyai kepentingan,
baik kepentingan keuangan maupun kepentingan non keuangan dalam menyusun suatu laporan keuangan. Disamping itu peranan akuntan publik
juga telah dilembagakan oleh pemerintah, khususnya dalam bidang pasar modal. Dimana sebuah perusahaan yang akan go publik harus menyertakan
laporan keuangan yang telah diperiksa diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat “wajar tanpa Syarat” WTS. Namun sering dijumpai banyak
perusahaan yang laporan keuangan dan catatannya dinyatakan sehat oleh akuntan publik dan diijinkan go publik ternyata berada dalam kondisi yang
buruk atau tidak sehat. Dengan kata lain laporan akuntan publik dengan pendapat WTS tidaklah sesuai dengan keadaan perusahaan Leng, 1997.
Sebuah perusahaan dapat dikatakan sehat bila pembukuannya sudah diaudit dan disusun dalam bentuk neraca keuangan disertai catatan unqualified
opinion oleh akuntan publik. Hasil audit dengan unqualified opinion berarti segala transaksi yang menyangkut masalah finansial suatu perusahaan
dianggap telah di catat sesuai data-data dan bukti-bukti pendukung sebenarnya serta perkiraan yang tepat, tidak ada yang ditutup-tutupi. Artinya, baik neraca
ataupun laporan laba rugi yang disiapkan bagian pembukuan suatu perusahaan yang diperiksa dan diteliti telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku di Indonesia. Adanya kejadian-kejadian seperti off balance sheet kasus Bank Duta dan skorsing terhadap akuntan publik,
menyebabkan timbulnya anggapan bahwa fungsi akuntan publik tidak lebih dari sekedar mencocok-cocokkan angka-angka yang disediakan suatu
perusahaan dalam bentuk Neraca dan Laporan laba rugi terhadap data-data dan bukti-bukti pendukung, yang bisa saja dibuat-buat atau diusahakan
perusahaan dari berbagai sumber Wilopo, 2006. Dalam menjalankan profesinya, akuntan publik mempunyai tanggung
jawab baik secara profesional maupun secara hukum dan pelaksanaan tanggung jawab tersebut harus didasarkan pada pedoman umum yang berlaku
bagi seorang auditor, yaitu norma-norma pemeriksaaan akuntan. Apabila seorang auditor dalam menjalankan profesinya sudah berpedoman sesuai
dengan Norma Pemeriksaan Akuntan, namun masih terjadi kasus-kasus yang
menyebabkan masyarakat memberikan penilain negatif terhadap profesi mereka, maka perlu dipertanyakan apakah penyebab terjadinya penyimpangan
yang tidak terungkap oleh akuntan publik pada saat melakukan pemeriksaan Latuheru, 2004.
Laporan keuangan adalah laporan yang disajikan oleh klien. Auditor bertanggung jawab dalam penentuan kecermatan pencatatan data yang
menjadi dasar laporan keuangan itu, dalam cara penyajiannya, dan dalam pendapat atas laporan keuangan tersebut. Jika auditor bersalah karena lalai, ia
bertanggung jawab atas terjadinya ketidakcermatan di dalam laporan keuangan. Jadi, tanggung jawab atas kewajaran penyajian laporan keuangan
sebagian ditanggung oleh manajemen dan sebagian oleh auditor. Jika auditor tidak bersedia memberikan pendapat, maka ia hanya memikul tanggung jawab
untuk menjelaskan mengapa ia tidak memberikan pendapat. Dalam hal ini perlu dinilai bahwa penyebab terjadinya penyimpangan yang tidak terungkap
ini dapat timbul dari dua belah pihak, yaitu dari manajemen perusahaan sebagai pemberi tugas dan akuntan publik sebagai penerima tugas Herawati,
2008. Di era globalisasi, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas Negara,
kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh eksternal auditor tidak dapat dielakkan lagi, justru menjadi kebutuhan utama sebelum para
pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi profesi yang diharapkan banyak orang untuk meletakkan kepercayaan pada pemeriksaan
dan pendapat yang diberikan. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi
orang yang bekerja sebagai auditor eksternal. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi eksternal auditor oleh Hall R 1968 dalam Hastuti
et all 2003 dicerminkan kedalam lima hal, yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi dan
hubungan dengan rekan seprofesi. Auditor eksternal yang memiliki pandangan profesionalisme yang
tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggungjawab yang
semakin meluas auditor eksternal harus mempunyai wawasan yang luas tentang kompleksitas organisasi modern Hastuti, 2003
Fraudulent dalam laporan keuangan merupakan perhatian utama tidak hanya bagi dunia usaha dan publik tetapi juga bagi profesi akuntan publik
auditor. Setiap tahun publik menjadi saksi terjadinya fraud dalam laporan keuangan perusahaan-perusahaan besar yang tidak terdeteksi oleh auditor
yang bertugas mengaudit laporan keuangan tersebut. Sebut saja kasus berskala nasional yaitu PT Kimia Farma dengan auditor KAP Delloit Touch Tohmatsu
Hans Tuanakotta Mustofa, terjadi penggelembungan laba dalam laporan keuangannya yang tidak terdeteksi. Kemudian kasus berskala internasional
yaitu kasus Enron Corporation dengan auditor dari Arthur Andersen yang gagal mendeteksi adanya inflasi pendapatan sampai dengan 600 juta dollar
Amerika sejak tahun 1994 dan menjadi kasus kebangkrutan terbesar di Amerika yaitu sebesar 62,8 milyar dollar Amerika Vinten, 2002 dalam Alim
et all 2007. ”Bencana-bencana” tersebut mengagetkan publik dan mengurangi
kredibilitas auditor terhadap fungsi pelaporan dan menurunkan kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik.
