mempunyai fungsi ganda, pertama, sebagai kerangka yang harus diikuti oleh badan penetapan standar yang ada dalam IAI untuk
mengembangkan standar yang terinci mengenai jenis jasa atestasi yang spesifik. Kedua, sebagai kerangka pedoman bagi para praktisi bila
tidak terdapat atau belum ada standar spesifik seperti itu. Komite Kode Etik IAI di Indonesia dan Committee on Professional Ethics di
Amerika Serikat menetapkan ketentuan perilaku yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan publik yang meliputi standar teknis. Standar
auditing, standar atestasi, serta standar jasa akuntansi dan review dijadikan satu menjadi Standar Profesional Akuntan Publik SPAP.
E. Peran Akuntan Publik
Raelin J.A 1989 dalam Leng 1997 melihat ada tiga sumber yang menyebabkan adanya ketidaksesuaian peranan yang dialami
profesional yang bekerja dalam organisasi, yaitu: pertama, profesional terus menerus menuntut otonomi terhadap pekerjaan itu sendiri dan
kondisi kerja mereka. Kedua, profesional cenderung bertanggungjawab terhadap profesi yang sudah dipilihnya dan memihak kepada profesi
tersebut dari pada kepada organisasi tempat mereka bekerja. Ketiga, profesional setia kepada norma dan standar yang ditetapkan oleh
organisasi profesionalnya dibandingkan dengan norma dan standar yang ditetapkan oleh atasan mereka dalam organisasi tempat mereka
bekerja.
Eksternal Auditor akan berusaha menemukan ketidakberesan yang ada. Dalam hal ini eksternal auditor akan mengklarifikasi
pekerjaannya sampai dengan kecurangan tersebut ditemukan. Tanggungjawab eksternal auditor sehubungan dengan adanya
kegagalan pendeteksian kecurangan akan timbul hanya apabila kegagalan tersebut jelas berakibat dari ketidaktaatannya dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Hal ini disebabkan bahwa pengujian umum yang dilakukan untuk menyatakan suatu pendapat yang
berhubungan dengan laporan keuangan tidak dirancang dan tidak dapat diandalkan untuk mengungkapkan penggelapan dan ketidakberesan
Suryo, 1999. Sebagai konsekuensi, sesuai dengan Standar Profesional
Akuntan Publik SPAP, eksternal auditor mempunyai tanggungjawab, dengan keterbatasan yang melekat pada proses auditing, untuk
merencanakan pengujiannya dalam rangka mencari kesalahan atau ketidakberesan yang akan mempunyai pengaruh yang material atas
laporan keuangan, dan melakukan kemahiran profesionalismenya secara cermat dan seksama.
F. Jenis Resiko Utama dalam Praktek Audit
Terdapat tiga jenis resiko utama yang umumnya dihadapi dalam praktek audit di Indonesia Juniarti:2000. Ketiga jenis resiko
tersebut meliputi: tuntutan litigation, kecurangan fraud, dan opini
audit yang tidak sesuai yang disebabkan karena salah saji material informasi keuangan dan pengungkapan yang tidak memadai.
1. Litigation: makin meningkatnya tanggung jawab hukum dalam menerbitkan opini audit yang sesuai. Auditor tidak bisa lagi
seenaknya memberikan opini, karena masyarakat semakin sensitif terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh auditor. Auditor
perlu memikirkan kerugian dan sanksi-sanksi yang harus dihadapi, jika sampai terkena tuntutan litigation.
2. Fraud: konsekuensi yang harus dihadapi jika terjadi kecurangan- kecurangan yang tidak mampu terdeteksi oleh auditor selama
melakukan penugasan, dan ternyata kecurangan tersebut ditemukan oleh pihak lain. Kecurangan yang dapat ditemukan selama penugasan
disisi lain juga menimbulkan resiko tersendiri bagi auditor. 3. Opini audit yang tidak sesuai yang disebabkan karena salah saji
material informasi keuangan dan pengungkapan yang tidak memadai. Opini yang tidak sesuai akan berakibat fatal bagi auditor apalagi jika
opini tersebut dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan pihak- pihak yang berkepentingan agar auditor terhindar dari resiko
semacam ini auditor perlu menjaga mutu pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan. Auditor perlu menegaskan dalam engagement letter batas-
batas tanggung jawab auditor, dan bahwa auditor tidak ikut bertanggung jawab terhadap salah saji material yang dilakukan oleh
pihak manajemen.
G. Pengertian, Proses, Unsur dan Faktor Pemicu Fraud