Banyak pihak yang mempertanyakan tanggung jawab dan fungsi akuntan publik ketika terjadi kegagalan dalam mendeteksi fraud. Mereka
mengatakan “if they are not there to detect fraud, then what are they there for?” Anonim, 2002 dalam Alim 2007.
Kegagalan dalam mendeteksi dan mencegah fraud menimbulkan banyaknya tuntutan litigasi pada kantor akuntan publik KAP. KAP The Big
Six antara tahun 1990 dan 1993 harus membayar kerugian akibat kasus fraud lebih dari 1 milyar dollar Amerika. Kerugian tersebut termasuk di dalamnya
Erns Young 400 juta dollar, Arthur Andersen 65 juta dollar tahun 1993, dan Coopers Lybrand 350 juta dollar tahun 1992. Kasus terbesar terakhir
yang terjadi akhir 2001 adalah kebangkrutan Enron Corporation yang telah diaudit oleh Arthur Andersen dan auditor gagal untuk menemukan adanya
fraud dalam laporan keuangan Koroy, 2008. Kebangkrutan ini bukan disebabkan oleh ekonomi yang melemah, melainkan kesalahan fatal dalam
sistem akuntan mereka. Selama tujuh tahun terakhir, Enron melebih-lebihkan laba bersih dan menutup-nutupi utang mereka. Kejatuhan Enron bermula dari
dibukanya partnership-partnership yang bertujuan untuk menambah
keuntungan pada Enron. Partnership-partnership yang diberi nama “special purpose partnership” memang memiliki karakteristik yang istimewa. Enron
mendirikan kongsi dengan seorang partner dagang. Partner dagang mereka biasanya hanya satu untuk setiap partnership dan kongsi dagang ini
menyumbang modal yang sangat sedikit, sekitar 3 dari jumlah modal keseluruhan. Secara hukum, perusahaan di Amerika, apabila induk perusahaan
berpartisipasi dalam partnership dimana partner dagang menyumbang sedikitnya 3 dari modal keseluruhan, maka neraca partnership ini tidak perlu
dikonsolidasikan dengan neraca dari induk perusahaan. Tetapi, partnership ini harus dijabarkan secara terbuka dalam laporan akhir tahunan dari induk
perusahaan agar pemegang saham dari induk perusahaan maklum dengan keberadaan operasi tersebut Lamriama, 2009.
Dengan banyaknya skandal tentang pelaporan keuangan di Amerika Serikat, seperti kasus Enron yang melibatkan kantor Akuntan kondang Arthur
Andersen, maka lahirlah Sarbanes-Oxley Act SOA sebuah produk hukum Undang- Undang di Amerika Serikat AS yang mengatur tentang
akuntabilitas, praktik akuntansi dan keterbukaan informasi, termasuk tata cara pengelolaan data di perusahaan publik. Eksistensi SOA tersebut diprakarsai
oleh senator Paul Sarbanes dari Maryland dan Michael Oxley wakil rakyat dari Ohio. SOA telah disyahkan pada tahun 2002 oleh presiden AS George
W. Bush. UU tersebut mensyaratkan adanya pengungkapan disclosure tentang informasi keuangan yang cukup, keterangan tentang pencapaian hasil-
hasil kinerja manajemen, kode etik bagi eksekutif di bidang keuangan dan independensi komite audit yang efektif serta pembatasan kompensasi bagi
para eksekutif perusahaan termasuk pembaharuan tatakelola perusahaan
corporate governance. Manfaat SOA secara langsung berdampak positif
dalam rangka implementasi GCG di perusahaan publik di berbagai belahan dunia lainnya Effendi, 2008.
Semakin besarnya tuntutan publik agar auditor mampu mencegah dan mendeteksi adanya fraud di dalam laporan keuangan merupakan sesuatu yang
harus direspon oleh profesi akuntan publik. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang berhubungan dengan kepercayaan dan kredibilitas. Ketika dua
hal tersebut hilang maka profesi ini akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak diperlukan lagi dan pada akhirnya akan hilang Nasution, 2003.
Penelitian yang dilakukan Taufik 2008 yang berjudul pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap
kemampuan mendeteksi fraud menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel pengalaman kerja terhadap pendeteksian indikasi
fraud, juga pendidikan profesi auditor internal berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian indikasi fraud.
Penelitian yang dilakukan Sodik 2007 yang berjudul pengaruh keahlian dan independensi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi
indikasi fraud menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan dari variabel keahlian terhadap pendeteksian indikasi fraud, juga independensi
auditor internal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian indikasi fraud.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi melakukan penelitian ini karena untuk mengetahui penerapan profesionalisme akuntan
publik dan seberapa besar pengaruh profesionalisme akuntan terhadap peran
akuntan publik dalam mengungkapkan kecurangan. Berdasarkan hal tersebut, maka
penulis melakukan
penelitian yang
berjudul “Pengaruh
Profesionalisme Akuntan Publik terhadap Peran Akuntan Publik dalam Pengungkapan Kecurangan”.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel dependennya, yaitu pendeteksian indikasi fraud, sama seperti Taufik 2008
dan Sodik 2007. Adapun perbedaanya yaitu pada variabel-variabel dependennya. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh profesionalisme
akuntan publik terhadap peran akuntan publik dalam mengungkapkan kecurangan. Kemudian sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah para
auditor eksternal.
B. Perumusan Masalah